2.3. Kepribadian
2.3.1. Pengertian kepribadian
Allport dalam Hall, Linzey Campbell, 1997 mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi atau susunan yang dinamis dari sistem psikofisik dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik khas terhadap lingkungannya. Sedangkan Pervin, Cervone John 2012 mengungkapkan
bahwa kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku.
Feist dan Feist 2006 menyatakan bahwa kepribadian personality adalah sebuah pola dari sifat yang relatif menetap dan karakteristik unik, dimana
memberikan konsistensi dan individualitas pada perilaku seseorang. Sifat trait menunjukan perbedaan individual dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi
sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Karakteristik characteristis merupakan ciri khas seseorang yang unik, dan termasuk pada
temperamen, fisik dan inteligensi yang dimilkinya. Salah suatu pendekatan tipe terhadap kepribadian yang digunakan dalam
psikologi adalah melaluilima tipe kepribadian Big Five Personality, yaitu; extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness
Friedman Schustack, 2008. Raymond B. Cattell merupakan peletak dasar teoritis dari pengukuran terhadap kepribadian yang kemudian berkembang
menjadi bentuk dasar dari struktur kepribadian yang saat ini lebih dikenal dengan istilah Big Five.
Dari pengertian di atas maka peneliti menggunakan definisi dari Pervin, Cervone John 2012 yang mengungkapkan bahwa kepribadian adalah
karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan, pemikiran, dan perilaku yang dapat dianalisis melalui lima tipe kepribadian Big
Five Personality; extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness.
2.3.2. Dimensi Big Five Personality
John Srivastava 1999 menjelaskan karakteristik kelima dimensi tipe dalam pendekatan Big Five:
1. Extraversion E
Extraversion sering disebut juga dengan surgency. Individu dengan skor tinggi pada faktor extraversion E cenderung penuh dengan kasih sayang, periang,
banyak bicara, suka berkumpul, dan menyukai kesenangan. Sebaliknya, individu dengan tingkat extraversion rendah lebih menyukai untuk berdiam diri, tenang,
penyendiri, pasif, dan kekurangan kemampuan untuk mengungkapkan perasaan.
2. Agreeableness A
Faktor Agreeableness A membedakan antara individu yang berhati lembut dengan yang tak mengenal belas kasih. Individu dengan skor tinggi pada faktor ini
memiliki kecenderungan untuk memiliki kepercayaan yang penuh, dermawan, suka mengalah, penerima, dan baik hati. Faktor ini juga disebut dengan social
adaptibility yaitu mencirikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah dan menghindari konflik. Sedangkan pada individu dengan
tingkat agreeableness yang rendah, suka mencurigai, kikir, tidak ramah, mudah tersinggung, cenderung untuk lebih agresif dan mengkritik orang lain serta kurang
kooperatif.
3. Conscientiousness C
Conscientiouness digambarkan dengan individu yang patuh, terkontrol, teratur, ambisius, berfokus pada pencapaian, dan disiplin diri. Faktor ini dapat juga
disebut dengan dependability, impulse control dan will to achive. Secara umum, individu yang memiliki skor tinggi pada faktor ini adalah pekerja keras, cermat,
tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pada individu yang berskor rendah dalam faktor ini cenderung tidak teratur, lalai, pemalas, dan tidak memiliki tujuan serta
mudah menyerah ketika menemui kesulitan dalam tugas-tugasnya. 4.
Neuroticism N
Individu dengan skor tinggi pada faktor Neuroticism N, memiliki kecenderungan untuk mengalami kecemasan, temperamental, mengasihani diri sendiri, sadar diri,
emosional, dan rentan terhadap gangguan stress. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah akan lebih gembira dan puas terhadap hidup jika
dibandingkan yang memiliki tingkat neuroticism tinggi, sedangkan individu dengan skor yang rendah pada N, biasanya tenang, bertemperamental datar, puas
akan diri sendiri, dan tidak emosional. 5.
Openness O
Openness mengacu pada bagaimana individu tersebut bersedia untuk melakukan penyesuaian terhadap suatu situasi dan ide yang baru. Individu tersebut memiliki
ciri mudah bertoleransi, memiliki kapasitas dalam menyerap informasi, fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Pada
individu dengan tingkat openness yang rendah digambarkan sebagai pribadi yang
berpikiran sempit, konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan. 2.3.3 Pengukuran kepribadian
Puccio Grivas 2009, mengukur kepribadian dengan alat ukur DiSC. Alat ukur DiSC terdiri dari 28 set kata-kata, ada empat kata sifat dalam setiap set.
Responden diminta untuk mengulas setiap kata-kata dan mengidentifikasi kata terbaik yang menggambarkan diri sendiri, juga kata yang paling deskriptif. Dari
ulasan tersebut, maka akan menghasilkan skor kepribadian pada empat dimensi: Dominance, Influence, Steadiness dan Conscientiousness. Seseorang yang
memiliki skor tinggi pada Dominance, maka ia adalah seseorang yang aktif ketika berhadapan dengan masalah dan tantangan. Skor tinggi pada Influence, maka
berkaitan dengan antusias, persuasif, dan optimis. Steadiness mengacu pada seseorang yang tidak menyukai perubahan dan lebih suka pada kecepatan yang
tetap dan keamanan. Seseorang yang memiliki skor tinggi pada Conscientiousness, biasanya menghasilkan kualitas bekerja dan menjelaskan
secara berhati-hati menuntut dan sistematis. Costa dan McCrae dalam John, O. P. dan Srivastava,1999, menggunakan
NEO-PI-R NEO Personality Inventory sebagai alat ukur kepribadian. Alat ukur ini dibuat dengan tiga tingkat instrumen, yang terdiri dari 240 item ditambah