Harapan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan Model Pengukuran Mutu Pelayanan

rata penduduk sebagian besar penduduk yang menjadi sasaran utama institusi kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan dinilai baik, apabila pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien yang sesuai tingkat kepuasan rat-rata penduduk yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan tersebut. 2. Ditujukan pada upaya yang dilakukan Dilakukan untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus sesuai dengan standard dan kode etik profesi. Mutu pelayanan sesuai dengan standard dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

2.8. Harapan Pelanggan Terhadap Mutu Pelayanan

Kotler 2000 menyatakan bahwa mutu jasa harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa mutu yang baik bukanlah berdasarkan persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan persepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap mutu jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa Tjiptono, 2000, Rangkuti, 2003. Persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan dipengaruhi oleh situasi momen pelayanan, yaitu tenaga yang memberikan pelayanan, proses pelayanan dan lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan Rangkuti, 2003. Dalam konteks mutu produk barang atau jasa dan kepuasan, telah tercapai konsensus bahwa harapan pelanggan memiliki peranan yang besar sebagai standar perbandingan dalam evaluasi. Menurut Olson dan Dover, harapan pelanggan merupakan Universitas Sumatera Utara keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar acuan dalam menilai kinerja produk tersebut Tjiptono, 2000.

2.9. Model Pengukuran Mutu Pelayanan

Salah satu cara agar pelayanan jasa suatu perusahaan Puskesmas lebih unggul dibandingkan pesaingnya adalah dengan memberikan pelayanan yang bermutu, yang dapat memenuhi kepentingan pelanggan. Pengukuran mutu pelayanan yang paling sering digunakan oleh organisasi atau unit pelayanan kesehatan adalah dengan cara Azhari, 2000. 1. Model Kesenjangan Gap Parasuraman et.al. 1988 melakukan penelitian terhadap mutu pelayanan dengan membandingkan harapan pelanggan dengan persepsi pelayanan yang diterima. Hasil penelitian menemukan 5 dimensi utama yang paling menentukan, yaitu: a. Tangible, yaitu : bukti langsung yang dapat dilihat, meliputi fasilitas fisik, kelengkapan dan sarana komunikasi. b. Reliability, yaitu : kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. c. Responsiveness, yaitu : keinginan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang tanggap. d. Assurance, yaitu : mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya dan dimiliki para staf. Universitas Sumatera Utara e. Empati, yaitu : kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pasien. Dari hasil penelitian dinyatakan, bahwa setiap unit yang memberikan pelayanan harus berusaha menghilangkan kesenjangan gap antara harapan pelanggan dengan persepsi terhadap pelayanan yang diterima.

2.10. Dimensi Mutu Layanan