2.4.2 Risiko Pembiayaan dengan Jaminan Cessie
Nurhayati 2009 menyebutkan bahwa salah satu jaminan yang tercantum dalam klausula akad pembiayaan al
–mudharabah muqayyadah BMI adalah cessie piutang. Jaminan tersebut dibuat dalam bantuk akta notariil yang disebut
Perjanjian Pemberian Jaminan Cessie. Oleh karenanya, muncul permasalahan yaitu bagaimana hubungan hukum antara shahibul maal dan mudharib pada
pemberian jaminan cessie dalam pembiayaan mudharabah dan apakah perjanjian pemberian jaminan cessie dapat memberikan kepastian hukum bagi
shahibul maal dalam upaya mendapatkan ganti rugi jika mudharib wanprestasi. Perjanjian pemberian jaminan cessie merupakan perjanjian accesoir ikutan
dari perjanjian pembiayaan mudharabah sebagai perjanjian pokoknya. Perjanjian pemberian jaminan cessie tidak memberikan kepastian hukum bagi
shahibul maal jika mudharib wanprestasi karena bukan perjanjian kebendaan, bentuk pembebanan jaminannya tidak diatur dalam Undang-undang dan tidak
ada prinsip disclosure atau asas publisitas dalam perjanjian tersebut. Menurut Setiadi 2011, cessie tagihan piutang sebagai jaminan , pada
pelaksanaan perjanjian kredit akan mengalami perubahan karena cessie tagihan piutang yang ada pada debitur akan terus berkurang karena adanya pembayaran
dari pihak debitur pemilik tagihan, sedangkan seharusnya nilai jaminan yang ada tidak boleh berubah-ubah dan harus sesuai dengan pokok pokok yang telah
di perjanjikan. Cessie tagihan piutang harus sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akta perjanjian pembiayaan. Risiko berkurangnya jumlah tagihan
piutang sebagai jaminan tersebut dapat terjadi karena adanya pelunasan dari cessus debitur kepada cedent koperasi, dan bukan karena cedent tidak
memenuhi prestasinya wanprestasi kepada cessioneries pemberi kredit. Perubahan nilai jaminan tersebut sangat berisiko bagi pemberi kredit dalam
memberikan kredit dengan cessie tagihan piutang sebagai jaminan.
2.4.3 Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia