Pengaruh inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif terhadap kreativitas

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)

Oleh: Noviana NIM : 109070000220

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada

kemudahan.”

(Q.S. Al-Insyiroh, 5-6)

Ku berlari . . . bersama sang mentari

Semangat lagi . . . tak ada kata nanti

Ku bernyanyi . . . tak hanya dalam hati

Suatu hari nanti semua kan ku nikmati


(6)

berdoa, memberi dukungan dan menunggu keberhasilan

saya dalam mencapai kesuksesan.

Untuk Mama yang senantiasa berdo’a, dan

memberikan kasih sayang.

Untukkakak, dan adik-adik yang saya sayangi dan

cintai

serta para dosen yang senantiasa memberikan

saya banyak ilmu.


(7)

D) Xiii + 79 Halaman + Lampiran

E) Pengaruh Inteligensi, Tipe Kepribadian, dan Iklim Kreatif terhadap Kreativitas.

F) Kreativitas merupakan suatu hal yang penting untuk dikembangkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pengembangan kreativitas harus diperhatikan, terutama dalam bidang pendidikan.

G) Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh inteligensi, tipe kepribadian extraversion, agreeableness, constiousness, neuroticism, dan openness, iklim kreatif terhadap kreativitas siswa-siswi SMAN 3 Tangerang.

H) Sampel pada penelitian ini siswa SMAN 3 Tangerang dengan jumlah keseluruhan 201. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling. Penelitian menggunakan metode kuantitatif melalui pemberian kuesioner dan alat tes pada sampel penelitian. Kemudian, melakukan uji alat ukur menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan bantuan software Lisrel dan menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan multiple regression analysis dengan bantuan software SPSS.

I) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dua variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap kreativitas yaitu inteligensi dan iklim kreatif. Variabel lainnya, yaitu tipe kepribadian; extraversion, agreeableness, constiousness, neuroticsm, dan openness tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kreativitas. Inteligensi dan iklim kreatif mempunyai pengaruh yang signifikan atau memiliki persentase kontribusi terbesar terhadap kreativitas dibandingkan dengan variabel lain, dengan perincian variabel inteligensi memberikan sumbangan sebesar 7,5% dan iklim kreatif sebesar 1,9%. Sehingga dapat diketahui bahwa variabel yang terbesar pengaruhnya terhadap kreativitas adalah inteligensi.


(8)

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-12 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Pembatasan Masalah ... 9

1.3 Perumusan Masalah ... 11

1.4 Tujuan Penelitian ... 11

1.5 Manfaat Penelitian ... 12

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 12

1.5.2 Manfaat Praktis ... 12

1.6 Sistematika Penulisan ... 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 14-38 2.1 Kreativitas ... 14

2.1.1 Pengertian kreativitas ... 14

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas ... 16

2.1.3 Pengukuran kreativitas ... 19

2.2 Inteligensi ... 21

2.2.1 Pengertian inteligensi ... 21

2.2.2 Teori-teori inteligensi ... 22

2.2.3 Pengukuran inteligensi ... 23

2.3 Kepribadian ... 26

2.3.1 Pengertian kepribadian ... 26

2.3.2 Dimensi big five personality ... 27

2.3.3 Pengukuran kepribadian ... 29

2.4 Iklim kreatif ... 30

2.4.1 Pengertian iklim kreatif ... 30

2.4.2 Dimensi-dimensi iklim kreatif ... 31

2.4.3 Pengukuran iklim kreatif ... 34

2.5 Kerangka Berpikir ... 35


(9)

3.1.2 Sampel penelitian ... 41

3.2 Variabel penelitian ... 41

3.3 Definisi operasional variabel ... 42

3.3.1 Kreativitas ... 42

3.3.2 Inteligensi ... 42

3.3.3 Kepribadian ... 42

3.3.4 Iklim kreatif ... 43

3.4 Pengumpulan Data ... 44

3.4.1 Teknik pengumpulan data ... 44

3.4.2 Instrumen penelitian ... 45

3.5 Prosedur pengumpulan data ... 48

3.6 Uji vliditas instrumen penelitian ... 48

3.6.1 Uji validitas konstruk skala kepribadian ... 49

3.6.2 Uji validitas konstruk skala iklim kreatif ... 57

3.7 Metode analisis data ... 60

3.8 Prosedur penelitian ... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 64-72 4.1 Deskripsi subjek penelitian ... 64

4.2 Analisis deskriptif ... 65

4.3 Kategorisasi variabel penelitian ... 67

4.4 Uji hipotesis penelitian ... 68

4.4.1 Hasil uji regresi ... 68

4.4.2 Pengujian proporsi varian masing-masing dari IV ... 72

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 74-78 5.1 Kesimpulan ... 74

5.2 Diskusi ... 75

5.3 Saran ... 77

5.3.1 Saran teoritis ... 77

5.3.2 Saran Praktis ... 78

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan” (Munandar, 1999).

Dalam berbagai aspek kehidupan, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. Kita menghadapi macam-macam tantangan, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik, maupun sosial. Kemajuan teknologi yang meningkat dan ledakan penduduk yang disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, menuntut adaptasi secara kreatif dan kemampuan untuk mencari pemecahan yang imajinatif (Munandar, 2009).

Alexander (2007), juga menyatakan bahwa kesuksesan hidup individu itu sangat ditentukan oleh kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif, baik dalam skala besar maupun kecil. Hal tersebut juga terungkap oleh Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada acara penutupan pameran Karya Emas Tangan Indonesia tahun 2014. Beliau mengungkapkan


(11)

bahwa kreativitas yang dimiliki bangsa Indonesia menjadi modal dasar untuk dapat berkarya dan menghasilkan hal-hal baru yang terinspirasi dari hal-hal yang pernah ada. Kreativitas merupakan sebuah daya yang dapat terus menghidupkan manusia (www.parekraf.go.id).

Aburizal Bakrie juga mengungkapkan hal yang sama dalam blog nya ketika bertemu dengan anak-anak muda yang tergabung dalam berbagai komunitas kreatif di kota Surabaya dan Bandung. Beliau mengungkapkan, “Saya yakin anak muda Indonesia mampu. Kemampuan dan kreativitas anak-anak muda Indonesia tak diragukan lagi. Saya yakin masa depan industri kreatif kita cerah di tangan mereka. Ini sesuatu yang penting. Karena ini menjadi modal utama bagi bangsa ini untuk lebih maju lagi dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia” (Bakrie, 2013).

Boenjamin Setiawan (dalam Munandar, 2001) juga menyatakan bahwa kreativitas dan inovasi sangat besar pengaruhnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, apabila manusia tidak memiliki sifat kreatif dan inovatif, maka semua penemuan yang memperbaiki derajat hidup kita tidak ada, maka dari itu peran kreativitas sangat besar.

Dari beberapa pernyataan di atas peneliti menyimpulkan bahwa kreativitas di kehidupan ini adalah penting dan merupakan modal utama untuk memajukan bangsa Indonesia. Namun pengembangan kreativitas juga harus diperhatikan, terutama dalam bidang pendidikan. Menurut Munandar (2009), pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan


(12)

diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan dari pendidikan, pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan masyarakat.

Sebab utama lainnya dari kurangnya perhatian dunia pendidikan dan psikolog terhadap kreativitas terletak pada kesulitan merumuskan konsep kreativitas itu sendiri. Saat ini hampir setiap orang, dari orang awam, pemimpin lembaga kependidikan, manajer perusahaan sampai dengan pejabat pemerintah, berbicara tentang pentingnya kreativitas dikembangkan di sekolah, di tuntut dalam pekerjaan, dan diperlukan untuk pembangunan (Munandar, 2009).

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara 1999 – 2004 terdapat penjelasan secara umum, bahwa adanya penurunan peranan dan kualitas diri di kalangan generasi muda. Seperti kreativitas, kemauan, dan kemampuan mengembangkan pemikiran dan melakukan kegiatan eksploratif, melakukan aksi sosial untuk berani mencoba pada generasi muda yang mengalami hambatan sehingga pada akhirnya menghambat proses kaderisasi bangsa. Sedangkan bangsa Indonesia mempunyai visi untuk masa depan, dengan menetapkan beberapa misi, berikut salah satu misi yang ditetapkan; “Pewujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi”. Selanjutnya ditekankan pula dalam arah kebijakan di bidang ekonomi yang masih membahas mengenai kreativitas, “Mengupayakan kehidupan yang layak berdasarkan atas kemanusiaan yang adil bagi masyarakat, terutama


(13)

bagi fakir miskin dan anak-anak terlantar dengan mengembangkan sistem dana jaminan sosial melalui program pemerintah serta menumbuh kembangkan usaha dan kreativitas masyarakat yang pendistribusiannya dilakukan dengan birokrasi yang efektif dan efisien serta ditetapkan dengan undang-undang”.

Mengenai pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan juga disebutkan dalam tujuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Situs berita online Suara Merdeka (2013) mengatakan bahwa dalam kurikulum pendidikan sudah terdapat upaya untuk mengembangkan kreativitas, tapi hal tersebut belum terlaksana cukup baik, baik dari metode mengajarnya, iklim kelasnya, atau sarana prasarana yang mendukung hal tersebut. Nang Primadi Tabrani selaku Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkapkan "Lebih jauh lagi, cara belajar dalam pendidikan saat ini sudah terlalu lama dikuasai oleh rezim pemikiran rasio. Sehingga menggabungkan proses belajar rasional dan kreatif menjadi sulit dilaksanakan" (Puspitarini, 2014).

Kreativitas dalam kehidupan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penulis mencoba untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.


(14)

Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal, yang terungkap berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditemukan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh To dan Fisher (2011), ditemukan bahwa mood

mempengaruhi kreativitas, yang dapat digolongkan dalam faktor internal. Mood

(suasana hati) merupakan suatu emosi yang lemah, lembut, biasanya merupakan suatu peralihan yang sifatnya tidak berlangsung lama (Chaplin, 2008). Terungkap dalam penelitian To dan Fisher, bahwa ada pengaruh yang kuat ketika mood

positif diaktifkan terhadap pencapaian hasil dan kreativitas, sedangkan ketika

mood negatif diaktifkan ada efek lambat pada proses kreativitas.

Faktor internal lainnya adalah inteligensi yang merupakan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari (Santrock, 2006). Penelitian yang ditemukan oleh Benedek, Franz, Heene, dan Neubauer (2012) mengungkapkan bahwa inteligensi berhubungan positif dengan divergent thinking dan ideational originality dimana hal tersebut merupakan komponen dari kreativitas. Selain berhubungan dengan inteligensi, ada beberapa pernyataan dan penelitian yang mengatakan bahwa kepribadian juga mempengaruhi kreativitas. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (2007) bahwa kreativitas memberikan kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar, dan merupakan sebuah penghargaan yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian.

Batey, Furnham, & Safiullina (2010) menyatakan ada hubungan positif dan negatif antara kreativitas dengan dimensi dari big five personality. Kreativitas berhubungan positif dengan dimensi extraversion dan openness, dan berhubungan


(15)

negatif dengan agreeableness, conscientiousness dan neuroticism. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Nowrozi, Shaker, Meamar, Ghaderi (2011) menunjukkan bahwa dimensi dari big five personality, yakni openness, extraversion, agreeableness, dan conscientiousness berkorelasi positif dengan kreativitas, dan berkorelasi negatif dengan neuroticism.

Selain faktor internal yang telah dipaparkan di atas, ada faktor eksternal yang juga mempengaruhi kreativitas. Silvano Arieti (dalam Munandar, 2009) menamakan sebuah kebudayaan yang menunjang, memupuk, dan memungkinkan perkembangan kreativitas, dengan sebutan “creativogenic”. Dalam penelitiannya Arieti mengemukakan sembilan faktor creativogenic, yaitu tersedianya sarana kebudayaan, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan, penekanan pada “becoming”, memberikan kesempatan bebas, terdapat diskriminasi ringan, keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda, adanya toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen, adanya interaksi antara pribadi-pribadi yang berarti. Pada faktor pertama Arieti berpendapat bahwa seorang musikus seperti Beethoven akan sulit mengembangkan bakatnya apabila ia hidup dalam lingkungan dimana tidak ada kemungkinan untuk mempelajari musik secara wajar walaupun ia berbakat. Begitupun pada faktor-faktor yang lain yang menunjang kreativitas seseorang.

Pada penelitian Jacqueline Mayfield dan Milton Mayfield (2008), juga menyatakan bahwa iklim kreatif mempunyai pengaruh terhadap kreativitas seseorang. Dimana lingkungan kreativitas pekerja berperan kuat bagi peningkatan


(16)

tingkat kreativitas individu, dimana lingkungan tersebut memiliki peran untuk para pekerja, sehingga dapat memberi hasil atau nilai bagi pengembangan organisasi.

Irvan Prihartono (2011) menemukan bahwa ada korelasi positif dan signifikan antara iklim kelas (affiliation, student influence, dan involvement) terhadap sikap kreatif. Chang, Hsu, dan Chen (2013) juga menemukan bahwa ada korelasi positif antara iklim kelas dengan suasana yang menyenangkan terhadap kreativitas menggambar dan berbahasa pada siswa.

Tajari dan Tajari (2011) juga menemukan faktor eksternal yang mempengaruhi kreativitas. Terungkap bahwa peningkatan kreativitas dapat dipengaruhi oleh metode mengajar. Metode mengajar dengan cara yang kreatif dapat meningkatkan komponen kreativitas (fluent, originality, flexibility, dan

expansion) seseorang menjadi lebih efektif. Selain itu Munandar (2009) juga mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana non otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, dengan kepercayaan guru terhadap kemampuan anak untuk Sementara itu, McLellan dan Nicholl (2013) melakukan penelitian mengenai penerapan dimensi iklim kreatif di dalam organisasi ke dalam ruang kelas. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan di organisasi, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dimensi iklim kreatif terhadap kreativitas. Namun, dalam penelitian yang mereka lakukan di sekolah menengah dengan rentangan usia 11-16 tahun, tidak ada pengaruh iklim kreatif terhadap kreativitas siswa.


(17)

berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru dan anak diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, kemampuan kreatif dapat tumbuh dengan subur. Suasana seperti ini dapat dibangun pada sekolah secara umum atau melalui iklim kelas.

Berdasarkan data yang penulis temukan terdapat sekolah yang turut mengembangkan kreativitas, yaitu SMAN 3 Tangerang. Sekolah ini mempunyai misi yang dapat meningkatkan kreativitas siswa salah satunya adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan inovatif. Situs berita online Tangerang Ekspres mengungkapkan bahwa SMA Negeri 3 Tangerang ini mampu mengubah sampah plastik, sedotan, kemasan kopi, kulit jagung, koran dan karung beras menjadi barang berharga seperti bunga, baju, tas, sandal, sepatu, keranjang, sajadah dan permadani. Siti Nurlaela selaku guru bahasa Inggris mengatakan, “Di sekolah kami siswa wajib mengumpulkan sampah setiap harinya. Jika sudah didaur ulang dibuat kerajinan tangan, maka karya siswa akan dijual uangnya bisa untuk tambahan jajan”. Menurutnya, kegiatan daur ulang sampah sangat penting. Selain mengurangi beban sampah di lingkungan sekolah, daur ulang sampah juga dapat mendorong kreativitas siswa untuk berkarya. Dengan kegiatan tersebut diharapkan siswa mampu membiasakan diri untuk menjaga kebersihan dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Dengan begitu, sampah yang biasa mengotori lingkungan sekolah menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis tinggi.

Pada website SMAN 3 Tangerang, disebutkan bahwa pada tanggal 28 Oktober 2012 SMAN 3 Tangerang mengadakan lomba bahasa dalam


(18)

memperingati Bulan Bahasa dan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2012. Lomba-lomba tersebut meliputi lomba musikalisasi puisi, telling story, membaca puisi, scrabble, bercerita dalam bahasa Jerman, dan bercerita dalam bahasa Indonesia. Menurut Rahmat, selaku guru SMAN 3, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kreativitas verbal siswa-siswi (wawancara, 15 Oktober 2014). Informasi ini mendorong penulis untuk mengetahui bagaimana kreativitas siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Telah dijelaskan dari berbagai sumber dan tokoh bahwa setiap individu membutuhkan kreativitas dalam kehidupan sehari-hari serta dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, banyak juga

1.2 Pembatasan Masalah

faktor yang mempengaruhi kreativitas seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Oleh karena banyaknya faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif terhadap kreativitas.

Penelitian ini dibatasi hanya pada pengaruh inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif terhadap kreativitas. Adapun batasan-batasan tentang konsep variabel yang diteliti adalah:

1. Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kreativitas verbal yang mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, dimana setiap sub tes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.


(19)

2. Inteligensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengukur kemampuan seseorang secara global dalam bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan efektivitas seseorang dalam menangani lingkungannya.

3. Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, Cervone & John, 2012). Dalam penelitian ini difokuskan pada lima tipe kepribadian (Big Five Personality); extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.

4. Iklim kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah iklim yang memajukan generasi, pemikiran, penggunaan produk baru, pelayanan, dan cara kerja. Iklim tersebut turut mendukung pembangunan, pembauran, dan pemanfaatan dalam berbagai macam pendekatan serta konsep yang baru dan berbeda (Isaksen, Lauer & Ekvall, 1998) dengan model iklim kreatif dari McLellan dan Nicholl (2013) yaitu; tantangan (challenge), kebebasan (freedom), keterbukaan (trust/openness), waktu untuk menemukan ide (idea time), kesenangan (playfulness/humour), pengambilan resiko (risk tasking),

dukungan untuk ide (idea support), debat (debate), dan konflik (conflict).

5. Individu yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 3 Tangerang tahun 2014 - 2015.


(20)

1.3 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disajikan, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif terhadap kreativitas?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan inteligensi terhadap kreativitas?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan tipe-tipe kepribadian terhadap kreativitas?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan iklim kreatif terhadap kreativitas? 5. Dimensi manakah yang paling berpengaruh signifikan terhadap kreativitas? 6. Berapa proporsi varians inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif yang

berpengaruh terhadap munculnya kreativitas?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif, terhadap kreativitas dan variabel manakah yang paling kuat mempengaruhi kreativitas. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji:

1. Pengaruh inteligensi terhadap kreativitas .

2. Pengaruh tipe kepribadian extraversion terhadap kreativitas. 3. Pengaruh tipe kepribadian agreeableness terhadap kreativitas.


(21)

5. Pengaruh tipe kepribadian neuroticism terhadap kreativitas.

6. Pengaruhtipe kepribadian openness terhadap kreativitas.

7. Pengaruh iklim kreatif terhadap kreativitas.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca, memberikan kontribusi dalam lapangan psikologi dan pendidikan.Selain itu juga dapat menjadi penguat dan pendukung atau kritik terhadap teori-teori dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

1.5.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam mengembangkan kreativitas siswa yang akan bermanfaat untuk masa depannya.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Pembahasan pada bab ini meliputi teori, konsep dan pengukuran kreativitas, inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.


(22)

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini dikemukakan, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

BAB 4: HASIL PENELITIAN

Berisi analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN


(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

Pembahasan pada bab ini meliputi teori, konsep dan pengukuran kreativitas, inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kreatif, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

2.1 Kreativitas

2.1.1 Pengertian kreativitas

Munandar (1999) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan”.

Kim (2007) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah fenomena antara individu dan kebudayaan yang memungkinkannya untuk mengubah kemungkinan menjadi kenyataan. Ketika seorang individu menemukan wawasan atau menghasilkan bentuk-bentuk seni yang baru dan diterima dari orang lain, maka temuan tersebut menjadi bagian dari tradisi budaya, tercatat, dan dikirim ke generasi selanjutnya.

Menurut Runco (2007), kreativitas adalah topik yang sangat menarik. Individu yang kreatif adalah individu yang dapat memimpin sebuah kehidupan


(24)

yang menarik, terutama ketika melakukan pekerjaan yang disenangi (kesenian, penemuan, buku, dan wawasan) dalam arti ia melakukannya dengan original dan tidak biasa.

Hurlock (1999) menambahkan mengenai kreativitas, menurutnya kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda, dan orisinal. Begitu juga Sternberg (2008) yang juga menyatakan bahwa kreativitas sebagai proses memproduksi sesuatu yang orisinil dan bernilai. Sesuatu yang dimaksud adalah berupa sebuah teori, tarian, zat kimia, suatu proses atau prosedur, cerita, simfoni, dan lain-lain. Lalu Santrock (2007) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir dalam cara-cara yang baru dan tidak biasa serta menghasilkan pemecahan masalah yang unik. Maksud dari definisi tersebut, kreativitas adalah bagaimana seseorang berfikir dengan cara baru yang menghasilkan pemecahan masalah yang belum ada sebelumnya sehingga seseorang dapat menemukan produk atau solusi yang belum pernah ditemukan orang lain.

Berdasarkan uraian diatas teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Utami Munandar (2009), yakni kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.


(25)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Hurlock (1999) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas, diantaranya;

1. Jenis kelamin

Anak laki-laki lebih kreatif dibandingkan dengan anak perempuan. Hal tersebut disebabkan karena anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, bahkan didesak oleh teman sebayanya untuk bertindak suatu hal yang beresiko, dan juga anak laki-laki didorong oleh para orang tua dan guru untuk menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

2. Status sosioekonomi

Seseorang yang memiliki status sosioekonomi lebih tinggi cenderung lebih kreatif dari yang lebih rendah status sosioekonominya. Hal tersebut disebabkan karena status sosioekonomi yang lebih tinggi memberikan lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

3. Urutan kelahiran

Anak dengan urutan kelahiran tengah, belakang dan anak tunggal, mungkin lebih kreatif dari yang lahir pertama, karena pada umumnya anak yang lahir pertama akan lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang tuanya. Penjelasan mengenai perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan.


(26)

4. Ukuran keluarga

Dalam ukuran keluarga yang kecil, lebih memungkinkan anak untuk lebih kreatif dibandingkan ketika anak berada dalam ukuran keluarga yang besar, terlebih jika anak terdidik secara otoriter dan kondisi sosioekonomi yang rendah.

5. Lingkungan kota versus lingkungan desa

Lingkungan kota cenderung lebih memungkinkan anak untuk kreatif dibandingkan anak dari lingkungan desa. Disebabkan, karena dalam lingkungan desa pada umumnya anak dididik secara otoriter yang kurang merangsang kreativitas.

6. Inteligensi

Setiap anak yang pandai menunjukkan kreativitas yang lebih besar. Hal ini disebabkan, karena mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menanganiih besar. Hal ini disebabkan, karena mereka mempunyai lebih banyak gagasan baru untuk menangani suasana konflik sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian pada konflik tersebut.

Dibawah ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas yang terungkap berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ditemukan, diantaranya;

1. Metode mengajar

Peningkatan kreativitas dapat dipengaruhi dengan metode mengajar. Tajari dan Tajari (2011), menyatakan bahwa metode mengajar dengan cara yang kreatif dapat meningkatkan komponen kreativitas (fluent, originality, flexibility, dan expansion) seseorang lebih efektif.


(27)

2. Kepribadian

Kepribadian merupakan bagian yang khas dari setiap individu. Hal ini yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Hoseinifar, Siedkalan, Zirak, Nowrozi, Shaker, Meamar dan Ghaderi (2011) menyatakan bahwa kepribadian seseorang mempengaruhi kreativitas. Ditemukan bahwa dari ke lima faktor kepribadian terdapat empat faktor yang mempengaruhi secara positif yaitu openness, extraversion, agreeableness dan conscientiousness. Sedangkan

neuroticism mempunyai pengaruh negatif terhadap kreativitas. 3. Inteligensi

Batey, Furnham, dan Safiullina (2010) mengungkapkan bahwa kreativitas mempunyai hubungan positif dengan inteligensi. Ditemukan dalam penelitiannya, bahwa kreativitas berhubungan positif dan signifikan terhadap crystallized intelligence dan fluid intelligence. Horn (dalam Alan, 1994) menjelaskan pengertian dari crystallized intelligence dan fluid intelligence. Crystallized intelligence mengacu pada fungsi intelektual pada tugas-tugas yang menyerukan akulturasi, pendidikan dan pelatihan sebelumnya, sedangkan fluid intelligence melibatkan pemecahan masalah dan penalaran di mana kuncinya adalah adaptasi dan fleksibilitas ketika dihadapkan dengan rangsangan asing.

4. Iklim kreatif

Iklim kreatif juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang. Pada penelitian Jacqueline Mayfield dan Milton


(28)

Mayfield (2008), menyatakan bahwa iklim kreatif mempunyai pengaruh terhadap kreativitas seseorang. Dimana lingkungan kreativitas pekerja berperan kuat bagi peningkatan hasil organisasi.

5. Mood

Dalam penelitian yang dilakukan oleh To dan Fisher (2011), menemukan bahwa mood mempengaruhi kreativitasyang dapat digolongkan dalam faktor internal. Mood (suasana hati) merupakan satu emosi yang lemah, lembut, biasanya merupakan suatu peralihan yang sifatnya tidak berlangsung lama (Chaplin, 2008). Terungkap dalam penelitian To dan Fisher, bahwa ada pengaruh yang kuat ketika mood positif diaktifkan terhadap pencapaian hasil dan kreativitas, sedangkan ketika mood negatif diaktifkan ada efek lambat pada proses kreativitas.

Berdasarkan uraian faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas, dalam penelitian ini akan diuji faktor internal dan eksternal yaitu; inteligensi dan kepribadian sebagai faktor internal, dan iklim kreatif sebagai faktor eksternal.

2.1.3 Pengukuran kreativitas

Utami Munandar (dalam Munandar, 2009) mengkonstruksi tes kreativitas pertama di Indonesia pada tahun 1977, yaitu tes kreativitas verbal, yang mengukur kemampuan berpikir divergen. Tes tersebut berlandaskan model struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoretis. Tes ini terdiri dari enam sub-tes (permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya) yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi


(29)

masing-masing berbeda dalam dimensi produk. Setiap sub-tes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.

Tes kreativitas berikutnya merupakan adaptasi dari circle test dari Torrance, dan digunakan pertama kali di Indonesia oleh Utami Munandar pada tahun 1976 dan dilakukan penelitian standarisasi pada tahun 1988, yaitu TKF (Tes Kreativitas Figural). TKF dapat mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan, yaitu dengan memberikan skor untuk bonus orisinalitas jika subjek mampu menggabung dua lingkaran atau lebih menjadi satu objek; makin banyak lingkaran yang dapat digabung, makin tinggi nilai (skor) yang diperoleh (Munandar, 2009).

Guilford (dalam Munandar, 2009) menggunakan Tes Kemampuan Berpikir Divergen yang mencakup dimensi operasi (proses), dimensi content dan dimensi produk. Tes kreativitas ini digunakan untuk populasi remaja dan orang dewasa, meskipun ada juga yang untuk anak-anak usia kelas 4 sampai kelas 6 SD. Tes tersebut disusun untuk anak-anak terdiri dari 10 sub-tes, yaitu; nama untuk cerita, apa yang dapat dilakukan, arti yang sama, menulis kalimat, macam-macam orang, membuat dekorasi. Tes ini mempunyai batas waktu, hal tersebut penting untuk pengetesan yang cermat.

Berdasarkan macam-macam alat ukur yang telah dipaparkan, kreativitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Tes Kemampuan Verbal (TKV) Utami Munandar yang dimodifikasi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewakili aspek kreativitas; kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dari kemampuan


(30)

berpikir kreatif pada usia remaja, yang disesuaikan dengan perkembangan remaja masa kini.

2.2 Inteligensi

2.2.1 Pengertian inteligensi

Sternberg (2008) mengungkapkan bahwa inteligensi adalah kapasitas untuk belajar dari pengalaman dengan menggunakan proses-proses metakognitif dalam upayanya meningkatkan pembelajaran, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Inteligensi mensyaratkan kemampuan adaptasi yang berbeda di dalam konteks-konteks sosial dan budaya yang berbeda.

Santrock (2006) mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Lalu Ormrod (2009) menambahkan bahwa inteligensi merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya secara fleksibel untuk menghadapi tugas-tugas baru yang menantang. Sedangkan

Wade dan Tavris (2007) mendefinisikan inteligensi sebagai suatu karakteristik dalam diri seseorang yang didapatkan melalui penalaran, umumnya didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk mengambil keuntungan dari suatu pengalaman, memperoleh pengetahuan, berpikir secara abstrak, bertindak berdasarkan alasan, atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, definisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Santrock (2006) yang mendefinisikan


(31)

bahwa inteligensi merupakan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari.

2.2.2. Teori-teori inteligensi

Berikut merupakan macam-macam teori inteligensi yang dijelaskan dari beberapa teori, diantaranya;

a. Faktor ‘g’

Spearman (dalam Sternberg, 2008) mengatakan bahwa inteligensi dapat dimengerti berdasarkan dua jenis faktor. Pertama, faktor umum ‘g’ (general) yang merupakan faktor pendorong performa di semua tes kemampuan mental, faktor ini menjadi kunci untuk memahami inteligensi. Faktor yang kedua yaitu faktor spesifik yang terlibat di dalam performa dan terdapat pada tipe-tipe tertentu tes kemampuan mental.

b. Model-model hierarkis

Cattel (dalam Sternberg, 2008) menyatakan bahwa model ini mengandung dua sub faktor utama, yaitu fluid abillities dan crystallized abillities. Fluid abillities

merupakan kecepatan dan akurasi penalaran abstrak, khususnya ketika seseorang dihadapkan pada masalah-masalah baru. Sedangkan crystallized abillities

merupakan pengetahuan dan kosa kata yang terakumulasi untuk waktu yang lama, tersimpan di dalam memori jangka panjang, dan dapat digunakan ketika dibutuhkan.


(32)

Vernon (dalam Sternberg, 2008) menyatakan bahwa sub faktor utama yang telah disebutkan mencakup faktor lain yang lebih spesifik, yaitu kemampuan mekanis praktis dan pendidikan verbal. Sedangkan Carrol (dalam Sternberg, 2008) menyatakan bahwa model hierarkis yang lebih baru adalah model yang mengandung tiga strata. Strata I mencakup kemampuan spesifik, seperti kemampuan mengeja dan kecepatan penalaran. Starta II mencakup kemampuan yang luas, seperti fluid intelligence dan crystallized intelligence. Strata III mencakup inteligensi umum tunggal.

c. Multi Inteligensi

Howard Gardner (dalam Sternberg, 2008) menyatakan bahwa inteligensi mengandung berbagai konstruk yang independen. Teori ini menggunakan delapan kriteria untuk melihat jenis inteligensi yang berbeda-beda, yaitu; kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan kinestetika tubuh, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Gardner melihat setiap kemampuan ini sebagai sebuah kecerdasan yang berbeda, bukan hanya sebagai bagian dari sebuah keseluruhan.

2.2.3 Pengukuran inteligensi

Tes inteligensi merupakan ukuran umum mengenai fungsi kognitif saat ini; seringkali digunakan untuk memprediksikan prestasi akademik dalam jangka pendek (Ormrod, 2009).


(33)

Stanford – Binet mengukur inteligensi menggunakan skala inteligensi Stanford – Binet yang sudah mengalami perbaikan berkali-kali. Stanford – Binet edisi keempat (SB-IV), mempertahankan keunggulan utama pada edisi awal yaitu sebagai instrumen klinis yang diselenggarakan secara individu. Skala ini dirancang untuk usia dua tahun sampai tingkat dewasa. Materinya mencakup buku kecil berisi kartu-kartu untuk presentasi, flip-over soal-soal tes, objek-objek tes; balok, papan bentuk, manik-manik dengan berbagai macam dan warna, gambar boneka besar yang uniseks dan multietnik, buku catatan kecil untuk penguji memberikan skor dan catatan, serta buku pedoman untuk skor dan cara melaksanakan. Terdiri dari 15 tes yang mencakup empat bidang kognitif; penalaran verbal (kosa kata, pemahaman, absurditas, hubungan verbal), penalaran kuantitatif (kuantitatif, seri angka, membangun persamaan), penalaran abstrak/visual (analisis pola, meniru, matriks, melipat dan menggunting kertas), memori jangka pendek (bead memory, memori untuk kalimat, memori untuk digit, memori untuk objek) (Anastasi & Urbina, 2007).

Skala Kaufman adalah instrumen klinis yang diselenggarakan secara individu. Skala ini mencakup tiga skala, yaitu K-ABC, KAIT, dan K-BIT. K-ABC (Kaufman Assesment Battery for Children), skala ini dirancang untuk usia 2 setengah tahun sampai 12 tahun 6 bulan. Skala ini mencakup skala pretasi yang terdiri dari beberapa subtes, yaitu; kemampuan membaca, aritmatik, pengetahuan kata, dan informasi umum. Namun bukan untuk mengukur pengetahuan faktual yang diajarkan disekolah, melainkan tes-tes sikap. KAIT (Kaufman Adolescent and Adult Intelligence Test), dirancang untuk usia 11 sampai 85 tahun. Skala ini


(34)

menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang fluid intelligence dan

crystallized intelligence. Skala ini mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi, dan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan. K-BIT (KaufmanBrief Intelligence Test), dirancang untuk usia 4 sampai 90 tahun. Skala ini dirancang sebagai instrumen penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat intelektual yang terdiri dari satu subtes verbal yang terdiri dari 45 soal kosa kata ekspresif dan 37 definisi, dan satu subtes nonverbal yang terdiri dari 48 matriks (Anastasi & Urbina, 2007).

David Wechsler dalam mengukur inteligensi mencakup tiga skala, yaitu skala untuk orang dewasa, untuk anak usia sekolah, dan untuk anak usia pra sekolah. WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale- Revised) untuk usia 16-74 tahun, WISC-III (Wechsler Intelligence Scale for Children – Third Edition) untuk usia 6 – 16 tahun 11 bulan, WPPSI-R (Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence- Revised) untuk usia 3 – 7 tahun 3 bulan (Anastasi & Urbina, 2007). Dalam tes inteligensi umum ini mengukur kemampuan seseorang secara global dalam bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan efektivitas seseorang dalam menangani lingkungannya.

Pada penelitian ini penulis tidak melakukan tes inteligensi sendiri, tetapi mengambil hasil data tes inteligensi siswa-siswi yang telah dilakukan di sekolah pada 14 Juli 2012 untuk kelas XII, 13 Juli 2013 untuk kelas XI, dan 12 Juli 2014 untuk kelas X, yang menggunakan WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale- Revised).


(35)

2.3. Kepribadian

2.3.1. Pengertian kepribadian

Allport (dalam Hall, Linzey & Campbell, 1997) mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi atau susunan yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik (khas) terhadap lingkungannya). Sedangkan Pervin, Cervone& John (2012) mengungkapkan bahwa kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku.

Feist dan Feist (2006) menyatakan bahwa kepribadian (personality) adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) menunjukan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Karakteristik (characteristis) merupakan ciri khas seseorang yang unik, dan termasuk pada temperamen, fisik dan inteligensi yang dimilkinya.

Salah suatu pendekatan tipe terhadap kepribadian yang digunakan dalam psikologi adalah melaluilima tipe kepribadian (Big Five Personality), yaitu;

extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness

(Friedman &Schustack, 2008). Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran terhadap kepribadian yang kemudian berkembang menjadi bentuk dasar dari struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five.


(36)

Dari pengertian di atas maka peneliti menggunakan definisi dari Pervin, Cervone& John (2012) yang mengungkapkan bahwa kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku yang dapat dianalisis melalui lima tipe kepribadian (Big Five Personality); extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.

2.3.2. Dimensi Big Five Personality

John & Srivastava (1999) menjelaskan karakteristik kelima dimensi tipe dalam pendekatan Big Five:

1. Extraversion (E)

Extraversion sering disebut juga dengan surgency. Individu dengan skor tinggi pada faktor extraversion (E) cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk berdiam diri, tenang, penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan.

2. Agreeableness (A)

Faktor Agreeableness (A) membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tak mengenal belas kasih. Individu dengan skor tinggi pada faktor ini memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati. Faktor ini juga disebut dengan social adaptibility yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan


(37)

tingkat agreeableness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

3. Conscientiousness (C)

Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Faktor ini dapat juga disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya.

4. Neuroticism (N)

Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism (N), memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang yang memiliki tingkat

neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi, sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas akan diri sendiri, dan tidak emosional.

5. Openness (O)

Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki


(38)

ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

2.3.3 Pengukuran kepribadian

Puccio & Grivas (2009), mengukur kepribadian dengan alat ukur DiSC. Alat ukur DiSC terdiri dari 28 set kata-kata, ada empat kata sifat dalam setiap set. Responden diminta untuk mengulas setiap kata-kata dan mengidentifikasi kata terbaik yang menggambarkan diri sendiri, juga kata yang paling deskriptif. Dari ulasan tersebut, maka akan menghasilkan skor kepribadian pada empat dimensi:

Dominance, Influence, Steadiness dan Conscientiousness. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada Dominance, maka ia adalah seseorang yang aktif ketika berhadapan dengan masalah dan tantangan. Skor tinggi pada Influence, maka berkaitan dengan antusias, persuasif, dan optimis. Steadiness mengacu pada seseorang yang tidak menyukai perubahan dan lebih suka pada kecepatan yang tetap dan keamanan. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada

Conscientiousness, biasanya menghasilkan kualitas bekerja dan menjelaskan secara berhati-hati menuntut dan sistematis.

Costa dan McCrae (dalam John, O. P. dan Srivastava,1999), menggunakan NEO-PI-R (NEO Personality Inventory) sebagai alat ukur kepribadian. Alat ukur ini dibuat dengan tiga tingkat instrumen, yang terdiri dari 240 item ditambah


(39)

dengan validitas pertanyaan, 30 aspek, dan lima dimensi, yaitu; neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, dan conscientiousness.

John, O. P. dan Srivastava, S (1999), mengukur kepribadian dengan menggunakan alat ukur BFI (Big Five Inventory). Alat ukur ini tediri dari 44 item yang yang mengukur individu dengan lima tipe faktor kepribadian (Goldberg, 1993). Masing-masing dari item tersebut, mencakup aspek-aspek kepribadian, yaitu; extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.

Kepribadian yang diteliti pada penelitian ini diukur dengan menggunakan adaptasi skala oleh John, O. P. dan Srivastava, S, yaitu BFI (Big Five Inventory). Hal ini dimaksudkan agar item-item yang dibuat mampu mewakili kepribadian yang dilandasi oleh karakteristik yang diungkapkan John, O. P. dan Srivastava, S (1999).

2.4 Iklim kreatif

2.4.1 Pengertian iklim kreatif

Isaksen (McLellan & Nicholl, 2013) menjelaskan iklim berdasarkan literatur organisasi. Iklim merupakan tingkah laku, sikap, dan perasaan individu yang bersatu di dalam sebuah kelompok organisasi, yang sudah dibedakan dari budaya, dan mengacu pada nilai, serta keyakinan yang mendasari peraturan sosial. Dalam bidang pendidikan, istilah iklim belum dapat didefinisikan menjadi satu definisi. Istilah iklim ini masih sering digunakan dengan istilah lain, seperti; budaya, atmosfer, karakter dan irama (Prosser dalam McLellan & Nicholl, 2013).


(40)

Iklim kreativitas dan perubahan iklim (The climate for creativity and change) adalah iklim yang memajukan generasi, pemikiran, penggunaan produk baru, pelayanan, dan cara kerja. Iklim tersebut turut mendukung pembangunan, pembauran, dan pemanfaatan dalam berbagai macam pendekatan serta konsep yang baru dan berbeda (Isaksen, Lauer & Ekvall, 1998).

Berdasarkan uraian dari definisi di atas, maka penulis akan menggunakan definisi iklim kreatif dari Isaksen, Lauer dan Ekvall (1998) untuk penelitian ini, yaitu iklim yang memajukan generasi, pemikiran, penggunaan produk baru, pelayanan, dan cara kerja. Iklim tersebut turut mendukung pembangunan, pembauran, dan pemanfaatan dalam berbagai macam pendekatan serta konsep yang baru dan berbeda. Penulisjuga akan menggunakan dimensi-dimensi iklim kreatif dari McLellan dan Nicholl (2013) untuk melihat apakah iklim kelas di Indonesia sudah termasuk dalam dimensi-dimensi tersebut.

2.4.2 Dimensi-dimensi iklim kreatif

Menurut Ekvall dan Isaksen (dalam McLellan & Nicholl, 2013), terdapat sembilan dimensiiklim kreatif yang akan berlaku untuk setiap pengaturan dimana individu bersama-sama datang untuk tujuan yang ditetapkan, sehingga dapat berlaku untuk situasi yang berbeda seperti tim olahraga, kelas dan organisasi.Berikut ke sembilan dimensi iklim kreatif yang dimodifikasi menjadi iklim kreatif dalam situasi kelas;


(41)

1. Challenge

Sejauh mana seseorang terlibat dalam pencapaian target kegiatan keseharian, tujuan jangka panjang, dan visi. Ketika tingkatan sebuah tantangan dan keterlibatan ini semakin tinggi, maka seseorang akan merasa semakin termotivasi dan mau berkomitmen untuk berkontribusi. Iklim yang menantang memiliki ciri-ciri sebagai berikut; dinamis, menggairahkan dan menginspirasi, sehingga dapat menimbulkan munculnya gagasan atau ide.

2. Freedom

Kebebasan seseorang dalam melakukan sesuatu. Iklim yang membebaskan sebagai berikut; seseorang diberikan kebebasan sebanyak-banyaknya, diberikan kemandirian, dan sumber daya yang digunakan untuk penetapan dari pekerjaan mereka.Seseorang mempunyai kesempatan dalam berinisiatif untuk belajar dan berbagi informasi.

3. Trust/openness

Kepercayaan terbentuk dengan menjaga emosional dalam sebuah hubungan. Ketika ada kepercayaan yang tinggi, individu dapat benar-benar terbuka dan jujur satu sama lain. Seseorang akan mengandalkan satu sama lainnya untuk mendapatkan dukungan secara profesional maupun pribadi. Seseorang akan memiliki rasa hormat yang tulus antara satu dengan yang lainnya.

4. Idea time


(42)

mengembangkan ide-ide baru. Ada jadwal yang fleksible, yang memungkinkan orang untuk menjelajahi alternatif baru.

5. Playfulness/humour

Spontanitas dan kemudahan ditampilkan dalam dunia kerja. Profesional, namun situasi yang santai, penuh tawa, lelucon, dan baik hati sering terjadi. Orang lain dapat melihat bahwa orang-orang di dalamnya sedang bersenang-senang di tempat kerja. Iklim ini dipandang sebagai iklim yang easy going dan ringan hati.

6. Risk-taking

Adanya toleransi ketidakpastian dan ambiguitas di tempat kerja. Dalam kasus pengambilan resiko tinggi, inisiatif berani dapat diambil bahkan ketika hasil tidak diketahui. Orang-orang merasa seperti ‘sedang berjudi yang belum diketahui hasilnya’ saat mengajukan ide.

7. Idea support

Salah satu cara untuk mendapatkan ide-ide baru adalah dengan sebuah iklim yang mendukung, penerimaan ide dan saran yang penuh perhatian dan professional dari atasan, teman sebaya, dan juga dengan bawahan. Seseorang mendengar satu sama lain dan mendorong dengan sebuah inisiatif. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan sebuah ide baru.

8. Debate

Debat merupakan suatu forum yang memungkinkan munculnya kesamaan dan perbedaan sudut pandang, ide-ide dan pengalaman serta pengetahuan. Dalam


(43)

perdebatan, banyak gagasan yang didengar dan dipertimbangkan. Dalam suasana debat sering terlihat pembahasan dengan pandangan dari beragam perspektif.

9. Conflict

Adanya kehadiran pribadi dan ketegangan emosional dalam organisasi. Ketika tingkat konflik sedang tinggi, kelompok dan individu kemungkinan akan tidak menyukai atau bahkan benci satu sama lain. Iklim dapat dicirikan dengan ‘perang interpersonal’. Alur, perangkap, perjuangan kekuasaan dan wilayah adalah unsur yang biasa pada hidup organisasi. Perbedaan kepribadian akan menghasilkan gosip dan fitnah.

2.4.3. Pengukuran Iklim Kreatif

Ekvall (dalam McLellan & Nicholl, 2013) menggunakan CCQ (Creative Climate Questionnaire) sebagai alat ukur iklim kreatif di sebuah organisasi. CCQ memiliki sembilan dimensi iklim kreatif diantaranya; challenge, freedom, trust/openness, idea time, playfulness/humour, risk taking, idea support, debate,

dan conflict.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memodifikasi alat ukur iklim kreatif CCQ (Creative Climate Questionnaire) yang meliputi sembilan dimensi CCQ, yaitu challenge, freedom, trust/openness, ideatime, playfulness/humour, risk taking, idea support, debate dan conflict sebagai cakupan dari indikator-indikator yang dimuat dalam skala model likert.


(44)

2.5 Kerangka berpikir

Kreativitas merupakan suatu hal yang penting untuk dikembangkan bagi kemajuan bangsa Indonesia. Bahkan tidak jarang perekonomian bangsa ini memerlukan sumber daya manusia yang kreatif. Boenjamin Setiawan (dalam Munandar, 2001) menyatakan bahwa kreativitas dan inovasi sangat besar pengaruhnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurutnya, apabila manusia tidak memiliki sifat kreatif dan inovatif, maka semua penemuan yang memperbaiki derajat hidup kita tidak ada, maka dari itu peran kreativitas sangat besar; pengembangan kreativitas juga harus diperhatikan, terutama dalam bidang pendidikan.

Namun dalam Situs berita online Suara Merdeka (2013) dikatakan bahwa pelaksanaan untuk mengembangkan kreativitas dalam pendidikan di sekolah belum dijalankan dengan baik, seperti; metode mengajarnya, iklim kelasnya, atau sarana prasarana yang mendukung hal tersebut, padahal dalam kurikulum pendidikan sudah terdapat upaya untuk mengembangkan kreativitas.

Selain itu, dari beberapa literatur terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas, salah satunya adalah inteligensi. Hurlock (1999) mengatakan bahwa kreativitas seringkali dianggap sinonim dengan kecerdasan tinggi. Keyakinan ini telah diperkuat dengan kenyataan bahwa orang dengan inteligensi yang sangat tinggi disamakan dengan kreativitas. Sedangkan Sternberg, Grigorenko dan Singer (dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa kecerdasan dan kreativitas bukan hal yang sama. Batey,


(45)

Furnham, dan Safiullina (2010) mengungkapkan bahwa kreativitas mempunyai hubungan positif dengan inteligensi. Ditemukan dalam penelitiannya, bahwa skala kreativitas berhubungan positif dan signifikan terhadap crystallized intelligence

dan fluid intelligence. Horn (dalam Alan, 1994) menjelaskan bahwa crystallized intelligence mengacu pada fungsi intelektual pada tugas-tugas yang menyerukan akulturasi, pendidikan dan pelatihan sebelumnya, sedangkan fluid intelligence

melibatkan pemecahan masalah dan penalaran di mana kuncinya adalah adaptasi dan fleksibilitas ketika dihadapkan dengan rangsangan asing. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa inteligensi memang mempunyai pengaruh terhadap kreativitas.

Beberapa peneliti lainnya menemukan bahwa kreativitas dipengaruhi juga oleh kepribadian. Seperti yang dijelaskan dalam salah satu penelitian oleh Batey, Furnham, & Safiullina (2010) menyatakan ada hubungan positif dan negatif antara kreativitas dengan dimensi dari big five personality. Kreativitas berhubungan positif dengan dimensi extraversion dan openness, dan berhubungan negatif dengan agreeableness, conscientiousnessdan neuroticism. Individu dengan dimensi openness memiliki karakteristik kreatif, minat yang luas, ingin tahu, orisinal, imajinatif, dan tidak tradisional membuat individu ini mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap kreativitas. Sedangkan neuroticism merupakan dimensi yang memiliki ciri cemas, gugup, emosional, tidak aman, dan tidak cakap yang mengidentifikasikan individu tersebut rentan terhadap tekanan psikologis, dan rentan pada ide yang tidak realistis hal tersebut menjadikan rendahnya pengaruh terhadap kreativitas.


(46)

Selain itu, lingkungan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kreativitas. Individu kreatif mengemukakan bahwa mereka memiliki waktu dan kebebasan dalam suatu keadaan yang menyenangkan untuk memperhatikan sejumlah besar jalan keluar dalam memecahkan suatu masalah (Santrock, 2003).

Sedangkan McLellan dan Nicholl (2013) menemukan bahwa tidak ada pengaruh iklim kreatif terhadap kreativitas siswa. Disimpulkan dari hasil wawancara guru dan murid, bahwa iklim kreatif yang mereka rasakan tidak kondusif dalam mewujudkan kreativitas. Dalam penelitian ini siswa tidak merasakan ada iklim yang menantang, bebas dan dukungan untuk mewujudkan ide-ide mereka. Padahal dalam dimensi menantang, seseorang akan merasa semakin termotivasi dan mau berkomitmen dalam sebuah kontribusidengan begitu seseorang akan menemukan kebahagiaan dan kebermaknaan dalam pekerjaannya. Iklim kebebasan seseorang diberikan kebebasan sebanyak-banyaknya, diberikan kemandirian, dan sumber daya yang digunakan untuk penetapan dari pekerjaan mereka, sehingga mereka mempunyai kesempatan untuk berinisiatif untuk belajar dan berbagi informasi pekerjaannya. Begitu juga dengan iklim idea support salah satu cara untuk mendapatkan ide-ide baru adalah dengan sebuah iklim yang Jacqueline Mayfield dan Milton Mayfield (2008), menyatakan bahwa iklim yang kreatif mempunyai pengaruh terhadap kreativitas seseorang. Dimana lingkungan kreativitas pekerja berperan kuat bagi peningkatan hasil organisasi. Situasi lingkungan kreatif tersebut dirancang untuk mengetahui tingkat kreativitas individu, dimana lingkungan tersebut memiliki peran untuk para pekerja, sehingga dapat memberi hasil atau nilai bagi pengembangan organisasi.


(47)

mendukung, penerimaan ide dan saran yang penuh perhatian dan professional dari atasan, teman sebaya, dan juga dengan bawahan. Seseorang mendengar satu sama lain dan mendorong dengan sebuah inisiatif. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan sebuah ide baru.

Jadi pada penelitian ini peneliti akan meneliti pengaruh inteligensi, tipe kepribadian, dan iklim kreatifterhadap kreativitas. Gambar 2.1 merupakan dengan kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

2.6 Hipotesis penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir tentang pengaruh inteligensi, tipe kepribadian dan iklim kelas terhadap kreativitas dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Extraversion Agreeableness

Kreativitas

Conscientiousness

Neuroticism

Inteligensi

Tipe Kepribadian

Openness


(48)

Ha1

H

: Ada pengaruh yang signifikan inteligensi, tipe-tipe kepribadian dan iklim kreatif terhadap kreativitas.

a2

H

:Ada pengaruh positif yang signifikan inteligensi terhadap kreativitas.

a3

H

:Ada pengaruh positif yang signifikan tipe kepribadian extraversion

terhadap kreativitas.

a4

H

: Ada pengaruh positif yang signifikan tipe kepribadian agreeableness

terhadap kreativitas.

a5

H

: Ada pengaruh negatif yang signifikan tipe kepribadian conscientiousness

terhadap kreativitas.

a6

H

: Ada pengaruh negatif yang signifikan tipe kepribadian neuroticism

terhadap kreativitas.

a7

H

: Ada pengaruh positif yang signifikan tipe kepribadian openness terhadap kreativitas.


(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan tentang populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji validitas instrumen, teknik analisis data dan prosedur pengumpulan data.

3.1 Subjek penelitian

3.1.1 Populasi penelitian

Populasi penelitian ini, adalah siswa SMAN 3 Tangerangdengan jumlah sebanyak 989 orang. Siswa SMA yang dijadikan populasi adalah siswa yang sudah mengikuti tes inteligensi dan sudah dalam pembagian kelas; kelas IPA dan IPS. Alasan peneliti mengambil populasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Relevan dengan tujuan penelitian yang hendak meneliti siswa SMA.

2. Siswa-siswa SMA diasumsikan sudah memiliki kosa kata yang lebih banyak dan sudah mampu untuk memecahkan masalah meski hanya dikemukakan secara verbal (Santrock, 2003).

3. Siswa-siswa SMA sudah ada pembagian kelas; kelas IPA dan IPS yang mendukung tujuan peneliti untuk melihat pengaruh dari iklim kelas.

4. Memiliki kemampuan membaca dan memahami petunjuk pengisian kuesioner dengan baik.


(50)

3.1.2 Sampel penelitian

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 201 orang yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII, kelas X terdiri dari 36 siswa untuk IPS dan 35 siswa untuk IPA, kelas XI terdiri dari 37 siswa untuk IPS dan 34 siswa untuk IPA, kelas XII terdiri dari 34 siswa untuk IPS dan 25 siswa untuk IPA. Penetapanjumlah tersebut dilakukan agar hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dapat mewakili seluruh siswa SMAN 3 Tangerang.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling; sampel dipilih secara random distratifikasikan, sehingga diperoleh enam kelas dari tiga tingkatan kelas, yakni; 1 kelas IPA dan 1 kelas IPS dari kelas X, 1 kelas IPA dan 1 kelas IPS dari kelas XI, dan 1 kelas IPA dan 1 kelas IPS dari kelas XII.

3.2 Variabel penelitian

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah kreativitas dan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah inteligensi sebagai variabel bebas 1 (X1), extraversion sebagai variabel bebas 2 (X2),

agreeableness sebagai variabel bebas 3 (X3), conscientiousness sebagai variabel

bebas 4 (X4), neuroticism sebagai variabel bebas 5 (X5), openness sebagai


(51)

3.3 Definisi operasional variabel 3.3.1 Kreativitas

Kreativitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang terungkap secara verbal, berdasarkan data atau informasi yang didapat dari banyaknya kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, yang penekanannya terletak pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara operasional diukur dengan tes kreativitas verbal atau mengukur kemampuan berpikir divergen. Tes ini terdiri dari enam sub-tes (permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya) yang semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen. Setiap sub-tes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.

3.3.2 Inteligensi

Inteligensi yang dimaksud dalam penelitisn ini adalah mengukur kemampuan seseorang secara global dalam bertindak secara sengaja, berpikir secara rasional, dan efektivitas seseorang dalam menangani lingkungannya, meliputi inteligensi verbal dan inteligensi performance.

3.3.3 Kepribadian

Kepribadian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku meliputilima tipe kepribadian extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, openness.


(52)

a. Extraversion (E) adalah seseorang yang cenderung penuh dengan kasih sayang, periang, banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. b. Agreeableness (A) adalah seseorang yang rendah, suka mencurigai, kikir,

tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang kooperatif.

c. Conscientiouness (C) adalah seseorang yang pekerja keras, cermat, tepat waktu, dan tekun.

d. Neuroticism (N) adalah seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri, emosional, dan rentan terhadap gangguan stress.

e. Openness (O) adalah seseorang yang mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas.

3.3.4 Iklim kreatif

Iklim kreatif yang dimaksud adalah iklim yang memajukan generasi, pemikiran, penggunaan produk baru, pelayanan, dan cara kerja. Iklim tersebut turut mendukung pembangunan, pembauran, dan pemanfaatan dalam berbagai macam pendekatan serta konsep yang baru dan berbeda (Isaksen, Lauer & Ekvall, 1998), meliputi challenge, freedom, trust/openness, idea time, dynamism/liveliness, playfulness/humour, risk-taking, idea support, debate, dan conflict.


(53)

3.4 Pengumpulan data

3.4.1 Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan hasil tes, tes kreativitas verbal, dan self inventory, dalam bentuk skala model Likert dengan 4 alternatif jawaban. Selain itu pernyataannya dibuat dengan kategori positif atau kesetujuan (favorable) dan item negatif atau ketidaksetujuan (unfavorable). Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala model Likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yakni:

• Sangat sesuai (SS)

• Sesuai (S)

• Tidak sesuai (TS)

• Sangat tidak sesuai (STS)

Adapun perolehan skor dari item-item berdasarkan dari jawaban yang dipilih sesuai dengan jenis pernyataan yakni favorable atau unfavorable. Jika digambarkan dalam bentuk tabel, maka hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Tabel bobot skor

Kategori Respon SS S TS STS

Favorable 4 3 2 1


(54)

3.4.2 Instrumen penelitian

Pada penelitian ini digunakan instrumen pengambilan data berupa (1) tes kreativitas verbal (2) tes inteligensi (3) skala kepribadian (4) skala iklim kreatif.

1. Tes Kreativitas Verbal (TKV)

Peneliti menggunakan modifikasi Tes Kreativitas Verbal yang dikonstruksi oleh Utami Munandar (1977), yang terdiri dari enam sub tes (Permulaan Kata, Menyusun Kata, Membentuk Kalimat Tiga Kata, Sifat-Sifat Yang Sama, Macam-Macam Penggunaan Dan Apa Akibatnya). Modifikasi dilakukan dengan mengganti sub tes Permulaan Kata dan Membentuk Kalimat Tiga Kata dengan sub tes Apa Yang Bisa Dilakukan, sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan lima sub tes (Menyusun Kata, Sifat-Sifat Yang Sama, Macam-Macam Penggunaan, Apa Akibatnya, Apa Yang Bisa Dilakukan). Adapun blue print tes kreativitas verbal terdapat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Blueprint tes kreativitas verbal

No. Dimensi Jumlah

1. Menyusun kata 4

2. Sifat-sifat yang sama 4 3. Macam-macam penggunaan 4

4. Apa akibatnya 4


(55)

2. Tes Inteligensi

Skor inteligensi dikumpulkan dari data skor inteligensi siswa, dengan melihat hasil tes psikologi yang sudah dilakukan sebelumnya disekolah. Tes intelegensi yang dipakai adalah tes WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale- Revised).

3. Skala Tipe Kepribadian

Penulis menggunakan skala BFI yang dikembangkan oleh John dan Srivastava (1999).Adapun blue print skalaBFIterdapat dalam tabel 3.3.

Tabel 3.3

Blueprint skala big five inventory

Didalam pernyataan-pernyataan tersebut terdapat dua jenis pernyataan yaitu pernyataan favorable dan unfavorable dan jumlah item yang digunakan yaitu sebanyak 44 item.

No. Aspek Pernyataan F/UF Jumlah

1. Extraversion 1, 6*, 11, 16, 21*, 26, 31*, 36 8

2. Agreeableness 2*, 7, 12*, 17, 22, 27*, 32,

37*, 42 9

3.

Conscientiousness

3, 8*, 13, 18*, 23*, 28, 33, 38,

43* 9

4.

Neuroticism

4, 9*, 14, 19, 24*, 29, 34*, 39 8

5.

Openness

5, 10, 15, 20, 25, 30, 35*, 40,

41*, 44 10


(56)

4. Iklim kreatif

Penulis mengadaptasi pernyataan-pernyataan mengenai iklim kreatif berdasarkan teori Ekvall dan Isaksen (2001). Adapun blue print skala iklim kreatif terdapat dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4

Blueprint skala iklim kreatif

Didalam pernyataan-pernyataan tersebut terdapat dua jenis pernyataan yaitu pernyataan favorable dan unfavorable dan jumlah item yang digunakan yaitu sebanyak 23 item.

*Item unfavorable

No. Dimensi Indikator No Item Jumlah

1. Challenge Iklim yang menginspirasi atau menantang. 1, 2, 3 3 2. Freedom

Siswa diberikan kebebasan untuk menetapkan

pekerjaan tugas sekolah mereka. 4, 5*, 6 3 Siswa mempunyai kesempatan berinisiatif untuk

belajar. 7 1

Siswa mempunyai kesempatan untuk berbagi

informasimengenaipekerjaan tugas sekolahnya. 8 1

3. Trust/ope

nness

Menjaga emosional dalam sebuah hubungan. 9* 1 Siswa akan mengandalkan satu sama lainnya untuk

mendapatkan dukungan secara profesional maupun pribadi.

10 1

4. Idea time

Ada kesempatan untuk mengambil waktu dan

mengembangkan ide-ide baru. 11 1

Ada jadwal yang fleksibel, yang memungkinkan siswa

untuk menjelajahi alternatif baru. 12, 13 2

5.

Playfulnes s/ Humour

Situasi yang santai, penuh tawa, lelucon, dan keramahan dari anggota kelas sering terjadi, namun tetap dalam kondisi fokus belajar.

14 1

Siswa lain dapat melihat bahwa siswa-siswa di

dalamnya sedang bersenang-senang di dalam kelas. 15 1 6. Risk

taking

Adanya toleransi akan ketidakpastian.

16* 1

7. Idea

support

Seseorang mendengar satu sama lain dan mendorong dengan sebuah inisiatif.

17, 18*,

19*, 20 4

8. Debate

Dalam perdebatan, banyak gagasan yang didengar dan

dipertimbangkan. 21 1

Dalam suasana debat sering terlihat pembahasan

dengan pandangan dari beragam perspektif. 22 1 9. Conflict Munculnya ketegangan emosional dan personal di


(57)

3.5 Prosedur pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Peneliti menentukan dan menyusun instrumen yang digunakan dalam penelitian, yaitu data skor inteligensi, skala big five inventory, skala iklim kreatif dan tes kreativitas verbal.

2. Menentukan sampel penelitian yaitu SMA Negeri 3 Tangerang. Pengambilan sampel menggunkan teknik stratified random sampling, kemudian memberikan kuesioner skala sikap dan tes kreativitas verbal yang telah disediakan kepada subjek.

3. Pengambilan data di SMA Negeri 3 Tangerang pada tanggal 24 dan 25 November 2014.

4. Hasil skala dan tes yang telah diisi kemudian diskoring untuk dianalisis datanya.

3.6 Uji validitas instrumen penelitian

Validitas adalah ketetapan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Artinya, sejauh mana suatu alat ukur mengukur atribut yang hendak diukur.Setelah memperoleh data di lapangan, peneliti melakukan uji validitas konstruk pada masing-masing alat ukur. Penelitian ini menggunakan analisis faktor konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis/ CFA) sebagai metode uji validitasnya sehingga dapat diketahui apakah masing-masing item yang digunakan bersifat unidimensional (mengukur satu hal), signifikan atau tidak, dan dapat dihitung loading factor dari setiap item. Loading factor menunjukkan


(58)

seberapa besar item tersebut dalam mengukur variabel penelitian (Umar, 2011). Uji validitas konfirmatori yang dilakukan menggunakan software Lisrel (linear structural relationship) versi 8.76. Dalam CFA, terdapat beberapa hal yang dapat diuji (Umar, 2011), yaitu:

1. Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa semua item mengukur satu konstruk sesuai dengan yang didefinisikan (uji unidimensionalitas). Dalam hal ini, tidak ada selisih (residu) antara data yang diperoleh (S) dengan teori (Σ baca sigma) atau dengan kata lain, model teori yang digunakan fit atau cocok dengan data di lapangan.

2. Menguji hipotesis yang menyatakan bahwa setiap item menghasilkan informasi yang signifikan mengenai konstruk yang diukur. Untuk melihat suatu item baik atau tidak dalam mengukur faktor yang hendak diukur, terdapat tiga kriteria untuk menentukan apakah item tersebut perlu dibuang (di-drop) (Umar, 2011), yaitu :

a. T-value tidak signifikan (t < 1.96).

b. Koefisien loading factor (muatan faktor) bernilai negatif.

c. Terlalu banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran item lain.

3.6.1 Uji validitas konstruk skala kepribadian

Peneliti menguji 44 item yang ada bersifat unidimensional, artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur kepribadian. Skala kepribadian ini terdiri


(59)

dari lima dimensi. Dimensi extraversion, agreeableness, conscientiousness,

neuroticism, dan openness.

1. Uji validitas konstruk skala extraversion

Pada dimensi extraversion hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=145.60, df =20, P-value= 0,00000, RMSEA= 0.177, namun setelah dilakukan modifikasi sebanyak delapan kali terhadap model dengan membebaskan korelasi kesalahan pengukuran diantara nilai Chi-Square=15.53,df=12, P-value= 0.21356, RMSEA=0.038 menghasilkan P-value˃ 0.05 (tidak signifikan). Model fit tersebut ditunjukkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Model fit extraversion

Tahap selanjutnya, dilihat apakah item tersebut signifikan mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu

di-drop atau dipertahankan. Kemudian dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujian hipotesis nihil dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5.


(1)

ITEM20 -0.11 0.38 (0.03) (0.05) -3.70 7.87

ITEM21 - - - - 0.52 (0.06) 8.85

ITEM22 0.08 - - - - 0.68 (0.04) (0.07) 2.09 9.78

ITEM23 - - - - - - 0.20 0.94 (0.05) (0.09) 3.80 10.11

Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 --- --- --- --- --- ---

0.11 0.01 0.08 0.21 0.28 0.13 Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 --- --- --- --- --- ---

0.24 0.48 0.14 0.15 0.42 0.14 Squared Multiple Correlations for X - Variables

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 --- --- --- --- --- ---

0.02 0.26 0.09 0.04 0.28 0.24 Squared Multiple Correlations for X - Variables ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 --- --- --- --- ---

0.26 0.62 0.48 0.35 0.05

Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 175

Minimum Fit Function Chi-Square = 222.20 (P = 0.0091)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 204.10 (P = 0.065) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 29.10

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 68.79)


(2)

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.15 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.34)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.029 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.044) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.99

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.03 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (1.89 ; 2.23) ECVI for Saturated Model = 2.76

ECVI for Independence Model = 14.41

Chi-Square for Independence Model with 253 Degrees of Freedom = 2835.71 Independence AIC = 2881.71

Model AIC = 406.10 Saturated AIC = 552.00 Independence CAIC = 2980.69 Model CAIC = 840.73 Saturated CAIC = 1739.71

Normed Fit Index (NFI) = 0.92 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.97 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.64 Comparative Fit Index (CFI) = 0.98 Incremental Fit Index (IFI) = 0.98 Relative Fit Index (RFI) = 0.89

Critical N (CN) = 200.31

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.056 Standardized RMR = 0.056

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.92

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.87 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.58

UJI VALIDITAS IKLIMKELAS Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 --- --- --- --- --- ---

ITEM1 - -

ITEM2 - - - -

ITEM3 - - - - - -


(3)

ITEM5 0.29 0.27 0.20 0.12 - -

ITEM6 0.42 1.19 0.04 - - 1.25 - - ITEM7 - - - - 0.80 0.73 0.01 0.05 ITEM8 2.67 0.04 - - 0.47 - - 0.06 ITEM9 0.06 0.02 0.55 1.08 0.43 0.03 ITEM10 2.10 0.87 0.20 0.57 0.02 0.42 ITEM11 2.02 0.22 3.65 1.34 1.26 2.60 ITEM12 1.95 0.65 - - 0.02 0.61 0.59 ITEM13 0.28 - - 3.16 0.06 2.88 0.02 ITEM14 1.95 1.67 1.51 1.42 0.57 1.86 ITEM15 0.01 0.94 0.45 0.66 1.03 2.91 ITEM16 0.06 3.42 0.61 0.00 0.54 0.34 ITEM17 - - 1.34 0.20 3.09 1.85 2.20 ITEM18 1.30 1.69 1.63 - - - - 3.59 ITEM19 0.51 0.00 1.33 - - 0.08 0.09 ITEM20 2.91 0.10 1.14 - - - - - - ITEM21 0.87 0.10 1.11 - - - - 0.23 ITEM22 0.61 0.49 4.65 - - - - 0.25 ITEM23 0.00 1.55 - - 1.39 0.15 2.33 Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 --- --- --- --- --- ---

ITEM7 - -

ITEM8 - - - -

ITEM9 1.65 1.56 - -

ITEM10 1.38 - - 0.37 - -

ITEM11 3.52 0.19 - - 0.50 - -

ITEM12 - - 0.11 0.97 0.48 - - - - ITEM13 0.04 0.12 5.09 1.75 0.09 - - ITEM14 3.35 - - 0.69 0.71 - - 4.17 ITEM15 0.66 3.05 0.00 1.19 0.58 1.36 ITEM16 4.48 3.18 - - 1.48 0.06 - - ITEM17 1.98 0.19 1.60 2.11 0.01 0.27 ITEM18 0.38 1.41 0.24 0.50 0.01 0.31 ITEM19 0.75 0.02 0.99 0.02 0.39 0.33 ITEM20 1.09 0.04 0.07 - - - - 1.84 ITEM21 1.65 3.76 2.47 0.03 0.32 - - ITEM22 2.55 2.40 0.10 0.05 1.14 1.61 ITEM23 2.70 0.00 2.00 - - 1.41 2.10 Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 --- --- --- --- --- ---

ITEM13 - -

ITEM14 - - - -

ITEM15 0.85 0.03 - -

ITEM16 - - 2.48 1.19 - -


(4)

ITEM18 - - 0.04 0.66 0.60 - - - - ITEM19 - - - - 0.37 0.06 - - - - ITEM20 - - - - 0.30 - - - - 1.30 ITEM21 2.19 - - 4.12 1.58 0.41 0.02 ITEM22 2.18 1.52 - - 0.01 - - 1.73 ITEM23 0.15 0.00 0.80 0.01 0.08 1.36 Modification Indices for THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 --- --- --- --- ---

ITEM19 - -

ITEM20 - - - -

ITEM21 0.21 0.11 - -

ITEM22 - - 0.40 0.41 - -

ITEM23 0.65 1.27 1.81 - - - - Expected Change for THETA-DELTA

ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 --- --- --- --- --- ---

ITEM1 - -

ITEM2 - - - -

ITEM3 - - - - - -

ITEM4 -0.07 - - 0.08 - -

ITEM5 0.03 -0.03 0.02 0.02 - -

ITEM6 -0.03 -0.06 0.01 - - -0.06 - - ITEM7 - - - - -0.05 -0.04 0.00 -0.01 ITEM8 0.08 -0.01 - - 0.04 - - -0.01 ITEM9 -0.01 0.01 0.04 -0.05 -0.03 -0.01 ITEM10 0.08 0.05 -0.02 0.04 -0.01 0.04 ITEM11 -0.05 -0.02 0.07 0.05 0.06 -0.07 ITEM12 -0.07 0.05 - - -0.01 0.04 0.03 ITEM13 0.03 - - -0.10 -0.01 -0.10 -0.01 ITEM14 0.07 -0.08 0.06 0.07 -0.04 -0.08 ITEM15 -0.01 -0.06 0.04 -0.04 0.06 0.09 ITEM16 0.01 -0.11 -0.04 0.00 0.04 0.03 ITEM17 - - 0.06 -0.02 -0.09 -0.07 0.07 ITEM18 0.04 0.05 0.05 - - - - 0.07 ITEM19 -0.03 0.00 -0.04 - - -0.02 -0.01 ITEM20 0.06 0.01 -0.03 - - - - - - ITEM21 -0.04 0.02 0.05 - - - - 0.02 ITEM22 -0.04 0.03 -0.10 - - - - 0.02 ITEM23 0.00 0.07 - - 0.06 -0.02 0.08 Expected Change for THETA-DELTA

ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 --- --- --- --- --- ---

ITEM7 - -


(5)

ITEM9 -0.06 0.05 - -

ITEM10 -0.06 - - 0.03 - -

ITEM11 0.07 0.02 - - 0.03 - -

ITEM12 - - 0.02 0.05 -0.03 - - - - ITEM13 0.01 0.02 -0.12 -0.07 -0.01 - - ITEM14 -0.09 - - 0.05 0.05 - - 0.11 ITEM15 0.04 0.08 0.00 0.07 -0.03 -0.06 ITEM16 0.11 -0.08 - - -0.07 0.01 - - ITEM17 0.06 -0.02 0.05 -0.07 0.00 -0.02 ITEM18 0.02 -0.04 -0.02 0.03 0.00 0.02 ITEM19 0.03 0.00 0.04 -0.01 0.02 -0.02 ITEM20 -0.03 0.01 -0.01 - - - - -0.05 ITEM21 0.06 -0.08 -0.07 0.01 0.02 - - ITEM22 0.06 -0.06 -0.01 -0.01 -0.04 0.05 ITEM23 -0.08 0.00 0.08 - - -0.05 0.07 Expected Change for THETA-DELTA

ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 --- --- --- --- --- ---

ITEM13 - -

ITEM14 - - - -

ITEM15 -0.05 0.01 - -

ITEM16 - - -0.09 0.06 - -

ITEM17 -0.08 -0.07 0.11 0.03 - - ITEM18 - - -0.01 0.03 -0.03 - - - - ITEM19 - - - - -0.02 0.01 - - - - ITEM20 - - - - -0.02 - - - - -0.04 ITEM21 0.07 - - -0.10 0.06 -0.03 0.01 ITEM22 0.07 -0.07 - - 0.00 - - -0.06 ITEM23 -0.02 0.00 0.06 0.00 -0.01 0.05 Expected Change for THETA-DELTA

ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 --- --- --- --- ---

ITEM19 - -

ITEM20 - - - -

ITEM21 -0.02 0.01 - -

ITEM22 - - 0.02 0.03 - -

ITEM23 -0.03 -0.04 0.07 - - - -

Maximum Modification Index is 5.09 for Element (13, 9) of THETA-DELTA UJI VALIDITAS IKLIMKREATIF

Standardized Solution LAMBDA-X


(6)

--- ITEM1 0.33 ITEM2 0.08 ITEM3 0.29 ITEM4 0.45 ITEM5 -0.55 ITEM6 0.35 ITEM7 0.48 ITEM8 0.68 ITEM9 0.38 ITEM10 0.39 ITEM11 0.66 ITEM12 0.37 ITEM13 0.12 ITEM14 0.51 ITEM15 0.30 ITEM16 0.21 ITEM17 0.53 ITEM18 -0.48 ITEM19 -0.50 ITEM20 0.78 ITEM21 0.69 ITEM22 0.61 ITEM23 0.22

PHI IKLIMKREATIF ---

1.00