Mayfield 2008, menyatakan bahwa iklim kreatif mempunyai pengaruh terhadap kreativitas seseorang. Dimana lingkungan kreativitas pekerja
berperan kuat bagi peningkatan hasil organisasi. 5.
Mood Dalam penelitian yang dilakukan oleh To dan Fisher 2011, menemukan
bahwa mood mempengaruhi kreativitasyang dapat digolongkan dalam faktor internal. Mood suasana hati merupakan satu emosi yang lemah,
lembut, biasanya merupakan suatu peralihan yang sifatnya tidak berlangsung lama Chaplin, 2008. Terungkap dalam penelitian To dan
Fisher, bahwa ada pengaruh yang kuat ketika mood positif diaktifkan terhadap pencapaian hasil dan kreativitas, sedangkan ketika mood negatif
diaktifkan ada efek lambat pada proses kreativitas. Berdasarkan uraian faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas, dalam
penelitian ini akan diuji faktor internal dan eksternal yaitu; inteligensi dan kepribadian sebagai faktor internal, dan iklim kreatif sebagai faktor eksternal.
2.1.3 Pengukuran kreativitas
Utami Munandar dalam Munandar, 2009 mengkonstruksi tes kreativitas pertama di Indonesia pada tahun 1977, yaitu tes kreativitas verbal, yang mengukur
kemampuan berpikir divergen. Tes tersebut berlandaskan model struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoretis. Tes ini terdiri dari enam sub-tes
permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang sama, macam-macam penggunaan dan apa akibatnya yang semuanya mengukur
dimensi operasi berpikir divergen, dengan dimensi konten verbal, tetapi masing-
masing berbeda dalam dimensi produk. Setiap sub-tes mengukur aspek yang berbeda dari berpikir kreatif.
Tes kreativitas berikutnya merupakan adaptasi dari circle test dari Torrance, dan digunakan pertama kali di Indonesia oleh Utami Munandar pada
tahun 1976 dan dilakukan penelitian standarisasi pada tahun 1988, yaitu TKF Tes Kreativitas Figural. TKF dapat mengukur kreativitas sebagai kemampuan untuk
membuat kombinasi antara unsur-unsur yang diberikan, yaitu dengan memberikan skor untuk bonus orisinalitas jika subjek mampu menggabung dua lingkaran atau
lebih menjadi satu objek; makin banyak lingkaran yang dapat digabung, makin tinggi nilai skor yang diperoleh Munandar, 2009.
Guilford dalam Munandar, 2009 menggunakan Tes Kemampuan Berpikir Divergen yang mencakup dimensi operasi proses, dimensi content dan
dimensi produk. Tes kreativitas ini digunakan untuk populasi remaja dan orang dewasa, meskipun ada juga yang untuk anak-anak usia kelas 4 sampai kelas 6 SD.
Tes tersebut disusun untuk anak-anak terdiri dari 10 sub-tes, yaitu; nama untuk cerita, apa yang dapat dilakukan, arti yang sama, menulis kalimat, macam-macam
orang, membuat dekorasi. Tes ini mempunyai batas waktu, hal tersebut penting untuk pengetesan yang cermat.
Berdasarkan macam-macam alat ukur yang telah dipaparkan, kreativitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan Tes Kemampuan Verbal TKV
Utami Munandar yang dimodifikasi. Hal ini dimaksudkan agar dapat mewakili aspek kreativitas; kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dari kemampuan
berpikir kreatif pada usia remaja, yang disesuaikan dengan perkembangan remaja masa kini.
2.2 Inteligensi
2.2.1 Pengertian inteligensi
Sternberg 2008 mengungkapkan bahwa inteligensi adalah kapasitas untuk belajar dari pengalaman dengan menggunakan proses-proses metakognitif dalam upayanya
meningkatkan pembelajaran, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Inteligensi mensyaratkan kemampuan adaptasi yang berbeda di dalam
konteks-konteks sosial dan budaya yang berbeda. Santrock 2006 mendefinisikan bahwa inteligensi adalah kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Lalu Ormrod 2009 menambahkan bahwa inteligensi
merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya secara fleksibel untuk menghadapi tugas-tugas baru yang menantang. Sedangkan
Wade dan Tavris 2007 mendefinisikan inteligensi sebagai suatu karakteristik dalam diri seseorang yang didapatkan melalui penalaran, umumnya didefinisikan
sebagai suatu kemampuan untuk mengambil keuntungan dari suatu pengalaman, memperoleh pengetahuan, berpikir secara abstrak, bertindak berdasarkan alasan,
atau beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan. Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas, definisi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Santrock 2006 yang mendefinisikan
bahwa inteligensi merupakan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari.
2.2.2. Teori-teori inteligensi
Berikut merupakan macam-macam teori inteligensi yang dijelaskan dari beberapa teori, diantaranya;
a. Faktor ‘g’
Spearman dalam Sternberg, 2008 mengatakan bahwa inteligensi dapat dimengerti berdasarkan dua jenis faktor. Pertama, faktor umum ‘g’ general yang
merupakan faktor pendorong performa di semua tes kemampuan mental, faktor ini menjadi kunci untuk memahami inteligensi. Faktor yang kedua yaitu faktor
spesifik yang terlibat di dalam performa dan terdapat pada tipe-tipe tertentu tes kemampuan mental.
b. Model-model hierarkis
Cattel dalam Sternberg, 2008 menyatakan bahwa model ini mengandung dua sub faktor utama, yaitu fluid abillities dan crystallized abillities. Fluid abillities
merupakan kecepatan dan akurasi penalaran abstrak, khususnya ketika seseorang dihadapkan pada masalah-masalah baru. Sedangkan crystallized abillities
merupakan pengetahuan dan kosa kata yang terakumulasi untuk waktu yang lama, tersimpan di dalam memori jangka panjang, dan dapat digunakan ketika
dibutuhkan.