Perumusan Masalah Analisis perbandingan usahatani kentang tiga desa di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat

11 panen tanaman kentang di kabuapten garut dari tahun 2006 – 2008 di sajikan pada tabel 4. Tabel 4. Luas Tanaman kentang di Kabupaten Garut dari tahun 2006 – 2008 Kecamatan Luas Panen Ha 2006 2007 2008 Cikajang 1.330 1,290 1,407 Pasirwangi 1.035 1,620 1,042 Cisurupan 601 601 551 Cigedug 419 416 279 Bayongbong 320 289 391 Sumber : UPTD Data Dinas TPH Kabupaten Garut 2009 Terdapat tiga desa penghasil kentang di Kecamatan Pasirwangi, yaitu Desa Padaawas, Desa Karyamekar, dan Desa Sarimukti. Meski berada pada satu kecamatan, akan tetapi ketiga desa memiliki banyak perbedaan baik dari segi keadaan alam, kegiatan usahatani, penggunaan input usahatani, dan jarak dari pasar. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut peneliti ingin melihat bagaimana tingkat usahatani dari ketiga desa tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Perubahan pola hidup masyarakat yang bergeser ke pola hidup instan telah mempengaruhi jumlah permintaan kentang. Perubahan paradigma menuju pemahaman hidup sehat yang tidak hanya memerlukan protein dan kalori, tetapi juga vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan untuk menjalani pola konsumsi gizi yang seimbang. Tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia tahun 2005 sebesar 35,30 kgkapitatahun, kemudian tahun 2006 sebesar 34,06 kgkapitatahun, dan tahun 2007 meningkat sebesar 40,90 kgkapitatahun. Standar konsumsi sayur yang direkomendasikan oleh FAO sebesar 73 kgkapitatahun, sedangkan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kgkapitatahun 1 . Berdasarkan Tabel 5, menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran terutama kentang cenderung mengalami fluktuasi. Penurunan 1 http:www.depkominfo .go.id [22 November 2011] 12 konsumsi terhadap komoditi kentang terjadi pada tahun 1993-1996 dengan rata- rata penurunan sebesar 0,21 kilogram per tahun, kemudian terjadi penurunan yang sangat besar pada periode 1996-1999 yaitu sebesar 0,88 kilogram pertahun. Sedangkan peningkatan untuk konsumsi kentang terjadi pada periode selanjutnya yaitu periode 1999-2008 dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,34 kilogram per tahun. Konsumsi kentang di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, kemampuan ekonomi, ketersediaan, dan pengetahuan tentang manfaat mengkonsumsi kentang yang sangat berpengaruh terhadap pola dan perilaku konsumsi 2 . Tabel 5. Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia untuk Kentang di Indonesia Tahun 1999-2008 Komoditas Konsumsi per Kapita KgTahun 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 Kentang 1.66 1.98 1.77 0.99 1.77 1.92 2.03 Sumber: Ditjen Hortikultura, Kementrian Pertanian, 2009 Produksi kentang dalam Negeri belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi Nasional. Kebutuhan kentang yang tinggi sebenarnya merupakan pendorong bagi peningkatan produksi kentang dalam Negeri sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumsi Nasional. Salah satu cara meningkatkan produksi kentang melalui pengusahaan tanaman kentang dengan baik dan benar sehingga produktivitas, dan kualitas dapat meningkat. Produksi kentang di Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut pada umumnya masih bersekala kecil hal tersebut berkaitan dengan luasan lahan yang digunakan dalam kegiatan usahatani kentang relatif kecil sehingga belum bisa memenuhi skala usaha yang ekonomis untuk agribisnis kentang. Petani kentang banyak mengusahakan komoditas kentang ini secara tradisional dan penggunaan input yang tidak efisien sehingga menyebabkan hasil perkebunan rakyat masih kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Skala usaha kecil yang tersebar menyebabkan terjadinya keberagaman produk yang dihasilkan, sehingga menyebabkan penurunan kualitas yang akhirnya menyebabkan penurunan harga jual kentang. 2 Loc. Cit, hal. 4 13 Permasalahan agribisnis yang dihadapi dalam pengembangan sentra produksi kentang di Kabupaten Garut adalah fluktuasi jumlah produksi diakibatkan berbagai faktor seperti serangan hama dan penyakit. Selain itu akibat efek pemanasan global, petani menjadi lebih sulit untuk menentukan musim, cuaca dan gejala-gejala alam yang lainnya. Sehingga hasil yang diperoleh terkadang tidak sesuai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Petani mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan benih unggul, dikarenakan tidak terdapat penangkar benih di Kecamatan Pasirwangi. Sehingga petani harus membeli benih unggul yang berasal dari daerah lain seperti Pangalengan atau Cikajang. Selain kesulitan dalam pemenuhan benih, harga yang berlaku cukup tinggi dikarenakan petani dikenakan biaya untuk transportasi yang cukup tinggi. Karena Luas lahan dan skala usaha yang dimiliki petani relatif kecil, para petani merasa terbebani sehingga terkadang mereka menggunakan benih yang berasal dari hasil panen mereka. Hasil produksi yang petani dapatkan cenderung mengalami penurunan kualitas maupun kuantitas dikarenakan penggunaan benih yang berasal dari generasi sebelumnya. Sehingga sangat berpengaruh terhadap jumlah pendapatan petani, jika menggunakan benih baru maka biaya produksi menjadi meningkat sedangkan jika menggunakan benih yang berasal dari hasil panen sebelumnya pendapatan petani menurun setiap musimnya. Biaya yang dikeluarkan oleh petani cenderung semakin meningkat terutama peningkatan pada biaya pupuk dan tenaga kerja. Harga jual kentang yang berfluktuatif sangat mempengaruhi pendapatan petani dan para petani hanya dapat menjual hasil panen pada para tengkulak dikarenakan keterbatasan dalam transfortasi. Sehingga semakin banyak pupuk dan tenaga kerja yang digunakan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan dan semakin sedikit pula pendapatan yang diterima oleh petani. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh ketiga desa baik dari keadaan alam, jarak dari pasar, kegiatan usahatani maupun input-input yang digunakan mempengaruhi jumlah penerimaan para petani berbeda. Keadaan alam seperti curah hujan, tekstur tanah, kemudahan dalam mendapatkan air mempengaruhi hasil produksi yang didapatkan oleh petani. Selain itu Desa Padaawas yang memilki jarang paling jauh dari pasar, sedangkan di Desa Sarimukti perilaku petani dalam penggunaan pupuk 14 yang berlebihan sangat mempengaruhi pendapatan usahatani yang dilakukan petani. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalm penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kegiatan usahatani kentang yang dilakukan oleh petani di Desa Padaawas, Desa Karyamekar, dan Desa Sarimukti, Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut? 2. Bagaimana struktur biaya dan penerimaan dari kegiatan usahatani kentang yang dilakukan di Desa Padaawas, Desa Karyamekar, dan Desa Sarimukti, Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut? 3. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani kentang di Desa Padaawas, Desa Karyamekar, dan Desa Sarimukti, Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut?

1.3 Tujuan Penelitian