Teori Belajar Behaviorisme Teori – Teori Belajar

19 1. Tahap Sensorimotor stage dari lahir sampai 2 tahun. Bercirikan tidak ada bahasa, interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Anak-anak pada tahap ini bersikap egosentris. Anak berusaha memperoleh pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik. 2. Tahap Preoperational sekitar 2 - 7 tahun. Tahap ini terbagi menjadi dua yang meliputi: - pemikiran Prakonseptual sekitar 2 – 4 tahun pada tahap ini mulai membentuk konsep sederhana, mulai mengklasifikasi benda-benda tertentu berdasarkan kemiripanya. - periode pemikiran Intuitif sekitar 4 – 7 tahun pada tahap ini anak-anak memecahkan problem secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah logika. 3. Tahap Concrete operations sekitar 7 – 11 atau 12 Tahun. Pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan konservasi. Selama tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak. 4. Tahap Formal operations 11 atau 12 Tahun ke atas. Pemikiran proses berfikir tak lagi bergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran pada tahap ini semakin logis. Anak sudah mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi kemungkinan dalam memecahkan masalah, berfikir berdasarkan hipotesis, merekonstruksi sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan serta berusaha mencari solusi berbagai problem kehidupan yang tiada berkesudahan. 20 Keterkaitan teori belajar kognitif dengan penelitian pengembangan ini adalah media Picture in The Box dapat mengarahkan pola berfikir anak untuk memahami, memecahkan, dan menjabarkan konsep-konsep yang terdapat dalam media Picture in The Box sebagai suatu proses memecahan masalah. Media Picture in The Box dapat meningkatkan pemahaman, minat, mengarahkan proses pembelajaran, mengarahkan perhatian, dan meningkakan prestasi belajar peserta didik.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukan dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar Pribadi, 2010:

157. Duffy dan Cunningham dalam Pribadi 2010: 159 mengemukakan dua hal

yang menjadi essensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran. 1. Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan. 2. Pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan. 21 Proses belajar yang berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk membangun makna terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru tidak lagi berperan sebagai seorang yang menyiapkan diri untuk melakukan presentasi pengetahuan di depan kelas, tetapi merancang dan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membantu siswa memberi makna terhadap konsep-konsep dan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru perlu melatih siswa agar mampu mengaitkan, membuat rasional, dan memaknai konsep-konsep yang dipelajari Pribadi, 2010: 161-162. Salah satu kegiatan memfasilitasi peserta didik adalah dengan menyediakan media pembelajaran yang tepat. Teori belajar konstruktivisme dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian pengembangan ini, bahwa dengan media Picture in The Box diharapkan dapat menggali pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan, mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik dan merekonstruksi sebuah konsep menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

2.1.4 Teori Belajar Humanistis

Proses belajar harus bermuara pada manusia itu sendiri. Teori belajar humanis adalah teori belajar yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia fisafat dari pada pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat