8
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, karena berperan dalam peningkatan perekonomian nasional
terutama dalam rangka mensukseskan swasembada komoditas pertanian. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja
pada sektor pertanian. Sarana utama pembangunan pertanian pada masa ini adalah dengan meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani, oleh karena itu
kegiatan disektor pertanian diusahakan agar dapat berjalan lancar seiring dengan peningkatan produk pangan pertanian yang diharapkan dapat memperbaiki taraf
hidup petani. Selain itu, dapat memperluas lapangan pekerjaan bagi golongan masyarakat yang masih tergantung pada sektor pertanian.
Subsektor hortikultura merupakan sumber penghasilan, baik yang berasal dari komoditas sayuran, buah-buahan, tanaman hias, obat-obatan, maupun palawija.
Tidak hanya berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan makanan olahan, tetapi juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat
pedesaan. Kekurangan produksi berpengaruh terhadap berbagai jenis aspek kehidupan sosial, ekonomi, bahkan politik. Karena itu dalam upaya peningkatan
produksi produk-produk hortikultura untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk tentu perlu
mendapat perhatian utama dalam pembangunan pertanian. Salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai potensi ekonomis untuk
menambah pendapatan para petani adalah sayuran. Sayuran sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkaan gizi, karena sayuran
merupakan salah satu sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh manusia. Konsumsi sayuran berkaitan dengan produksi sayuran,
jika dilihat produksi sayuran di Indonesia beberapa tahun belakangan ini mengalami peningkatan. Menurut Ditjen hortikultura Achmad Dimyati 2010,
terdapat lima jenis tanaman sayuran yang memberikan kontribusi produksi terbesar terhadap total produksi sayuran di Indonesia. Berikut kelima sayuran
9
disajikan dalam tabel produksi Kentang, Kubis, Bawang Merah, Cabe Besar, dan Tomat di Indonesia Tahun 2007-2011.
Tabel 1. Produksi Kentang, Kubis, Bawang Merah, Cabe Besar, dan Tomat di Indonesia Tahun 2007-2011
komoditas Produksi ton
2007 2008
2009 2010
2011 Kentang
1.003.732 1.071.543
1.176.304 1.060.805
955.488 Kubis
1.288.738 1.323.702
1.358.113 1.385.044
1.363.741 Bawang Merah
802.810 853.615
965.164 1.048.934
893.124 Cabe Besar
676.828 695.707
787.433 807.160
888.852 Tomat
635.474 725.973
853.061 891.616
954.046 Sumber: Kementrian Pertanian , 2012
Jawa Barat merupakan provinsi penghasil kentang terbesar, meski dari tahun 2007-2011 mengalami penurunan, provinsi Jawa Barat berada pada posisi pertama
sebagai provinsi penghasil kentang di Pulau Jawa. Jawa Tengah dan Jawa Timur dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sedangkan
untuk provinsi D.I. Yogyakarta dan Banten produksinya masih sangat kecil dan selalu mengalami fluktuasi. Produksi Tanaman Kentang serta Perkembangannya
menurut Provinsi Tahun 2005-2009 di sajikan dalam tabel 2. Tabel 2.
Produksi Tanaman Kentang serta Perkembangannya menurut Provinsi Tahun 2007-2011
Provinsi Produksi Ton
2007 2008
2009 2010
2011 Jawa Barat
337368 292253
320542 275101
220155 Jawa Tengah
255481 263147
288654 265123
250404 Jawa Timur
90365 105058
125886 115423
85521 D.I. Yogyakarta
127 192
116 30
Banten 4
85 Sumber: Kementrian Pertanian , 2012
10
Salah satu sentra produksi kentang di Indonesia adalah Kabupaten Garut. Kabupaten Garut merupakan sentra produksi kentang terbesar kedua di Provinsi
Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi Kabupaten Garut yang cukup besar dengan kontribusi rata-rata mencapai 33 persen dari total produksi provinsi
Jawa Barat. Kita dapat melihat terjadi fluktuasi dalam hasil produksi di setiap KabupatenKota, akan tetapi Kabupaten Garut mengalami fluktuasi tidak terlalu
besar bila dibandingkan dengan daerah lain. Produksi tanaman kentang menurut kabupaten dan kota di jawa barat tahun 2005 - 2009, disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Tanaman Kentang Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat Tahun 2007 - 2010
KabupatenKota Produksi Ton
2007 2008
2009 2010
Kab. Bandung 194.198
128.984 182.858
114.784 Kab. Garut
117.942 135.910
118.175 140.029
Kab. Sumedang 20.177
21.640 14.754
1.158 Kab. Majalengka
20.177 21.640
14.754 11.864
Kab. Kuningan 1.795
694 598
521 Sumber : Kementrian Pertanian , 2012
Pada tingkat regional Propinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut mempunyai lokasi yang strategis sebagai wilayah pengembangan sayuran terutama komoditi
kentang. Keadaan topografinya mempunyai variasi yang cukup besar menyebabkan wilayah Garut banyak dipengaruhi iklim lokal seperti daerah
Cikajang, Cigedug,
Cisurupan, Bayongbong.
Lokasi tersebut
sering memungkinkan terjadi hujan konveksi dan hujan organik sehingga sesuai untuk
bercocok tanam komoditi sayuran. Kecamatan Pasirwangi merupakan salah satu daerah penghasil kentang yang
memiliki luas panen terbesar ke dua setelah kecamatan cikajang. Walaupun pada tahun 2007 sempat mengalami peningkatan yang cukup tinggi dan menjadi
kecamatan yang memiliki luas panen terluas, pada tahun 2008 mengalami penurunan dan menempatkan kecamatan pasirwangi menjadi posisi ke dua. Luas
11
panen tanaman kentang di kabuapten garut dari tahun 2006 – 2008 di sajikan pada
tabel 4.
Tabel 4. Luas Tanaman kentang di Kabupaten Garut dari tahun 2006 – 2008
Kecamatan Luas Panen Ha
2006 2007
2008 Cikajang
1.330 1,290
1,407 Pasirwangi
1.035 1,620
1,042 Cisurupan
601 601
551 Cigedug
419 416
279 Bayongbong
320 289
391 Sumber : UPTD Data Dinas TPH Kabupaten Garut 2009
Terdapat tiga desa penghasil kentang di Kecamatan Pasirwangi, yaitu Desa Padaawas, Desa Karyamekar, dan Desa Sarimukti. Meski berada pada satu
kecamatan, akan tetapi ketiga desa memiliki banyak perbedaan baik dari segi keadaan alam, kegiatan usahatani, penggunaan input usahatani, dan jarak dari
pasar. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebut peneliti ingin melihat bagaimana tingkat usahatani dari ketiga desa tersebut.
1.2 Perumusan Masalah