2.4.3 Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Muamalat telah melakukan pengelolaan risiko untuk 10 jenis risiko, yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar,
risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko strategi, risiko reputasi, risiko hukum, risiko imbal hasil, dan risiko investasi. Khusus untuk
risiko imbal hasil rate of return risk dan risiko investasi equity of investment risk, merupakan tambahan atas delapan jenis risiko yang telah ada
sebelumnya, sebagaimana diatur terakhir melalui Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1323PBI2011 perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dalam hal ini, Bank Mumalat telah melakukan upaya-upaya berupa identifikasi serta pengumpulan data dan
informasi secara sistematis mengenai kedua jenis risiko tersebut, namun belum memperhitungkannya dalam penilaian profil risiko bank.
Sesuai ketentuan yang ada, sepanjang tahun 2011 Bank Muamalat telah menyampaikan laporan Profil Risiko kepada Bank Indonesia setiap triwulan
secara tepat waktu dan sesuai format yang ditetapkan. Laporan Profil Risiko untuk posisi 31 Desember 2011 disajikan pada Tabel 3. berikut.
Tabel 3. Profil risiko BMI posisi 31 Desember 2011 No.
Risiko Inherent Risk IR
Skor IR Bobot
Skor IR Predikat IR
Terbobot
1. Kredit
26,30 Low to Moderate 70
18,41 2.
Pasar 22,67 Low to Moderate
5 1,13
3. Likuiditas
38,07 Low to Moderate 5
1,90 4.
Operasional 30,32 Low to Moderate
10 3,03
5. Kepatuhan
0,07 Low 2,50
0,002 6.
Strategis 0,00 Low
2,50 0,00
7. Hukum
38,83 Low to Moderate 2,50
0,97 8.
Reputasi 32,31 Low to Moderate
2,50 0,81
9. Imbal Hasil
- -
- 10. Investasi
- -
- Agregat
26,26 Low to Moderate Sumber: Annual Report BMI per 31 Desember 2011
Komponen dari profil risiko adalah Risiko Inheren, Sistem Pengendalian Risiko, dan Risiko Komposit. Penilaian untuk profil Risiko Inheren Bank
Muamalat pada Triwulan IV tahun 2011 berada pada peringkat Low to Moderate, sementara Sistem Pengendalian Risiko pada peringkat memadai
Satisfactory. Dari hasil matriks antara Risiko Inheren dan Sistem Pengendalian Risiko diperoleh hasil untuk Risiko Komposit yaitu di peringkat
Low to Moderate. Divisi Manajemen Risiko merupakan unit yang bertanggung jawab untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalian atas risiko-risiko yang timbul dari kegiatan usaha BMI, melalui pendekatan berbasis jenis risiko yang ditangani risk handled approach.
Jenis-jenis risiko menurut PBI No. 1323PBI2011 adalah risiko pembiayaan, pasar, likuiditas, operasional, kepatuhan, strategik, reputasi,
hukum, imbal hasil, dan risiko investasi. Untuk itu, Bank Muamalat telah melakukan penyempurnaan struktur organisasi Divisi Manajemen Risiko pada
tanggal 25 April 2011 sesuai dengan kebutuhan bisnis maupun organisasi BMI.
Gambar 4. Struktur organisasi divisi manajemen risiko Annual report BMI
per 31 Desember 2011 Divisi Manajemen Risiko adalah independen dari satuan kerja
operasional risk taking unit maupun terhadap satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian intern. Unit-unit kerja yang ada di bawah
Divisi Manajemen Risiko adalah Financing Risk Management Department, Market and Liquidity Risk Management Department, Operational and Other
Risk Management Department, dan Risk Profile and Monitoring Department.
Compliance Risk Management Director
Risk Management Division
Market Liq. Risk
Management Dept.
Operational and Other Risk
Management Dept. Financing Risk
Management Dept. East
Financing Risk Management
Dept. West Risk
Profile and Monitoring
Dept.
Financing Risk Management Department bertugas melakukan financing risk assessment, yaitu penilaian secara independen dan transparan atas risiko-
risiko yang mungkin akan timbul potential risk dalam pengajuan pembiayaan. Atas risiko
–risiko yang diidentifikasi tersebut kemudian diusulkan langkah- langkah mitigasi risiko yang sesuai. Market and Liquidity Risk Management
Department, yang bertugas menjalankan proses identifikasi dan pemantauan risiko pasar dan risiko likuiditas yang timbul dari aktivitas fungsional Bank
Muamalat seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga dan instrumen pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya.
Departemen ini juga memberikan risk opinion atas setiap pengajuan usulan pembelian suratsurat berharga, pemberian counter-party credit limit untuk
transaksi trade finance, valuta asing dan pasar uang antar bank. Operational and Other Risk Management Department, yang menjalankan
proses manajemen risiko operasional dan melakukan monitoring terhadap risiko strategik, hukum, reputasi, dan risiko kepatuhan. Departemen ini juga
memberikan rekomendasi perbaikan proses operasional, baik untuk tujuan efisiensi operasional, mengantisipasi adanya keluhan dari nasabah,
meningkatkan pengendalian internal, mencegah kemungkinan fraud, maupun identifikasi potensi kelemahan dalam produk-produk baru yang akan
diluncurkan. Departemen yang terakhir adalah Risk Profile and Monitoring Department yang membuat laporan profil risiko, memonitor profil risiko dan
mereview, mengusulkan Risk Measurement Tools atau SOP Risk Management. Selain Divisi Manajemen Risiko, perangkat manajemen risiko di Bank
Muamalat juga dilengkapi dengan struktur Komite Manajemen Risiko, Komite Pemantau Risiko, dan Dewan Pengawas Syariah. Komite Pemantau Risiko
merupakan Komite di bawah Dewan Komisaris yang membantu Dewan Komisaris dalam mengevaluasi kebijakan manajemen risiko, kesesuaian antara
kebijakan manajemen risiko dan pelaksanaan kebijakan tersebut, serta efektivitas pelaksanaan tugas Komite Manajemen Risiko dan Divisi
Manajemen Risiko. Dewan Pengawas Syariah mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi
kegiatan Bank agar senantiasa sesuai dengan prinsip –prinsip syariah.
Komite Manajemen Risiko merupakan komite eksekutif yang beranggotakan seluruh anggota Direksi dan Pejabat Eksekutif terkait di Bank
Muamalat. Tugas, tanggung jawab dan wewenang Komite Manajemen Risiko antara lain adalah dalam penyusunan kebijakan manajemen risiko; perbaikan
penerapan manajemen risiko secara berkala maupun yang bersifat insidentil akibat dari perubahan kondisi eksternal maupun internal Bank; serta penetapan
justification atas hal –hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal irregularities. Komite Manajemen Risiko mengadakan pertemuan berkala minimal satu
kali tiap bulan untuk mengevaluasi perkembangan manajemen risiko di lingkungan BMI. Agenda rapat komite antara lain pembahasan laporan profil
risiko bulanan, penjelasan tindak-lanjut unit terkait terhadap isu risiko sebagaimana telah dibahas dalam rapat komite sebelumnya, serta pembahasan
kejadian risiko operasional serta analisa dan rekomendasi pengendalian risiko. Bank Muamalat secara berkelanjutan terus mengembangkan dan
meningkatkan kerangka manajemen risiko dan struktur pengendalian internal yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi sedini
mungkin akan adanya potensi risiko, dan selanjutnya mengambil langkah- langkah yang memadai untuk meminimalkan dampak risiko. Kerangka
manajemen risiko dibuat untuk menyelaraskan antara sasaran –sasaran bisnis
dan organisasi dengan penerapannya, sehingga terbentuk tata kelola manajemen risiko yang terarah dalam proses pelaksanaannya. Kerangka ini
kemudian dituangkan dalam bentuk kebijakan, prosedur, limit transaksi, kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat manajemen risiko
yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Evaluasi terhadap parameter risiko dalam kerangka manajemen risiko
dilakukan secara berkala sesuai dengan perkembangan yang ada dalam bisnis dan lingkungan usaha BMI. Mengingat adanya karakteristik khas pada
produkjasa dan kegiatan usaha perbankan syariah, mitigasi risiko juga senantiasa mempertimbangkan kesesuaian dengan prinsip syariah yang dianut.
Pengembangan infrastruktur pengelolaan risiko dilakukan untuk meningkatkan keandalan peran dan fungsi manajemen risiko melalui fokus aspek berikut ini:
1. Penyusunan kebijakan dan pedoman manajemen risiko;
2. Evaluasi metodologi pengukuran parameter profil risiko;
3. Peningkatan kompetensi SDI dan pengembangan budaya sadar risiko;
4. Peningkatan peran dari Divisi Manajemen.
Pengelolaan risiko di Bank Muamalat mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha berdasarkan kebutuhan akan keseimbangan antara fungsi
operasional bisnis dan pengelolaan risikonya. Melalui pelaksanaan fungsi manajemen risiko yang baik, Divisi Manajemen Risiko akan menjadi mitra
strategis bagi unit bisnis dalam mendapatkan hasil optimal dari aktivitas operasional Bank Muamalat yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Evaluasi
atas pelaksanaan manajemen risiko dilakukan secara terus-menerus, termasuk juga penyusunan kebijakan dan pedoman atas pengelolaan risiko pembiayaan,
risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional. 1.
Risiko Pembiayaan Pengelolaan risiko pembiayaan telah dijalankan dengan pelaksanakan
financing risk assessment, yaitu penilaian atas risiko yang mungkin akan timbul potential risk dari disalurkannya pembiayaan oleh Bank Muamalat
kepada nasabah. Untuk memastikan efektivitas hasil risk assessment, dibutuhkan pihak independen yang tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan pembiayaan. Tujuan utama dari financing risk assessment adalah: a.
Mengendalikan risiko pembiayaan dengan identifikasi risiko terkait usulan pembiayaan dan pemberian saran mitigasi terhadap risiko;
b. Menerapkan azas pembiayaan yang sehat dengan prinsip kehati-hatian;
c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan risiko pembiayaan;
d. Pemenuhan kebutuhan pembiayaan sesuai syariah.
Pengambilan keputusan pembiayaan dilakukan melalui mekanisme komite pembiayaan yang berjenjang sesuai limit kewenangan anggota
komite pembiayaan yang ditunjuk, dengan mempertimbangkan kemampuan dan pengalaman dari pejabat yang bersangkutan di bidang pembiayaan.
Bank Muamalat telah melakukan stress test terhadap skenario terburuk khususnya untuk risiko kredit atau pembiayaan, yang selanjutnya akan
dilakukan minimal satu kali dalam setahun.
2. Risiko Pasar dan Risiko Likuiditas
Risiko pasar merupakan risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat
berpotensi merugikan adverse movement. Risiko semacam ini antara lain terdapat pada aktivitas tresuri dan investasi dalam surat berharga dan
instrumen pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya. Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakmampuan Bank dalam memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Pengelolaan likuiditas sangat penting karena kekurangan likuiditas bukan
saja dapat mengganggu Bank namun juga sistem perbankan secara keseluruhan. Pengelolaan risiko pasar dan risiko likuiditas dilakukan pada
aspek berikut ini: a.
Pemantauan dan pengawasan atas pengelolaan portofolio surat berharga; b.
Pemantauan parameter utama risiko pasar dan risiko likuiditas seperti Posisi Devisa Netto, Secondary Reserve, dan Financing to Deposit Ratio;
c. Pembuatan pedoman dan prosedur terkait risiko pasar dan risiko
likuiditas; d.
Memberikan risk opinion dan saran mitigasi risiko atas pengajuan produklayanan baru, akad, dan hal lain terkait risiko pasar dan risiko
likuiditas; e.
Mengikuti rapat Komite Aset-Liability ALCO yang dilaksanakan secara bulanan.
Bank Muamalat juga telah melakukan stress test untuk skenario terburuk terkait dengan risiko likuiditas sebagai antisipasi perkembangan krisis
keuangan di Eropa. 3.
Risiko Operasional Bank Muamalat secara konsisten melakukan pemantauan terhadap risiko
operasional termasuk di dalamnya risiko stratejik, risiko reputasi, risiko hukum dan risiko kepatuhan. Fokus penerapan menajemen risiko
operasional adalah pelaksanaan pengawasan internal yang melekat di dalam setiap proses operasional, peningkatan kesadaran akan risiko, serta
penerapan pedoman dan prosedur operasional bank secara konsisten.
Kejadian –kejadian risiko operasional yang harus selalu dipantau adalah
sebagai berikut: a.
Internal fraud, yaitu kerugian operasional yang disebabkan oleh semua perbuatan individu
–individu karyawan bank yang bermaksud untuk menggelapkan uang bank dengan cara memanipulasi atau melanggar
ketentuan atau kebijakan yang berlaku, sekurang-kurangnya melibatkan satu orang dalam bank;
b. Eksternal fraud, yaitu kerugian operasional yang disebabkan oleh adanya
penggelapan uang bank dengan cara manipulasi atau melanggar ketentuan atau kebijakan bank, yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar
bank; c.
Praktik kepegawaian dan keselamatan kerja, yaitu kerugian operasional akibat perilaku karyawan yang menyimpang dari peraturan dan prosedur
kerja sehingga mengganggu kelancaran operasional dan kenyamanan lingkungan kerja di bank;
d. Klien, produk dan praktik bisnis, yaitu kerugian yang timbul akibat
kelalaian atau kegagalan bank dalam memenuhi kewajiban terhadap kliennasabah, atau karena sifat atau desain suatu produk bank yang
melanggar ketentuan; e.
Kerusakan terhadap aset fisik bank yaitu kerugian operasional yang timbul akibat hilang atau rusaknya aset fisik bank karena bencana alam
atau peristiwa sejenis lainnya; f.
Terganggunya bisnis dan kegagalan sistem yaitu kerugian operasional yang timbul akibat gangguan bisnis atau kegagalan sistem;
g. Manajemen proses, pelaksanaan dan penyerahan produk dan layanan
yaitu kerugian operasional akibat dari kegagalan kesalahan proses transaksi atau proses manajemen yang tidak disengaja, atau karena
hubungan disambung dengan pihak kedua atau vendor. Khusus untuk pengendalian risiko kepatuhan yang terkait dengan
kesesuaian terhadap prinsip syariah, Dewan Pengawas Syariah Bank Muamalat mengadakan rapat bulanan secara rutin untuk mengevaluasi
produk dan transaksi bisnis bank dari aspek syariah.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan manajemen risiko dalam kegiatan usaha diperlukan Pengurus dan Pejabat Bank yang memiliki kompetensi dan
keahlian dalam bidang manajemen risiko. Bank Muamalat bekerja sama dengan Muamalat Institute menyelenggarakan pelatihan untuk persiapan ujian
sertifikasi manajemen risiko. Seluruh jajaran pejabat Bank Muamalat secara bertahap wajib mengikuti
Ujian Sertifikasi Manajemen Risiko Level I, II, III, IV, dan V yang diselenggarakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko BSMR. Sampai
dengan akhir tahun 2011, jumlah pengurus dan pejabat Bank Muamalat yang telah memperoleh sertifikasi manajemen risiko sesuai ketentuan dalam PBI No.
1119PBI2009 mengenai sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank bmum mencapai 866 peserta.
Peningkatan kompetensi sumber daya insani di Divisi Manajemen Risiko
dilakukan secara berkelanjutan untuk mengimbangi makin banyaknya risiko yang harus dikelola seiring dengan semakin kompleksnya kegiatan usaha Bank
Muamalat. Untuk itu, Divisi Manajemen Risiko pada tahun 2011 antara lain menyelenggarakan Workshop Financing Analysis, serta mengikutsertakan
personilnya untuk mengikuti berbagai pelatihan dengan topik-topik seperti Business Continuity Management, Managing Liquidity Risk and Stress Testing
Simulation, dan Understanding Credit Risks Loan Product Towards Minimum Capital Charge Using PSAK 5055, Power Plant, Program Cluster Value
Chain Industri Kelapa Sawit. Bank Muamalat juga secara bertahap dan berkesinambungan melakukan
sosialisasi mengenai manajemen risiko ke seluruh satuan kerja operasional risk taking unit di lingkungan Bank Muamalat, sehingga diharapkan mampu
memberikan output bagi tercapainya efektivitas penerapan manajemen risiko secara menyeluruh.
Ke depan, rencana pengembangan Manajemen Risiko adalah untuk mewujudkan fungsi manajemen risiko secara terpadu dan komprehensif dalam
seluruh proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian dari masing
–masing jenis risiko. Rencana pengembangan tersebut antara lain mencakup:
1. Mengembangkan Risk Management Information System RMIS;
2. Mengkaji-ulang pedoman manajemen risiko untuk disesuaikan dengan
ketentuan terbaru Bank Indonesia; 3.
Melakukan stress test secara berkala untuk menilai kecukupan modal Bank dalam menghadapi kejadian risiko yang ekstrim dan berdampak
fundamental bagi Bank; 4.
Melakukan evaluasi terhadap sistem pemeringkatan internal melalui Formulir Pemeringkatan Nasabah FPN;
5. Berkoordinasi dengan Divisi Operasional dan Divisi Teknologi dalam
menyusun konsep Business Continuity Management BCM untuk melindungi proses bisnis yang kritikal terhadap kegagalan baik akibat
bencana alam maupun yang dibuat oleh manusia, dan hilangnya modal dalam kaitannya dengan ketidaktersediaan proses bisnis secara normal;
6. Mengkaji ulang metodologi profil risiko untuk disesuaikan dengan regulasi
terbaru BI terkait Pedoman Manajemen Risiko untuk Bank Syariah.
2.5. Pengukuran Risiko Pembiayaan