Tes Uji Coba Instrumen

commit to user 60 Prosedur yang ditempuh dalam pembuatan instrumen yang baik adalah: a. Perencanaan, meliputi perumusan tujuan, menentukan varibel, kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan dan pembuatan tabel spesifikasi. b. Penulisan butir soal. c. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain yang perlu. d. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar. e. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan saran-saran dan sebagainya. f. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik dan mendasar dari pada data yang diperoleh sewaktu ujian. Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Untuk menghindari ketidak layakan soal tes, maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal yang digunakan.

3. Uji Coba Instrumen

a. Tes

1 Analisis Butir Instrumen Tes a Derajat Kesukaran Menurut Joesmani 1988:119, derajat kesukaran menunjuk seberapa jauh soal itu dijawab dengan benar. Karena itu derajat kesukaran ditunjukkan dengan berapa persen dari seluruh peserta commit to user 61 tes yang menjawab soal tersebut benar. Derajat kesukaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: P = x 100 keterangan: P = Derajat kesukaran. B = Jumlah siswa yang memberi responsi betul. T = Total jumlah peserta tes. Derajat kesukaran antara 25 - 75 dipandang sebagai derajat kesukaran yang memadai. b Daya Pembeda Menurut Joesmani 1988:119, daya beda soal digunakan untuk mengetahui apakah soal tersebut sebagai instrumen dapat membedakan hasil belajar antara kelompok siswa yang pandai dan kelompok siswa yang bodoh. Daya beda dapat menggunakan rumus sebagai berikut: keterangan: = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i. = banyaknya subjek yang dikenai tes instrumen. = Skor untuk butir ke-i dari subjek uji coba. = total skor dari subjek uji coba. commit to user 62 Budiyono, 2003:65 2 Analisis Instrumen Tes a Validitas Isi Menurut Allen dan Yen 1979:95-96 mengatakan bahwa instrumen dikatakan valid jika mengukur apa yang hendak diukur. Lebih lanjut, Allen dan Yen membedakan validitas isi menjadi dua tipe, yaitu validitas tampang face validity dan validitas logik logic validity atau validitas sampling sampling validity. Validitas tampang dipenuhi apabila terdapat similaritas kesesuaian antara hasil tes dengan kemampuan yang relevan yang diukur dengan tes tersebut. Validitas logik dipenuhi apabila behaviour yang diukur oleh tes dan disain logik dari butir -butir tes telah mencakup aspek-aspek penting dalam domainnya. Menurut Crocker dan Algina dalam Budiyono 2003:60 langkah-langkah dalam melakukan validasi isi antara lain: 1 Mendefinisikan domain kinerja yang akan diukur pada tes prestasi dapat berupa serangkaian tujuan pembelajaran atau pokok-pokok bahasan yang diwujudkan dalam kisi-kisi, 2 Membentuk panel-panel ahli qualified dalam domain-domain tersebut, commit to user 63 3 Menyediakan kerangka terstruktur untuk proses pencocokan butir-butir soal dengan domain perfomans yang terkait, dan 4 Mengumpulkan data yang diperoleh dari proses pencocokan pada langkah 3. Untuk tes hasil belajar, supaya tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 Bahan ujian tes harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. 2 Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. 3 Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. Untuk mempertinggi validitas isi, disarankan agar pembuat soal melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1 Mengindentifikasikan bahan-bahan yang telah diberikan beserta tujuan instruksionalnya. 2 Membuat kisi-kisi dari soal tes yang akan ditulis. Cara yang ditempuh adalah membuat tabel dua jalan yang memuat isi pokok bahasan yang akan diukur dan aspek tingkah laku yang akan dinilai menurut Taksonomi Bloom, misalnya. commit to user 64 3 Menyusun soal tes beserta kuncinya. Dalam hal ini menyusun kunci sesaat setelah menulis soal tes sangat dianjurkan. 4 Menelaah soal tes sebelum dicek. Penelaahan ini akan lebih baik apabila dilakukan oleh satu tim yang terdiri dari ahli-ahli yang relevan. Budiyono, 2003:58-59 b Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur. Menurut Budiyono 2003:65, suatu instrumen disebut reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan tetapi mempunyai kondisi yang sama pada waktu yang berlainan. Uji reliabilitas dalam instrumen ini menggunakan rumus Kuder-Richardson KR-20 sebagai berikut: dengan: = indeks reliabilitas instrument. n = banyaknya butir instrument. = proporsi banyaknya yang menjawab benar pada butir ke-i = 1 - . commit to user 65 = variansi total. Uji reliabilitas dalam instrumen tes ini dikatakan reliabel jika 0,7. Budiyono, 2003:69

b. Angket

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 105

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TREFFINGER DAN CIRCUIT LEARNING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT.

0 0 6

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA ( Pada Pokok Bahasan Sudut ).

0 1 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TUTOR SEBAYA DITINJAU EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TUTOR SEBAYA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN PERSEGI DAN PERSEGI

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 18

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA.

0 1 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING, SNOW BALLING, DAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI HIMPUNAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP SWASTA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Mubarok | 8725 18

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI KELAS VIIISMP NEGERI SE-KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Heritin | 9132 19440

0 0 13