MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS DI SMPN 1 KOTABUMI

(1)

ABSTRACT

MEDIA PICTURE IN THE BOX FOR INCREASE LEARNING OUTCOMES IN SOCIAL STUDIES LEARNING AT SMPN 1 KOTABUMI

By Dian Afuarita

This research aims to produce instructional media named "Picture in The Box" and to analyze the effectiveness of the use of media in the Picture Box in improving learning outcomes. The research method using the "Research and Davelopment" (R & D). Population taken from students of class VII SMPN 1 Kotabumi consisting of eight classes. The sampling technique used purposive sampling, the two classes of class VII A as a class experiment that uses media "Picture in The Box", and class VII F as the control class that uses the media "instead of Picture in The Box" (Map, Atlas, Globe, Whiteboard, Rock, and LCD). Data analysis using t-test, if t count larger than t-table, then the media "Picture in The Box" was declared effective in improving learning outcomes in social studies learning. Results of the study are (1) the media "Picture in The Box" which has been assessed by experts and learners with the design of media development using design Dick and Carey, declared fit for use; (2) use of media "Picture in The Box" is effective in improving learning outcomes. The average learning outcomes experimental class is higher than the average of the control class learning outcomes. The analysis results obtained coefficient t-count is greater than t-table, so learning to use the media "Picture in The Box" was declared effective in improving learning outcomes.


(2)

ABSTRAK

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI Oleh

Dian Afuarita

Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk media pembelajaran bernama media

‘Picture in The Box’ dan untuk menganalisis efektifas penggunaa media Picture in The Box dalam meningkatkan hasil belajar. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 1 Kotabumi yang terdiri dari delapan kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, pada dua kelas yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen yang menggunakan media Picture in The Box dan kelas VII F sebagai kelas kontrol yang menggunakan media bukan Picture in The Box (Peta, Atlas, Globe, Papan Tulis, Batuan, dan LCD). Analisis data menggunakan uji t, yaitu jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka media Picture in The Box dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS. Hasil penelitian adalah (1) media "Picture in The Box" yang telah dinilai oleh para ahli dan peserta didik dengan desain pengembangan media menggunakan desain Dick and Carey, dinyatakan layak digunakan; (2) penggunaan media "Picture in The Box" efektif dalam meningkatkan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelas kontrol. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien t-hitung lebih besar dari t-tabel, sehingga pembelajaran menggunakan media "Picture in The Box" dinyatakan efektif dalam meningkatkan hasil belajar.


(3)

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI

Oleh

DIAN AFUARIT A

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan IPS

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(4)

MEDIA GAMBAR DI DALAM KOTAK (PICTURE IN THE BOX) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS

DI SMPN 1 KOTABUMI

(Tesis)

Oleh

DIAN AFUARIT A

PRO GRAM PAS CA SARJANA MAGIS TER PE NDIDI KAN I PS FAKULTAS KE GURUAN DAN IL MU PE NDIDI KAN

UNI VE RSITAS LAMPUNG BANDAR L AMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Fungsi media dalam proses pembelajaran ... 25

2.2. Kerangka Pikir Penelitian ... 61

3.1. Prosedur Penelitian Pengembangan Borg dan Gall ... 64

3.2. Rumus t-test sampel related ... 80

3.3. Penilaian Ketuntasan Belajar Klasikal ... 82

3.4 Desain Produk Pengembangan Media Picture in The Box ... 83

3.5 Rumus Mencari Persentase Kelayakan Media ... 107

3.6 Contoh Flashcard ... 110

3.7 Satu Contoh Produk Awal Media Picture in The Box ... 111

3.8 Rancangan Uji Coba Produk ... 113

3.9 Satu Contoh Produk Jadi Media Picture in The Box... 131

3.10 Tahapan uji perorangan ... 134

3.11 Tahapan Evaluasi Kelompok Kecil ... 149


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian Pengembangan ... 8

1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 9

1.7 Pentingnya Pengembangan ... 9

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ... 10

1.9 Kegunaan Penelitian... 11

1.10 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

1.10.1 Tempat Penelitian ... 12

1.10.2 Waktu Penelitian ... 12

1.10.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 13

1.10.4 Ruang Lingkup Keilmuan ... 13

II.KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 15

1.1 Teori-teori Belajar ... 15

2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme ... 15

2.1.2 Teori Belajar Kognitif ... 17

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 20

2.1.4 Teori Belajar Humanisme ... 22

2.2 Media Pembelajaran ... 23

2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 25

2.4 Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 28

2.5 Media Gambar ... 29

2.6 Media Picture in The Box ... 33

2.7 Dasar Pengembangan Media Picture in The Box ... 37

2.8 Konsep Pembelajaran ... 42

2.8.1 Media Picture in The Box Dalam Proses Pemb. IPS ... 44

2.8.2 Penggunaan Media Picture in The Box Dalam Pemb. IPS ... 46


(7)

2.10 Pengertian Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 52

2.11 Aktivitas Belajar ... 53

2.12 Hasil Belajar ... 56

2.13 Hasil Penelitian yang Relevan ... 59

2.14 Kerangka Pikir Penelitian ... 61

2.15 Hipotesis Penelitian ... 62

III. METODE PENELITIAN ... 63

3.1 Model dan Prosedur Pengembangan ... 63

3.2 Variabel Penelitian ... 66

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 67

3.4 Populasi dan Sampel ... 68

3.5 Pengembangan Instrumen Penelitian ... 70

3.6 Data Penelitian ... 72

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.8 Uji Persyaratan Instrumen Butir Soal ... 75

3.9 Uji Persyaratan Analisa Data ... 79

3.10 Teknik Analisa Data ... 80

3.10 Rancangan Desain Penelitian dan Pengembangan ... 83

3.11 Desain Penelitian dan Pengembangan ... 84

3.11.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi ... 84

3.11.2 Perencanaan ... 86

3.11.3 Pengembangan Produk Awal ... 89

3.11.4 Uji Coba Produk ... 112

3.11.5 Revisi Produk Awal Menghasilkan Produk Utama . 117 A. Reviu Ahli Media ... 119

B. Reviu Ahli Materi ... 124

C. Reviu Ahli Proses Pembelajaran ... 128

D. Produk Jadi Setelah Validasi ... 131

3.11.6 Uji Coba Utama ... 132

A. Uji Perorangan... 133

B. Uji Kelompok Kecil ... 138

C. Uji Terbatas ... 143

3.11.7 Revisi Produk Hasil Uji Coba ... 146

3.11.8 Merancang dan Melaksanakan Uji Coba Lapangan . 147 IV. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ... 149

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 149

4.2 Pelaksanaan Penelitian ... 156

4.2.1 Desain Uji Coba Produk ... 157

4.2.2 Identitas Peserta Didik ... 158

4.2.3 Pelaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan Media Picture in The Box (Kelas Eksperimen)……….. 158


(8)

Bukan Picture in The Box (Kelas Kontrol)……… 165

4.3 Hasil Ujicoba Lapangan.. ... 171

4.3.1 Aktivitas Belajar Peserta didik ... 171

4.3.2 Hasil Belajar ... 208

4.3.2.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol . 209

4.3.3.2 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol 210

4.4 Uji Persyaratan Analisis ... 211

4.5 Pengujian dan Pembahasan Hipotesis ... 214

4.6 Pembahasan Produk Akhir Media Picture in The Box... 216

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 224

5.1 Simpulan ... 224

5.2 Implikasi ... 225

4.3 Saran .. ... 226

DAFTAR PUSTAKA ... 227


(9)

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi wawancara (need assessment) ... 234

2. Pertanyaan wawancara ... 236

3. Angket gaya belajar... 238

4. Kisi-kisi soal uji coba ... 239

5. Soal Pilihan Jamak ... 242

6. Skor bobot, reliabilitas, validitas soal ... 247

7. Analisis validitas soal ... 258

8. Analisis reliabilitas soal ... 259

9. Analisis media ... 260

10.Produk awal media Picture in The Box ... 264

11.Kisi-kisi dan angket para ahli ... 271

12.Reviu ahli media ... 274

13.Reviu ahli materi ... 275

14.Reviu ahli proses pembelajaran ... 276

15.Produk jadi media Picture in The Box ... 277

16.RPP ... 287

17.LKPD ... 328

18.Kisi-kisi dan angket uji perorangan, kel kecil, kel. terbatas ... 345

19.Penilaian uji perorangan ... 347

20.Penilaian uji kelompok kecil ... 348

21.Penilaian uji kelompok terbatas ... 349

22.Penilaian guru IPS ... 350

23.Kisi-kisi aktivitas belajar dan kriteria ... 351

24.Lembar observasi aktivitas belajar ... 352

25.Aktivitas belajar kelas VII A... 354

26.Aktivitas belajar kelas VII F ... 356

27.Data jawaban pretest kelas VII A ... 358

28.Nilai pretest kelas VII A ... 359

29.Data jawaban pretest kelas VII F ... 360

30.Nilai pretest kelas VII F ... 361

31.Data jawaban posttest kelas VII A ... 362


(10)

34.Nilai posttest kelas VII F ... 365

35.Normalitas kelas VII A ... 366

36.Normalitas kelas VII F ... 367

37.Kurva Normalitas Kelas VII A ... 368

38.Kurva Normalitas kelas VII F ... 369

39.Homogenitas Kelas VII A ... 370

40.Homogenitas Kelas VII F ... 371

41.Uji Efektifitas ... 372

42.Tabel Distribusi t ... 373

43.Tabel Nilai –nilai r Product Moment ... 374

44.Pembagian kelompok diskusi kelas VII A ... 375


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Hasil survei ketersediaan media pembelajaran IPS di SMP

Negeri 1 kotabumi tahun pelajaran 2013/2014. ... 2

1.2 Karakteristik Umum dan Prestasi Belajar IPS Ujian Akhir Semester Genap Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi TP 2013/2014 ... 4

2.1 Tema, Sub Tema, dan Sub-sub Tema pada pembelajaran IPS ... 35

2.2 Penelitian yang relevan ………..……… 59

3.1 Jumlah Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi ... 69

3.2 Kriteria Reliabilita Soal………..………..……. 77

3.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal... 77

3.4 Klsifikasi Indeks Daya Beda Soal………..……….. 78

3.5 Hasil Uji Daya Pembeda Soal………..………. 78

3.6 Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran sesuai dengan Media yang dikembangkan ... 88

3.7 Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran ………..……. 92

3.8 Prilaku spesifik peserta didik yang diharapkan (Behavior) dari setiap RPP ……….. 97

3.9 Peserta didik mendemonstrasikan prilaku yang dikehendaki (Condition) ... 98

3.10 Kisi-kisi Penilaian Media Picture in The Box oleh Para Ahli ... 118

3.11 Penilaian ahli media ... 121


(12)

3.14 Kisi-kisi Penilaian Uji kelompok Perorangan, kelompok kecil,

dan terbatas terhadap Media Picture in The Box ... 132

3.15 Hasil penilaian uji perorangan ... 135

3.16 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Perorangan ... 136

3.17 Hasil Penilaian uji coba kelompok kecil ... 140

3.18 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Kecil ... 141

3.19 Hasil Penilaian uji coba kelompok terbatas ... 143

3.20 Indikator Penilaian Media Picture in The Box oleh Kelompok Terbatas ... 144

4.1 Jumlah dan Jenis Ruangan SMPN 1 Kotabumi ... 152

4.2 Jumlah siswa dan rombongan belajar SMPN 1 Kotabumi ... 153

4.3 Waktu dan Tahapan Kegiatan Penelitian ... 156

4.4 Identitas Peserta Didik ... 158

4.5 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Memperhatikan Guru Pada Saat Menjelaskan Materi……….……… 173

4.6 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Memperhatikan Teman Pada Saat Menjelaskan Diskusi………. ……… 179

4.7 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Mengajukan Pertanyaan Pada Saat Diskusi ... 184

4.8 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Menanggapi/berkomentar Tentang Masalah yang Diajukan ... 189

4.9 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Mencatat Materi Hasil Diskusi ... 195

4.10 Hasil Analisis Aktivitas Belajar Pada Indikator Bekerjasama Memecahkan Masalah ……… 199

4.11 Hasil Analisis Keseluruhan Indikator Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen Menggunakan Media Picture in The Box………..………… 204


(13)

4.12 Nilai Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 209

4.13 Nilai Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……….. 210

4.14 Hasil Uji Normalitas ... 211

4.15 Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ... 212

4.16 Hasil Uji Homogenitas ... 213

4.17 Kesimpulan Hasil Uji Homogenitas... 213


(14)

MOTTO

Berusaha, tekun, sabar, doa, dan tawakal (Dian Afuarita)

Tidak ada yang kebetulan

Segala sesuatu yang kita alami entah itu baik atau buruk selalu ada hikmah dibalik semuanya.

Tidak ada yang kebetulan

Selalu ada yang dapat kita pelajari dari setiap orang yang datang dan pergi di dalam kehidupan kita.

Semua hanya dapat kita pahami, jika kita mau belajar untuk melihat dengan hati yang lapang dan pikiran yang terbuka.


(15)

(16)

Kupersembahkan kepada

 Bapak dan Mamak tercinta, yang selalu mendoakan untuk keberhasilanku.

 Suamiku Drs. Zumri dan anak-anakku tercinta: Muhammad Faisal Jauhar, Aulia Marwah Paradhiba, dan Aslam Fazil Makarim, yang selalu sabar, mendorong dan mendoakan untuk keberhasilanku.

 Adik-adikku tersayang: Ety, Asep, Elvi, David, Indra, Samsidar, Mega dan Romi, serta keponakanku: Haikal, Xenaya, Xayara, dan Raisya.

 Bapak dan Ibu Dosen, yang telah mendidik dan membimbingku.

 Bapak dan Ibu Guru TK Bhayangkari, SDN 2 Kotabumi, SMPN 2 Kotabumi, dan SMAN 1 Kotabumi yang telah mendidikku.

 Rekan-rekan mahasiswa MPIPS angkatan 2013.


(17)

(18)

(19)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat karunia, rahmat, dan hidayahNya tesis penelitian pengembangan ini berhasil diselesaikan. Tesis yang berjudul “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi” ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari terselesainya tesis ini atas karunia Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini juga, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P Hariyanto, M.Si. Rektor Universitas Lampung.

2. Prof. Dr. Hi. Sudjarwo, M.S. Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung, sekaligus pembimbing utama.

3. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(20)

Universitas Lampung.

5. Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si. Selaku pembimbing kedua yang telah penuh kesabaran mengarahkan dan memberi petunjuk selama penyusunan tesis ini. 6. Dr. Hi. Darsono, M.Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam

menyusun tesis ini.

7. Dr. Sumadi, M.S. yang telah memberikan masukan dan saran pada seminar proposal terdahulu.

8. Dr. Adelina Hasyim, M. Pd. yang telah memberikan masukan dan saran dalam mengembangkan produk media Picture in The Box.

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah ikhlas memberi ilmu kepada penulis.

10.Isroh, S.Pd.Ek., selaku Kepala SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara. 11.Rekan-rekan pendidik dan anak-anak didikku di SMPN 1 Kotabumi. 12. Keluarga besarku atas do’a dan dukungannya.

13.Seluruh teman seperjuangan mahasiswa Angkatan 2013 Magister Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

14.Semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian tesis ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian pengembangan ini dapat memberi manfaat bagi dunia pendidikan.

Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis,


(21)

(22)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal memiliki peranan penting dalam usaha mengembangkan dan membina potensi yang dimiliki peserta didik. Sekolah juga menyediakan berbagai kegiatan belajar mengajar, sehingga peserta didik memperoleh pengalaman pendidikan. Fungsi sekolah sangatlah penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik yaitu dengan meningkatkan mutu lulusan anak didiknya, hal itu harus didukung dengan proses pembelajaran yang efektif, terencana, dan sistematis agar hasil belajar peserta didik menjadi optimal.

SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara merupakan satuan pendidikan yang selalu berupaya untuk meningkatkan aktivitas, kreativitas dan prestasi belajar peserta didik. Upaya-upaya yang telah dilakukan antara lain adalah upaya meningkatkan kemampuan kompetensi pendidik melalui kegiatan pelatihan dilingkungan sekolah.


(23)

Tenaga pendidik di SMPN 1 Kotabumi pada tahun ajaran 2014-2015 berjumlah 65 orang pendidik. Kualifikasi S.2 (4 orang), S.1 (59 orang), dan D.III (4 orang). Tenaga pendididk mata pelajaran IPS sebanyak 6 orang. Empat orang pendidik untuk mata pelajaran IPS kurang dapat memanfaatkan teknologi pembelajaran secara optimal karena merupakan pendidik yang berumur sangat dewasa, sehingga dalam proses pembelajaranya sangat monoton dan cenderung berpusat pada guru.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Kotabumi, merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit atau tidak menarik. Hal tersebut disebabkan mata pelajaran IPS merupakan perpaduan dari berbagai kompetensi yang terintegrasi sehingga kompetensi yang harus dikuasai peserta didik cukup banyak, keterbatasan media pendukung yang ada di sekolah, dan kurangnya kreativitas pendidik, menyebabkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kurang memuaskan.

Media pembelajaran di SMP Negeri 1 Kotabumi, khususnya untuk mata pelajaran IPS dinilai masih kurang dan jumlahnya terbatas. Ketersediaan media pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kotabumi pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Ketersediaan Media Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2013/2014.

Media Pembelajaran

Jenis Jumlah

L C D 2

CD Pembelajaran 3

Globe 3

Peta 20

Atlas (Atlas Dunia, Atlas Sejarah) 78

Batuan 2 kotak

Buku Pelajaran 737

Jaringan Internet Ada (tidak optimal) Sumber: Dokumentasi SMP Negeri 1 Kotabumi L.U, April 2014.


(24)

Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa media pembelajaran IPS yang tersedia di SMPN 1 Kotabumi L.U sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang ada, seperti jumlah buku paket IPS hanya 737 buku sedangkan peserta didik sebanyak 1060, LCD hanya ada 2 sedangkan jumlah kelas seluruhnya adalah 29 kelas. Kondisi tersebut tentunya memerlukan kreativitas dan inovasi pendidik untuk mengatasinya, dikarenakan terbatasnya media pembelajaran yang tersedia di sekolah akan berdampak pada aktivitas belajar mengajar yang secara signifikan akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan di SMPN 1 Kotabumi pada kelas VII A, F, H, dan I, maka dapat diketahui bahwa rendahnya hasil belajar dikarenakan rendahnya aktivitas peserta didik terhadap pelajaran IPS. Aktivitas belajar yang ditunjukkan peserta didik pada waktu pembelajaran IPS sangat rendah yaitu peserta didik tidak aktif bertanya, tidak aktif menjawab pertanyaan, dan berbicara dengan temannya daripada mendengarkan penjelasan pendidik. Proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik yaitu melalui metode ceramah yang diselingi tanya jawab, tulisan-tulisan di papan tulis, dan pendidik kurang kreatif dalam menentukan dan menggunakan media yang sesuai dengan materi pelajaran. Akibatnya pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan sangat kurang.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi mengenai karakteristik umum dan prestasi belajar peserta didik pada kelas VII A, F, H, dan I, SMPN 1 Kotabumi dapat dilihat pada tabel berikut.


(25)

Tabel 1.2 Karakteristik Umum dan Prestasi Belajar IPS Ujian Akhir Semester Ganjil Peserta Didik Kelas VII SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kelas Jumlah siswa Usia rata-rata Asal rata-rata SDN/SDS Gaya belajar rata-rata

Nilai UAS Ganjil KKM < 71 ≥ 71 Jlh VII A VII F VII H VII I 36 35 36 36 13-14 13-14 13-14 13-14 SDN SDN SDN SDN Visual Visual Visual Visual 71 71 71 71 30 30 33 34 6 5 3 2 36 35 36 36

jumlah 143 - - - - 127 16 143

Sumber: Hasil survei lapangan di kelas VII SMPN 1 Kotabumi L.U Januari 2014.

Dari Tabel 1.2 terlihat bahwa peserta didik kelas VII A, F, H, dan I rata-rata memiliki gaya belajar visual dengan usia rata-rata 13-14 tahun dan prestasi belajar yang rendah yaitu dari 143 peserta didik, peserta didik yang tuntas belajar atau mencapai KKM (mencapai niai 71 atau lebih) hanya 16 peserta didik atau hanya 11,18% sedangkan peserta didik yang tidak mencapai KKM (tidak mencapai nilai 71) sebanyak 127 peserta didik atau 88,81%.

Secara umum gaya belajar peserta didik di kelas VII A, F, H, dan I, SMPN 1 Kotabumi adalah gaya belajar visual. Gaya belajar visual menitik beratkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham, maka dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar yang secara langsung dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, media pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran.


(26)

Media pembelajaran merupakan sarana untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada peserta didik. Dengan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran diharapkan dapat membantu pendidik meningkatkan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam setiap proses pembelajaran hendaknya pendidik mampu menyediakan dan menyiapkan media pembelajaran untuk membangkitkan aktivias peserta didik dan mempermudah proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media pembelajaran adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang sesuai belum tersedia maka pendidik berupaya untuk mengembangkanya sendiri. Adapun pengembangan media pembelajaran yang dapat dikerjakan sendiri oleh pendidik sebagai berikut; (1) media berbasis visual yang meliputi gambar, chart, grafik, transparansi dan slide; (2) media berbasis audio-visual yang meliputi video,dan audio-tape; (3) media berbasis komputer

yang meliputi komputer dan video interaktif (Arsyad, 2014: 101).

Peserta didik kelas VII SMPN 1 Kotabumi berusia rata-rata 13 sampai 14 tahun. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif manusia menurut Jean Piaget dalam Hergenhahn (Waluyo, 2014: 18), anak yang berusia lebih dari 11 atau 12 tahun ke atas termasuk dalam tahap Formal operations. Pada tahap ini pemikiran proses berfikir tak lagi bergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran pada tahap ini semakin logis. Anak sudah mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi kemungkinan dalam memecahkan masalah, berfikir berdasarkan hipotesis, merekonstruksi sejumlah informasi secara


(27)

sistematis, menggunakan rasio dan logika, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan serta berusaha mencari solusi berbagai problem kehidupan yang tiada berkesudahan. Jadi pada tahap ini, peserta didik sudah mampu untuk memecahkan masalah dan mencari solusi berbagai problem kehidupan, artinya kemampuan berpikirnya sudah berkembang semakin logis.

Terbatasnya media pembelajaran IPS, karakteristik peserta didik, dan secara umum gaya belajar peserta didik adalah gaya belajar visual, maka dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, penggunaan media visual dirasa sangat tepat. Media visual yang akan dikembangkan di SMPN 1 Kotabumi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, serta merangsang pendidik mata palajaran IPS lainnya untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya untuk mata palajaran IPS.

Pengembangan media pembelajaran yang dipilih yaitu media visual berupa gambar. Media gambar tersebut digunakan untuk menjelaskan materi pelajaran yang bersifat kontekstual dan masih abstrak dalam pemahaman anak didik. Media gambar dapat merangsang respon peserta didik untuk mengamati, menganalisis, dan menanya berkaitan dengan gambar yang ditampilkan. Pemilihan media visual berupa gambar tersebut didasarkan pada ketersediaan media, karakteristik peserta didik, gaya belajar peserta didik, dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media gambar, serta disesuaikan dengan kondisi dan materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Melalui penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS tersebut, peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan pembelajaran tidak verbalisme.


(28)

Uraian tersebut menjadi latar belakang penulis untuk melakukan penelitian tentang pengembangan media visual berupa gambar dalam pembelajaran IPS SMP kelas VII. Media tersebut, diberi nama media pembelajaran Picture in The Box. Pemilihan nama media Picture in The Box karena media gambar yang akan dikembangkan dalam bentuk kartu bergambar fenomena-fenomena alam dan sosial berukuran 7 cm x 10 cm yang diletakkan di dalam kotak, maka judul

penelitian ini adalah “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan untuk penelitian ini sebagai berikut.

1. Kesulitan peserta didik dalam memahami pelajaran karena materi pelajaran IPS yang cukup banyak.

2. Rendahnya prestasi belajar IPS peserta didik.

3. Rendahnya aktivitas belajar peserta didik terhadap pelajaran IPS. 4. Terbatasnya media pembelajaran IPS untuk kegiatan belajar mengajar.

5. Masih minimnya pengetahuan pendidik mengenai media yang dapat dikembangkan untuk menunjang proses belajar mengajar.

6. Kurangnya kreatifitas pendidik dalam pemanfaatan media pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan prestasi belajar peserta didik.


(29)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada “Media Gambar di Dalam Kotak (Picture in The Box) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS di

SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengembangan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1

Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015?

2. Apakah penggunaan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini adalah.

1. Mengembangkan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015.


(30)

2. Menganalisis efektifitas penggunaan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) untuk meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPS di

SMPN 1 Kotabumi Tahun Pelajaran 2014/2015.

1.6 Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk pengembangan yang akan dibuat dalam karya ilmiah ini adalah media pembelajaran mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil yang diberi nama media Picture in The Box. Secara spesifik media Picture in The Box yang akan dikembangkan adalah media visual berupa kartu bergambar fenomena alam dan sosial berukuran 10 cm x 7 cm, dilengkapi dengan tulisan singkat tentang materi atau fenomena-fenomena tersebut.

1.7 Pentingnya Pengembangan

Permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran IPS di SMP adalah mata

pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik karena perpaduan 4 aspek materi mata pelajaran, yaitu materi

pelajaran sejarah, ekonomi, geografi dan sosiologi. Peserta didik kesulitan dalam memahami konsep-konsep materi pelajaran IPS yang cakupannya begitu luas. Rendahnya aktivitas dan prestasi belajar IPS peserta didik, serta terbatasnya media pembelajaran untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah, merupakan permasalahan yang perlu dicari solusi pemecahannya. Salah satu solusinya adalah membuat media pembelajaran yang sederhana sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah, kemampuan pendidik dalam penggunaan teknologi, dan kemampuan pendidik dalam menyediakan media pembelajaran.


(31)

Media Picture in The Box merupakan media yang dapat dibuat oleh pendidik dan dapat dengan mudah digunakan di tengah keterbatasan kemampuan pendidik dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Dengan pengembangan media gambar di dalam kotak (Picture in The Box) pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester 1, diharapkan dapat membantu peserta didik memahami konsep-konsep pada mata pelajaran IPS SMP yang begitu luas. Dengan media Picture in The Box yang dikembangkan tersebut hasil belajar perserta didik dapat

ditingkatkan.

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1.8.1 Asumsi Pengembangan

Karya ilmiah pengembangan berupa produk media Picture in The Box dilandasi oleh teori belajar beharviorisme, kognitivisme, kontruktivisme dan humanisme. Teori behaviorisme dan kognitivisme digunakan karena dari segi pemanfaatan media Picture in The Box dalam kaitannya dengan menstimulus minat belajar peserta didik. Sedangkan teori konstruktivisme dan humanisme digunakan karena berkaitan dengan kemandirian belajar peserta didik dan kemampuan memahami konsep-konsep IPS untuk kemudian merekonstruksi menjadi sebuah pengetahuan.

Landasan penggunaan media pembelajaran yang terdiri dari landasan filosofi, psikologis, teknologis, dan landasan empiris merupakan dasar pentingnya media pembelajaran menyangkut pemilihan media pembelajaran yang tepat: sesuai dengan materi yang diajarkan, serta sesuai dengan karakteristik peserta didik yang berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh peserta didik.


(32)

1.8.2 Keterbatasan Penelitian Pengembangan

[

Berkaitan dengan penelitian pengembangan ini, ada beberapa keterbatasan. Pertama; pengembangan media Picture in The Box ini hanya melalui uji coba skala kecil dan besar yang dilakukan di satu sekolah, sehingga belum representatif dalam mewakili sekolah tingkat SMP yang ada. Kedua; dalam penelitian pengembangan ini uji efektivitas hanya terbatas pada empat materi yang terdapat pada sub-sub tema 1 dan tema 2 pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil Kurikulum 2013, yang dikemas pada dua RPP (masing-masing satu RPP untuk dua pertemuan), sehingga hasil pengembangan ini tidak dapat digeneralisasikan sebagai hasil penelitian pada mata pelajaran IPS SMP kelas VII semester ganjil.

1.9 Kegunaan Penelitian

Secara khusus kegunaan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut.

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna: (1) sebagai sumbangan ilmu pengetahuan dalam pembelajaran IPS di satuan pendidikan tingkat SMP; (2) merupakan bahan kajian pada mata pelajaran IPS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran Picture in The Box; (3) sebagai pedoman peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan teori belajar yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada jenjang SMP dimasa yang akan datang.


(33)

2. Secara praktis, (1) bagi pendidik hasil pengembangan berupa media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS tingkat SMP dapat digunakan sebagai media

allternatif ditenggah keterbatasan media yang ada; (2) bagi peserta didik, media Picture in The Box diharapkan dapat membimbing dan membantu peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

1.10 Ruang Lingkup Penelitian

1.10.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian pengembangan media Picture in The Box mata pelajaran IPS dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kotabumi Lampung Utara pada kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. Dasar pertimbangannya, peneliti adalah pendidik yang bertugas di sekolah tersebut. Disamping itu peneliti ingin memberikan sumbangan pemikiran tentang pentingnya pengembangan sebuah media bagi sekolah, dan sumber inspirasi kepada pendidik lain untuk selalu mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran.

1.10.2 Waktu Penelitian

Penelitian Pengembangan media Picture in The Box mata pelajaran IPS ini dilaksanakan pada kelas VII semester ganjil di SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara Tahun Pelajaran 2014/2015.


(34)

1.10.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian pengembangan ini adalah peserta didik kelas VII semester ganjil SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara dengan alasan bahwa peneliti adalah pendidik kelas VII, disamping itu terbatasnya media pembelajaran untuk kelas VII. Sedangkan objek penelitian pengembangan ini adalah media Picture in The Box sebagai media pembelajaran IPS yang diujicobakan pada peserta didik kelas VII semester ganjil di SMPN 1 Kotabumi Lampung Utara.

1.10.4 Ruang Lingkup Keilmuan

Media Picture in The Box merupakan media pembelajaran untuk mengatasi kepasifan peserta didik dalam proses pembelajaran IPS dalam rangka meningkatkan hasil belajar, termasuk dalam ruang lingkup pendidikan IPS. Menurut Sapriya (2009: 13-14), terdapat lima tradisi dalam pendidikan IPS. Adapun lima tradisi pada tujuan inti pendidikan IPS adalah sebagai berikut.

1. Ilmu pengetahuan sosial sebagai transmisi kewarganegaraan. 2. Ilmu pengetahuan sosial sebagai ilmu-ilmu sosial.

3. Ilmu pengetahuan sosial sebagai refleksi inquiri.

4. Ilmu pengetahuan sosial sebagai kritik kehidupan sosial.

5. Ilmu pengetahuan sosial sebagai pengembangan pribadi individu.

Berdasarkan kelima tradisi atau perspektif yang dikemukakan tersebut, pengembangan media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS termasuk dalam tiga tradisi IPS yang dapat dijelaskan sebagai berikut.


(35)

1. Penggunaan media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan dapat menemukan dan memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran IPS. Menemukan konsep dan memahaminya menjadi sebuah pengetahuan termasuk dalam kawasan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial refleksi inquiri.

2. Konsep-konsep yang terdapat dalam media pembelajaran Picture in The Box merupakan upaya untuk menyampaikan atau memberikan materi pendidikan IPS kepada peserta didik. Hal tersebut termasuk dalam kawasan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial.

3. Penggunan media Picture in The Box pada mata pelajaran IPS, membantu peserta didik untuk kritik terhadap kehidupan sosial. Pengambilan keputusan yang rasional dan tindakan aksi sosial terlihat pada bagaimana peserta didik menemukan solusi dalam menjawab setiap permasalahan yang dihadapi, serta menentukan sikap dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencari solusi dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Disiplin ilmu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Social Studies. Menurut NCSS (Pargito, 2010), Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS adalah kajian terpadu terhadap masalah-masalah sosial yang dikemas secara sosial-psikologis untuk tujuan pendidikan. Oleh karenanya pendidikan IPS merupakan sebuah program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu. Ini berarti IPS mencakup kajian terpadu ilmu-ilmu sosial (seperti: antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah , hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi) serta diperluas dengan materi humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.


(36)

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Teori-teori belajar, media pembelajaran, konsep pembelajaran, media Picture in The Box dalam proses pembelajaran IPS, penggunaan media Picture in The Box

dalam pembelajaran IPS, pembuatan media Picture in The Box, pengertian Pendidian Ilmu Pengetahuan Sosial, aktivitas belajar, hasil belajar, penelitian yang relevan, dan kerangka pikir penelitian.

2.1 Teori – Teori Belajar [

Berdasarkan aliran psikologi banyak teori-teori belajar yang terus berkembang. Namun demikian dalam penelitian ini hanya akan menggunakan beberapa teori yang relevan dengan pengembangan media Picture in The Box sebagai media pembelajaran, seperti teori belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivisme, dan Humanism.

2.1.1 Teori Belajar Behaviorisme

Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respon sebanyak-banyaknya. Siapa yang


(37)

menguasai hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respson dilakukan melalui ulangan-ulangan (Sagala, 2012: 42).

Tokoh teori behaviorisme yang terkenal adalah Thorndike dengan teori belajar connectionism. Tokoh teori behaviorisme lainya adalah Pavlov dengan teori

Classical Conditioning atau stimulus substitusion. Menurut Thorndike dalam Sagala, (2012: 42) mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu sebagai berikut.

1. Hukum kesiapan (Law of readiness), yaitu belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.

2. Hukum latihan (Law of exercise), yaitu belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan.

3. Hukum pengaruh (Law of effect), yaitu belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

Prinsip-prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Harley dan Davis dalam Sagala (2012: 43) yang banyak dipakai adalah.

1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya.

2. Materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu respon tertentu saja.

3. Tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak.

4. Perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif. Penguatan yang bersifat positif akan lebih baik karena memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa, sehingga ia ingin mengulang kembali respon yang telah diberikan.


(38)

Menurut konsep pembelajaran behaviorisme, seorang anak yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian, maka pendidik memberikan penghargaan anak itu dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak akan belajar lebih rajin dan lebih semangat lagi. Jadi suatu respon diperkuat oleh penghargaan berupa nilai yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian. Diharapkan pendidik dapat memberikan penghargaan positif terhadap respon apapun dari peserta didik.

Berdasarkan teori behaviorisme, seorang pendidik harus mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa motivasi untuk selalu meningkatkan kemampuan intelektualnya yang diiringi dengan perubahan tingkah laku. Relevansi media Picture in The Box sebagai media pembelajaran dengan teori behaviorisme adalah dengan adanya media Picture in The Box dalam proses pembelajaran dapat menjadi stimulus yang dapat menarik

perhatian dan merangsang kemampuan berfikir peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu konsep-konsep yang terdapat dalam media Picture in The Box akan membuat peserta didik terus mencari dan memahami konsep-konsep yang disajikan dan pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan peserta didik.

2.1.2 Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan antara


(39)

stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah tetapi mengalir, bersambung-sambung menyeluruh (Riyanto, 2010: 9).

Belajar Gestalt menekankan pemahaman atau insight dan pengamatan sebagai suatu alternative. Berkat pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan yang benar-benar objektif sebelum mencapai pengertian. Suatu keseluruhan terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai hubungan yang bermakna satu sama lain. Dalam belajar siswa harus memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya (Sagala, 2012: 47-48).

Belajar bukanlah aktivitas reaktif mekanistis belaka, tetapi juga adanya pemahaman terhadap perangsang yang datang yang tengah dihadapi diwaktu seseorang melakukan aktivitas belajar. Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti (meaningfull). Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu

pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada obyek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari (Sagala, 2012: 49).

Tahap-tahap perkembangan kognitif manusia menurut Jean Piaget dalam Hergenhahn (Waluyo, 2014: 18) dapat dijelaskan sebagai berikut.


(40)

1. Tahap Sensorimotor stage (dari lahir sampai 2 tahun).

Bercirikan tidak ada bahasa, interaksi dengan lingkungan adalah interaksi sensorimotor dan hanya berkaitan dengan keadaan saat ini. Anak-anak pada tahap ini bersikap egosentris. Anak berusaha memperoleh pengalaman melalui eksplorasi dengan indera dan gerak motorik.

2. Tahap Preoperational (sekitar 2 - 7 tahun). Tahap ini terbagi menjadi dua yang meliputi:

- pemikiran Prakonseptual (sekitar 2 – 4 tahun ) pada tahap ini mulai membentuk konsep sederhana, mulai mengklasifikasi benda-benda tertentu berdasarkan kemiripanya.

- periode pemikiran Intuitif (sekitar 4 – 7 tahun ) pada tahap ini anak-anak memecahkan problem secara intuitif, bukan berdasarkan kaidah logika. 3. Tahap Concrete operations (sekitar 7 – 11 atau 12 Tahun).

Pada tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk mempertahankan (konservasi). Selama tahap ini proses pemikiran diarahkan pada kejadian riil yang diamati oleh anak.

4. Tahap Formal operations (11 atau 12 Tahun ke atas).

Pemikiran proses berfikir tak lagi bergantung hanya pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran pada tahap ini semakin logis. Anak sudah mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mencari solusi kemungkinan dalam memecahkan masalah, berfikir berdasarkan hipotesis, merekonstruksi sejumlah informasi secara sistematis, menggunakan rasio dan logika, memahami arti simbolik, dan membuat perkiraan di masa depan serta berusaha mencari solusi berbagai problem kehidupan yang tiada berkesudahan.


(41)

Keterkaitan teori belajar kognitif dengan penelitian pengembangan ini adalah media Picture in The Box dapat mengarahkan pola berfikir anak untuk memahami, memecahkan, dan menjabarkan konsep-konsep yang terdapat dalam media Picture in The Box sebagai suatu proses memecahan masalah. Media Picture in The Box dapat meningkatkan pemahaman, minat, mengarahkan proses pembelajaran, mengarahkan perhatian, dan meningkakan prestasi belajar peserta didik.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan

bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukan dalam diri kita. Konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar (Pribadi, 2010: 157).Duffy dan Cunningham dalam Pribadi (2010: 159) mengemukakan dua hal yang menjadi essensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran.

1. Belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan.

2. Pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan.


(42)

Proses belajar yang berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme dilakukan dengan memfasilitasi siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang dapat digunakan untuk membangun makna terhadap pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru tidak lagi berperan sebagai seorang yang menyiapkan diri untuk melakukan presentasi pengetahuan di depan kelas, tetapi merancang dan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang dapat membantu siswa memberi makna terhadap konsep-konsep dan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajari. Guru perlu melatih siswa agar mampu mengaitkan, membuat rasional, dan memaknai konsep-konsep yang dipelajari (Pribadi, 2010: 161-162).

Salah satu kegiatan memfasilitasi peserta didik adalah dengan menyediakan media pembelajaran yang tepat. Teori belajar konstruktivisme dijadikan sebagai dasar teori dalam penelitian pengembangan ini, bahwa dengan media Picture in The Box diharapkan dapat menggali pemahaman peserta didik tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan, mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik dan merekonstruksi sebuah konsep menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik.

2.1.4 Teori Belajar Humanistis

Proses belajar harus bermuara pada manusia itu sendiri. Teori belajar humanis adalah teori belajar yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia fisafat dari pada pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar secara apa adanya, seperti apa yang kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sangat bersifat eklektik. Teori apapun dapat


(43)

dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri) dapat tercapai (Riyanto, 2010: 17).

Pendapat tentang teori humanistis yaitu Bloom dan Rathwohl dalam Riyanto (2010: 17), menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang tercakup dalam tiga kawasan sebagai berikut.

1. Kognitif, yang terdiri dari enam tingkatan: a. pengetahuan mengingat (menghafal), b. pemahaman (menginterprestasikan),

c. aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah), d. analisis (menjabarkan suatu konsep),

e. sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh),

f. evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya). 2. Psikomotor, yang terdiri dari lima tingkatan:

a. peniruan (menirukan gerak),

b. penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak), c. petepatan (melakukan gerak dengan benar),

d. perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar), e. naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

3. Efektif, yang terdiri dari lima tingkatan:

a. pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu), b. merespons (aktif berpartisipasi),

c. penghargaan (menerima nilai-nilai, setiap pada nilai-nilai tertetu), d. pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercaya), e. pengalaman (menjadi nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).

Rogers dalam bukunya Freedom to Learn, menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting diantaranya sebagai berikut.

1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.

3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. 4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan

dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. 5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh


(44)

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung-jawab terhadap proses belajar (Soemanto,1990: 139).

Teori humanistis digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan media Picture in The box, peserta didik dapat menjabarkan suatu konsep dan menggabungkan suatu konsep menjadi suatu konsep yang utuh. Dengan demikian melalui pembelajaran dengan media Picture in The Box peserta didik dirangsang untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan mendapat pengalaman kongkrit dalam kegiatan belajar.

2.2 Media Pembelajaran

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa. Dengan demikian, proses belajar mengajar terjadi (Daryanto, 2011: 140).

Menurut Daryanto (2011: 11-15), ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1. Landasan filosofis, yaitu dengan penggunaan media pembelajaran siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.

2. Landasan psikologis, yaitu dengan memperhatikan komplek dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran


(45)

akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Disamping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang kongkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan yang kongkrit dan abstrak dan kaitanya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat antara lain: (1) Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambar atau film, kemudian ke balajar dengan simbol; (2) Charles F.Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai sebuah media pembelajaarn terletak pada nilai realistiknya dalam proses penanaman konsep; (3) Edgar Dale, membuat jenjang kongkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudia menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

3. Landasan teknologis, mengemukakan bahwa teknologi pembelajaran adalah teori dari praktek rancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, pengolahan dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi, teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap.

4. Landasan empiris, temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan jika pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.

Berdasarkan teori tersebut, jelaslah bahwa penggunaan media pembelajaran yang tepat, sesuai dengan materi yang diajarkan serta sesuai dengan karakteristik


(46)

peserta didik akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.

2.3 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Oleh karean proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secapa optimal.

Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa). Adapun metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto , 2011: 7). Dengan demikian, fungsi media dalam proses pembelajaran dapat ditunjukkan pada gambar berikut.


(47)

Penggunaan media dalam proses pembelajaran mempunyai manfaat yang dapat menarik minat dan memotivasi belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (Sudjana dan Rivai, 2011:2), mengenai manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa adalah sebagai berikut.

1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak menghabiskan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Menurut Gerlach dan Ely dalam Daryanto (2011: 8), mengemukakan tiga kelebihan kemampuan media, yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu melakukannya.

1. Fiksatif (fixative property), artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali sutu objek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

2. Manipulatif (manipulatif property), artinya media dapat menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya.

3. Distributif (distributive property), media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.


(48)

Menurut Daryanto, (2011: 4-5) secara umum media mempunyai kegunaan antara lain.

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

6. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan) dan tujuan pembelajaran.

Penggunaan media dalam pembelajaran IPS sangat dibutuhkan karena karakteristiknya kontekstual. Dalam hal ini, kehadiran media pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting, antara lain: (a) memperjelas sajian pesan dan tidak terlalu bersifat verbalistik, (b) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya: (1) objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan relialitas, gambar, film bingkai, (2) konsep yang terlalu luas, seperti: gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain (Sanaky, 2009: 36).

[

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya fungsi dan manfaat madia pembelajaran adalah meningkatkan motivasi belajar, penyampai informasi, menarik minat peserta didik, membuat materi yang abstrak menjadi kongkrit dan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif serta meningkatkan mutu pendidikan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.


(49)

2.4 Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Menurut Sanjaya (2008: 170-171), media pembelajaran memiliki karakteristik masing-masing, seperti.

1. Dilihat dari sifatnya media dapat dibagi kedalam.

1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.

3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.

2. Dilhat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam. 1. Media yang memiliki daya input yang luas dan serentak seperti radio

dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruang khusus.

2. Media yang mempunyai daya input yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.

3. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam. 1. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi

dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film proyektor untuk memproyeksikan film, slide proyektor untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, tidak akan berfungsi apa-apa.

2. Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.

Klasifikasi lain dari media pengajaran dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2011: 3) adalah sebagai berikut.

1. Media Grafis/ Media Dua Dimensi seperti gambar, foto, grafik, bagan/diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain.

2. Media Tiga Dimensi yaitu dalam bentuk model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mockup, diorama dan lain-lain.


(50)

3. Media Proyeksi seperti slide, film strips, penggunaan OHP dan lain-lain. 4. Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Bedasarkan uraian tersebut, maka jenis media yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah jenis media visual berupa gambar dikemas dalam bentuk kartu yang berisi konsep materi yang diajarkan, disesuaikan dengan konsep dan materi pembelajaran.

2.5 Media Gambar

Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit daripada yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran ada beberapa pendapat antara lain.

Pertama, Jerome Bruner mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambar

atau film kemudian belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari

media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep. Ketiga,Edgar Dale membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siswa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media dan terakhir siswa menjadi pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol (Daryanto, 2011: 12).

Ada beberapa tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran, antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris. Dalam landasan empiris, terkait dengan media visual yaitu gambar (Daryanto, 2011: 15) menjelaskan tentang temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat


(51)

interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan mendapatkan keuntungan yang signifikan bila ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih memperoleh keuntungan jika pembelajaran menggunakan media visual, seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru.

Media gambar, merupakan media visual yang berkaitan dengan panca indra penglihatan. Persentase kemampuan daya serap manusia dari pengguna alat indra adalah penglihatan 82%, pendengaran 11%, penciuman 1%, pencecapan 2,5%, dan perabaan 3,5% (Daryanto, 2011: 13). Berdasarkan persentase tersebut, peran panca indra penglihatan sangat besar dalam kehidupan manusia. Media gambar sebagai media visual membutuhkan panca indra penglihatan untuk mengamati dan mempelajari gambar-gambar, sehingga sesuai dengan kemampuan daya serap manusia yang lebih besar bila menggunakan panca indra penglihatan. Kesesuain antara media gambar sebagai media pembelajaran dan kemampuan daya serap manusia (peserta didik) akan berdampak positif terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Djamarah dan Zain, media berbasis visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan


(52)

dukungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi (http://bagawanabiyasa.wordpress.com).

Bentuk umum dari media gambar terangkum dalam pengertian dari media grafis. Karena media gambar merupakan bagian dari pembuatan media grafis. Nilai media grafis terletak pada kemampuan dalam menarik perhatian, minat dalam menyampaikan jenis informasi tertentu secara cepat. Peran utamanya adalah memvisualisasikan fakta-fakta dan gagasan dalam bentuk yang ringkas dan padat. Dengan kata lain, media grafis dapat didefinisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas, kuat dan terpadu, melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar. Media ini sangat tepat untuk tujuan menyampaikan informasi dalam bentuk rangkuman yang dipadatkan. Dengan demikian, media grafis yang baik hendaknya mengembangkan daya imajinasi atau citra anak didik. Daya imajinasi dapat ditimbulkan dengan menata dan menyusun unsur-unsur visual dalam media pembelajaran (Sudjana dan Rivai, 2011: 20).

Pengertian media grafis tersebut, dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan bagian yang utuh dari media grafis, karena pada dasarnya media gambar merupakan kumpulan dari beberapa titik dan garis yang memvisualisasikan gambar sebuah benda atau seorang tokoh yang dapat memperjelas kita dalam memahami benda atau tokoh tersebut.


(53)

Sadiman (2010: 29) mengemukakan bahwa di antara media pendidikan, gambar/foto adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.

Pada dasarnya media gambar memiliki beberapa kelebihan: ”(1) bersifat konkret.

Gambar atau foto dapat dilihat oleh peserta didik dengan lebih jelas dan realistis menunjukkan materi atau pesan yang disampaikan, (2) mengatasi ruang dan waktu. Untuk menunjukkan gambar jenis batuan pembentuk muka bumi, gunung berapi, patahan, lipatan dan lain-lain tidak perlu melihat objek yang sesungguhnya melainkan cukup melihat gambar atau fotonya saja, (3) meminimalisasi keterbatasan pengamatan mata. Untuk menerangkan objek tertentu yang sulit untuk diamati maka digunakanlah gambar atau foto, (4) dapat memperjelas suatu masalah. Gambar memungkinkan suatu masalah dipahami secara sama, (5) murah

harganya dan mudah diperoleh” (Hamalik, 1994: 63).

[

Dale dalam Subana (1998: 322) menjabarkan bahwa guru dapat menggunakan gambar untuk memberikan gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasannya lebih kongkrit bila diuraikan dengan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis. Dalam membuat paragraf, siswa bisa menyusun kata-kata dari gambar yang dilihat.

Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata, hal ini mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita hanya membaca dan memberikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena sifatnya yang lebih


(54)

konkrit (nyata). Beberapa kelebihan media gambar dalam pembelajaran adalah: 1) sifatnya konkret, 2) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 3) media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita (Sadiman, 2010: 30).

Sedangkan tujuan penggunaan gambar dalam pembelajaran adalah: (1) menerjemahkan simbol verbal, (2) mengkonkritkan dan memperbaiki

kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan, (3) memberikan ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana kelas (Sadiman, 2010: 30).

2.6 Media Picture in The Box

Sebuah media yang dirancang dengan kreatif, umumnya akan meningkatkan daya tarik isi pesan atau informasi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh, media gambar akan membuat informasi dan pengetahuan yang dikomunikasikan menjadi lebih menarik. Daya tarik pesan dan informasi akan meningkat jika disampaikan dengan menggunakan gambar atau visual (Pribadi, 2011: 101).

Media Picture in The Box merupakan media visual yang berjenis gambar. Media Picture in The Box memuat gambar-gambar tentang fenomena alam dan sosial yang berisi materi kajian pembelajaran IPS SMP/MTs di kelas VII semester ganjil. Gambar-gambar tersebut berukuran 10 cm X 7 cm, lalu diletakkan dalam kotak sebagai kemasannya. Efektivitas penggunaan media Picture in The Box sebagai media atau alat bantu dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Levie & Lentz dalam Arsyad (2014: 20-21) bahwa fungsi


(55)

media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu memiliki (a) fungsi atensi, (b) fungsi efektif, (c) fungsi Kognitif, dan (d) fungsi konpensatoris. Dijelaskan sebagai berikut.

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Media gambar dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.

2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya emosi yang menyangkut masalah sosial.

3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan ingormasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Media Picture in The Box adalah media sederhana yang dapat dibuat sendiri oleh pendidik. Gambar-gambar dapat diperoleh melalui pengaksesan di internet, lalu di bawa ke percetakan untuk dicetak dengan menggunakan kertas atau bahan yang agak tebal agar tidak mudah rusak. Dalam satu sub-sub tema dapat terdiri dari 10 sampai 20 gambar. Pada Kurikulum 2013, pembelajaran IPS kelas VII SMP/MTs dikembangkan selama satu tahun yang mencakup 34 minggu dengan beban belajar perminggu 4 X 40 menit. Untuk memfasilitasi peserta didik menguasai Kompetensi Dasar (KD), digunakan buku peserta didik yang berbasis pada 13 KD dan dikemas dalam empat tema. Tema-tema tersebut adalah.


(1)

Daryanto, 2011. Media Pembelajaran. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru Dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Depdiknas. Jakarta.

Djamarah dan Aswan Zain, Syaiful Bahri. 1995. Evaluasi Pengajaran. Gramedia. Jakarta

Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Fatimah, Siti. 2013. Pengembangan Media Flash Card Dalam Pelajaran

Matematika Kelas II di MI Ma’arif Sendang Kulon Progo. Dari http://Bab%20%2C%2C%20PUSTAKA.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014, pukul 19.15 WIB.

Flora Menurut Ketinggian. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.04 WIB

dari https://google.co.id?q=gambar+flora+menurut+ketinggian.

Gambar Flashcard. Diakses pada tanggal 10 Februari 2014, pukul 22.50 WIB

dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+flashcard&biw.

Gedung Sekolah. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 19.48 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+gedung+sekolah.

Grafik Komposisi Pendidikan. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 19.24 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+grafik+komposisi+pendidikan. Guru Profesional. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.37 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+guru+kualitas.

Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol.9 No. 2, Desember 2012. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Citra Aditya B. Bandung.

……., 2006. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hutan Hujan di Sumatera. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.09 WIB dari https://google.co.id?q=gambar+hutan+hujan+sumatera.

Hutan Musim dan Hutan Bakau. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.11 WIB, dari https://google.co.id?q=gambar+hutan+musim+bakau.

Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/MTs kelas VII. (2013). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


(2)

Kebakaran Hutan. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.23 WIB dari https://google.co.id?q=gambar+kebakaran+hutan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku Guru IPS Kelas VII SMP/MTs Edisi Revisi. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Jakarta.

Kerusakan Hutan. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.19 WIB dari https://google.co.id?q=gambar+kerusakan+hutan.

Kurnia, Erviani Rahmawati. 2014. Desain Pembelajaran Kimia Bermuatan Nilai Pada Materi Perkembangan Konsep Reaksi Oksidasi-Reduksi. Universitas pendidikan Indonesia. Bandung. Dari

http://nepository.upi.edu/13783/4/S_KIM_0901988_chapter 1.pdf. Diakses pada tanggal 30 Januari 2015, pukul 20.20 WIB.

Kota Budaya. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19.34 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+budaya+sejarah.

Kota Jakarta. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19.37 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+jakarta.

Kota Kumuh. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.10 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+kepadatan+kumuh. Kota Pendidikan. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19.41 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+jakarta+pendidikan. Kriminal. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.25 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+kepadatan+kriminal. Kualitas Kerja. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.20 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+masalah+kualitas+kerja.

Longsor. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.40 WIB, dari https://google.co.id?q=gambar+longsor.

Lutfi Andriani. Banjir. Dari https://www.google.co.id/search?q=gambar=banjir. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 09.40 WIB.

Macet. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.20 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+kepadatan+macet. Masalah Kemiskinan. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.35 WIB dari


(3)

Masalah Sosial. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.42 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+masalah+sosial.

Margono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Media Visual. Diakses pada tanggal 10 Februari 2014, pukul 22.13 WIB, dari http://bagawanabiyasa.wordpress.com.

Matoa, Sagu dan Kayu Putih. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.13 WIB, dari https://google.co.id?q=gambar+matoa+sagu+kayu+putih.

Munir. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Nurseto, T. 2011. Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 8 (1): 19-35.

Orang Tua Asuh. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.14 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+program+orang+tua+asuh. Pargito, 2009. Penelitian dan Pengembangan Bidang Pendidikan. Bandar

Lampung.

..., 2010. Pendekatan Pembelajaran IPS (Terpadu). Bandar Lampung.

Parmin, Sudarmin. 2013. Pengembangan Media FlashCard IPA Terpadu Dalam Pembelajaran Model Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Tema Polusi Udara. Dari http://journal.unnes.ac.id/sjn/index.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juni 2014, pukul 20.00 Wib.

Pelestarian Satwa Langka. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014, pukul 19.50 WIB, dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+pelestarian+satwalangka. Pembangunan Desa. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.37 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+pembangunan+desa.

Penangkapan Orang Utan. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014, pukul 19.45 WIB, dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+penangkapan+orangutan. Pendidikan Mahal. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.06 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+pendidikan+mahal.

Penduduk Desa. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19.52 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+aktivitas+penduduk+desa. Penebangan Liar. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.26 WIB dari


(4)

Pengangguran. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.29 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+masalah+pengangguran. Perburuan Fauna Langka. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014, pukul 19.47 WIB,

dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+perburuan+fauna+langka Perjalanan ke Sekolah. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 19.30 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+perjalanan+sekolah.

Persebaran Fauna. Diakses pada tanggal 12 Juli 2014, pukul 19.40 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+persebaran+fauna.

Peta Kepadatan Penduduk. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19. 30 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+peta+kepadatanpenduduk Pribadi, A. Benny. 2010. Model Desain Sistem Pembelajaran. Dian Aksara.

Jakarta.

…….., 2011. Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses. Dian

Rakyat. Jakarta.

Profil SMPN 1 Kotabumi. 2014. SMPN 1 Kotabumi. Kotabumi.

Program Beasiswa. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.29 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+program+beasiswa+anak. Purnamasari, H., Margareta R, dan Chasnah. 2012. Kunci Determinasi dan

Flashcard Sebagai Media Pembelajaran Inkuiri Klasifikasi Makhluk Hidup. Unnes Science Education Journal, 1 (2): 103-110.

Purwanto MN. 2010. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Jakarta.

……., 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Belajar. Jogyakarta.

Reboisasi Hutan, (Hutan Mangrove) di Muara Gembong. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 09.43 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+reboisasi+hutan&tbm.

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Pranada Media Group. Jakarta

Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Alfabeta. Bandung.

Rusyana, Adun. 2009. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Efektif. Trans Mandiri Abadi. Jakarta


(5)

Sabana. Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 20.14 WIB dari https://google.co.id?q=gambar+sabana.

Sadiman, Arif S. 2010. Media Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta. Bandung. Sanaky, Hujair. 2009. Media Pembelajaran. Safiria Insani Press. Yogyakarta. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta.

Santoso, Singgih, 2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sekolah Gratis. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 20.22 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+program+sekolah+gratis. Sekolah Sederhana. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 19.40 WIB dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+sekolah+sederhana. Siregar,Syofian. 2011. Statistik Deskriptik Untuk Penelitian. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta

Soemanto, Wasti. 1990. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Subana, M dan Sunarti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.

Pustaka Setia. Bandung.

Sudarmanto, Gunawan R. 2013. Statistik Terapan Berbasis Komputer. Mitra Wacana Media. Jakarta.

Sudijono A. 2010. Pengantar Statistika Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sudjana, N. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

……., 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Sudjana, N & Ibrahim. 2012. Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algesindo Offset. Bandung.


(6)

Sudjana, N. dan Rivai, A. 2011. Media Pengajaran. Penerbit C.V.Sinar Baru. Bandung.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. ..., 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Supardan, Dadang. 2013.Pengantar Ilmu Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta. Suparman, Atwi. 2012. Desain Instruksional Modern. Erlangga: Jakarta. Susanto, Hadi. Media Pembelajaran. dari

http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/05/26/media-pembelajaran/ Diakses pada tanggal 27 Mei 2014, pukul 18.18 WIB.

Tenaga Kerja Anak. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014, pukul 19.59 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+anak+sumber+tenaga.

Transmigrasi. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.33 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kepadatan+transmigrasi. Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Tunawisma. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 20.29 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+kota+kepadatan+tuna

Urbanisasi. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014, pukul 19.45 WIB dari https://www.google.co.id/search?q=gambar+urbanisasi.

Wahidmurni, Mustikawan, Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi Dan Praktik. Nuha Letera. Yogyakarta.

Walhi. Pemanasan Global. dari

https://www.google.co.id/search?q=gambar+pemanasan+global&tbm Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 09.46 WIB.

Waluyo, 2014. Pengembangan Media Chart Bergambar Dalam Pembelajaran IPS SMP Kelas IX. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Widoyoko. Model Evaluasi Program Pembelajaran IPS di SMP. Dari pdf

http://www.umpwr.ac.id/.../Pengembangan%20Model%20Evaluasi%20Pro gram. Diakses pada tanggal 28 Juni 2014, pukul 08.36 WIB.

Zainuddin, Hasan. Kerusakan Hutan.

https://www.google.co.id/search?q=gambar+banjir+hutangundul,&tbm Diakses pada tanggal 10 Juli 2014, pukul 09.35 WIB.