Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

commit to user 26 Unsur-unsur dasar model pembelajaran Snow Balling adalah: siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. Siswa harusnya melihat bahwa semua anggota di dalam kelompok mempunyai tujuan yang sama. Siswa harusnya membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. Siswa dikenakan evaluasi atau akan diberikan hadiah penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua kelompok. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok Snow balling. Dengan model pembelajaran Snow balling, diharapkan siswa tertarik dan senang belajar matematika yang akhirnya dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika yang diwujudkan dengan kemampuannya dalam mengkomunikasikan materi yang dipelajari baik secara lisan maupun tertulis sehingga hasil belajar dan prestasi siswa juga akan meningkat.

4. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Menurut Rachmadi Widdiharto 2004:4 mendefinisikan model penemuan terbimbing dengan model pembelajaran dari sebagian banyak model pembelajaran dimana menempatkan guru sebagai fasilitator, membimbing siswa dimana dia diperlukan dan siswa didorong untuk commit to user 27 berpikir sendiri, menganalisis sendiri dengan memanfaatkan pengalamannya sehingga dapat “menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang disediakan oleh guru. Seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Menurut Bruner dalam Prince dan Felder 2006: “Discovery learning is an inquiry-based approach in which students are given a question to answer, a problem to solve, or a set of observations to explain, and then work in a largely self- directed manner to complete their assigned tasks and draw appropriate inferences from the outcomes, “discovering” the desired factual and conceptual knowledge in the process”. Belajar dengan penemuan adalah satu pendekatan yang berbasis pemeriksaan dimana para siswa diberi suatu pertanyaan untuk menjawab, suatu masalah untuk dipecahkan, atau pengamatan-pengamatan untuk menjelaskan, dan mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugas- tugas mereka yang ditugaskan dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dari hasil-hasil, menemukan pengetahuan konseptual dan berdasar fakta yang diinginkan di dalam proses. Prince dan Felder 2006:123 mengemukakan bahwa model penemuan terbimbing merupakan salah satu model mengajar secara inductive, sedangkan inductive teaching bertolak belakang pada teori kontruktivisme, sehingga model penemuan terbimbing merupakan aplikasi dari kontruktivisme. Lebih lanjut Prince dan Felder 2006:123 berpendapat bahwa Lebih lanjut Prince dan Felder 2006:123 berpendapat bahwa “Inductive teaching and learning methods is an umbrella term that commit to user 28 encompasses a range of instructional methods, including inquiry leaning, problem base learning, project base learning, case based teaching, discovery learning, and just-in-time teaching”. Berdasarkan definisi beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa yang dimana siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan, intuisi dan mencoba-coba trial and error, yang menghendaki guru sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Secara sederhana, peran guru dan siswa dalam model penemuan terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan Terbimbing Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa Sedikit bimbingan · Menyatakan persoalan · Menemukan pemecahan Banyak Bimbingan · Menyatakan persoalan · Memberikan bimbingan · Mengikuti petunjuk · Menemukan penyelesaian Rachmadi Widdiharto, 2004:5 Biknell-Holmes Hoffman dalam Castronova 2002:2 menjelaskan tiga ciri utama belajar menemukan antara lain: a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan. b. Berpusat pada siswa. commit to user 29 c. Kegiatannya untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengatahuan yang sudah ada. Model penemuan terbimbing lebih menekankan pada adanya interaksi dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat juga terjadi antara siswa dengan siswa S – S, siswa dengan bahan ajar S – B, siswa dengan guru S – G, siswa dengan bahan ajar dan siswa S – B – S dan siswa dengan bahan ajar dan guru S – B – G. Interaksi yang mungkin terjadi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Interaksi dalam Kegiatan Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Markaban, 2008:12 Langkah–langkah dalam Penemuan Terbimbing dapat dilakukan sebagai berikut: a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisasi, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. commit to user 30 Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun perkiraan dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, perkiraan konjektur yang telah dibuat siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai guru memberikan penegasan. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. Markaban, 2008:17-18 Menurut Marzano dalam Markaban 2008:18 kelebihan model penemuan terbimbing antara lain: a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquirymenemukan. c. Mendukung kemampuan problem solving siswa. d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru. e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya. commit to user 31 Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut: a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Beberapa siswa masih terbiasa dengan metode ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing. Markaban, 2008:18-19

5. Model Pembelajaran Konvensional

Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SUB POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 4 105

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN MEDIA KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA MTs KABUPATEN KLATEN

1 5 112

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL TREFFINGER DAN CIRCUIT LEARNING DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT.

0 0 6

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA ( Pada Pokok Bahasan Sudut ).

0 1 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA.

0 0 7

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TUTOR SEBAYA DITINJAU EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TUTOR SEBAYA DITINJAU DARI HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN PERSEGI DAN PERSEGI

0 0 16

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 18

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA POKOK BAHASAN PECAHAN DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA.

0 1 19

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING, SNOW BALLING, DAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI HIMPUNAN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA SMP SWASTA DI KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2014 2015 | Mubarok | 8725 18

0 0 10

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI KELAS VIIISMP NEGERI SE-KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2015 2016 | Heritin | 9132 19440

0 0 13