135 bertujuan agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan bahwa fasilitas
hotspot internet mudah untuk diakses oleh para siswa untuk melengkapi referensi belajar maupun sebagai salah satu sumber
belajar siswa. Hal itu didukung dengan sarana dan prasarana, operasional, dan keamanan hotspot internet yang memadai.
4. Aksesibilitas Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ditinjau dari Segi Guru SMA Negeri 1 Godean
Yogyakarta
Hasil analisa data untuk tinjauan guru dengan indikator ketersediaan hotspot internet, cakupan area hotspot internet, perangkat
pendukung hotspot internet, waktu operasional hotspot internet, kondisi internet, hak akses hotspot internet, manajemen keamanan hotspot
internet dapat diketahui tingkat pencapaian Aksesibilitas Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Siswa diperoleh
rentang skor 31 sampai dengan 61; Mean sebesar 48,84; Median sebesar 47; Modus sebesar 58 dan Standar Deviasi sebesar 8,971.
Berpedoman kategori tabel kecenderungan hasil analisa guru didapatkan sangat tinggi sebanyak 1 5
guru atau 40,54 , kategori tinggi sebanyak 1 1 guru atau 2 9 , 7 3 , kategori rendah sebanyak 11 guru
atau 29,73 , serta 0 guru atau 0 dalam kategori kurang. Dari hasil tabel dan histogram distribusi frekuensi kecenderungan guru terhadap
136 aksesibilitas fasilitas hotspot internet sebagai salah satu sumber belajar
berada pada kategori sangat tinggi sebesar 40,54 . Dari hasil analisa mengenai aksesibilitas fasilitas hotspot internet
sabagai salah satu sumber belajar siswa bahwa sebagian besar guru SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta sudah dapat menggunakan hotspot
internet sekolah sebagai salah satu sumber belajar selain dari buku- buku. Dilihat dari indikator ketersediaan hotspot internet, di sekolah
sudah terdapat fasilitas internet dan jaringan hotspot internet. Dilihat dari indikator cakupan area hotspot internet, cakupan areanya sudah
luas untuk area sekolah didukung dengan jumlah titik yang sudah mencukupi dan mampu menampung jumlah pengguna yaitu warga
sekolah. Dilihat dari indikator perangkat pendukung hotspot internet, software manajemen internet dan hardware pendukungnya sudah
berjalan dengan baik dalam memenuhi kebutuhan hotspot internet. Dilihat dari indikator waktu operasional hotspot internet, jam dan hari
operasional sudah mendukung karena dinyalakan 24 jam setiap har i. Dilihat dari indikator kondisi internet, internet di sekolah sudah
memiliki kecepatan dan kestabilan yang cukup untuk dibagikan melalui jaringan hotspot. Dilihat dari indikator hak akses hotspot internet, di
sekolah sudah terdapat sistem login dan pembatasan jumlah user untuk
dapat terhubung
dengan hotspot
internet sehingga
meningkatkan keamanan, selain itu prosedur penggunaan fasilitas hotspot internet sekolah juga terbilang mudah. Dilihat dari indikator
manajemen keamanan hotspot
internet sudah terdapat fitur
137 pembagian bandwidth dan block situs tertentu yang keduanya
bertujuan agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan bahwa fasilitas hotspot internet mudah untuk diakses oleh guru untuk melengkapi referensi
belajar maupun sebagai salah satu sumber belajar. Hal itu didukung dengan sarana dan prasarana, operasional, dan keamanan hotspot
internet yang memadai.
138
5. Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai
Salah Satu Sumber Belajar Ditinjau dari Segi Sisw a SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta
Tinjauan dibedakan berdasarkan kelas X, XI , dan XI I . a.
Hasil analisa data untuk tinjauan siswa kelas X dengan indikator kepemilikan perangkat pendukung akses internet, keberadaan
perangkat hotspot internet, hambatan koneksi hotspot internet, cakupan area hotspot internet, kondisi internet, waktu operasional
fasilitas hotspot internet dapat diketahui tingkat pencapaian Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah
Satu Sumber Belajar Siswa diperoleh rentang skor 23 sampai dengan 64; Mean sebesar 43,32; Median sebesar 44; Modus
sebesar 39 dan Standar
Deviasi sebesar
8,572. Berpedoman kategori tabel kecenderungan hasil analisa kelas X didapatkan
sangat tinggi sebanyak 10 siswa atau 14,08 , kategori tinggi sebanyak 37 siswa atau 5 2 , 1 1 , kategori rendah sebanyak 22
siswa atau 30,99 , serta 2 siswa atau 2,82 dalam kategori kurang. Dari hasil tabel dan histogram distribusi frekuensi
kecenderungan siswa kelas X terhadap hambatan penggunaan fasilitas hotspot internet sebagai salah satu sumber belajar berada
pada kategori tinggi sebesar 52,11 . b.
Hasil analisa data untuk tinjauan siswa kelas XI dengan indikator kepemilikan perangkat pendukung akses internet, keberadaan
perangkat hotspot internet, hambatan koneksi hotspot internet,
139 cakupan area hotspot internet, kondisi internet, waktu operasional
fasilitas hotspot internet dapat diketahui tingkat pencapaian Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah
Satu Sumber Belajar Siswa diperoleh rentang skor 16 sampai dengan 63; Mean sebesar 42,55; Median sebesar 42; Modus
sebesar 40 dan Standar
Deviasi sebesar
8,287. Berpedoman kategori tabel kecenderungan hasil analisa kelas XI didapatkan
sangat tinggi sebanyak 6 siswa atau 8,45 , kategori tinggi sebanyak 41 siswa atau 5 7 , 7 5 , kategori rendah sebanyak 22
siswa atau 30,99 , serta 2 siswa atau 2,82 dalam kategori kurang. Dari hasil tabel dan histogram distribusi frekuensi
kecenderungan siswa kelas XI terhadap hambatan penggunaan fasilitas hotspot internet sebagai salah satu sumber belajar berada
pada kategori tinggi sebesar 57,75 . c.
Hasil analisa data untuk tinjauan siswa kelas XII dengan indikator kepemilikan perangkat pendukung akses internet, keberadaan
perangkat hotspot internet, hambatan koneksi hotspot internet, cakupan area hotspot internet, kondisi internet, waktu operasional
fasilitas hotspot internet dapat diketahui tingkat pencapaian Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah
Satu Sumber Belajar Siswa diperoleh rentang skor 23 sampai dengan 54; Mean sebesar 40,72; Median sebesar 42; Modus
sebesar 40 dan Standar
Deviasi sebesar
7,243. Berpedoman kategori tabel kecenderungan hasil analisa kelas XI I didapatkan
140 sangat tinggi sebanyak 2 siswa atau 2,47 , kategori tinggi
sebanyak 5 0 siswa atau 61,73 , kategori rendah sebanyak 25 siswa atau 30,86 , serta 4 siswa atau 4,94 dalam kategori
kurang. Dari hasil tabel dan histogram distribusi frekuensi kecenderungan siswa kelas XI I terhadap hambatan penggunaan
fasilitas hotspot internet sebagai salah satu sumber belajar berada pada kategori tinggi sebesar 61,73 .
d. Hasil analisa data untuk tinjauan seluruh siswa dengan indikator
kepemilikan perangkat pendukung akses internet, keberadaan perangkat hotspot internet, hambatan koneksi hotspot internet,
cakupan area hotspot internet, kondisi internet, waktu operasional fasilitas hotspot internet dapat diketahui tingkat pencapaian
Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Siswa diperoleh rentang skor 16 sampai
dengan 64; Mean sebesar 42,13; Median sebesar 42; Modus sebesar 40 dan
Standar Deviasi
sebesar 8,060. Berpedoman
kategori tabel kecenderungan hasil analisa seluruh siswa didapatkan sangat tinggi sebanyak 1 8 siswa atau 8,07 , kategori tinggi
sebanyak 1 2 8 siswa atau 5 7 , 4 0 , kategori rendah sebanyak 69 siswa atau 30,94 , serta 8 siswa atau 3,59 dalam kategori
kurang. Dari hasil tabel dan histogram distribusi frekuensi kecenderungan seluruh siswa terhadap hambatan penggunaan
fasilitas hotspot internet sebagai salah satu sumber belajar berada pada kategori tinggi sebesar 57,40 .
141 Dari hasil analisa mengenai hambatan penggunaan fasilitas
hotspot internet sabagai salah satu sumber belajar siswa bahwa sebagian besar siswa-siswi SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta juga
memiliki hambatan dalam penggunaan hotspot internet sekolah sebagai salah satu sumber belajar selain dari buku-buku maupun
dari guru. Dilihat dari indikator kepemilikan perangkat pendukung akses internet, siswa terhambat untuk dapat terhubung dengan
hotspot internet sekolah karena tidak semua siswa memiliki laptop, smartphone, pc tablet. Dilihat dari indikator keberadaan perangkat
hotspot internet, siswa akan terhambat untuk dapat terhubung dengan hotspot internet jika sekolah tidak memiliki I SP I nternet
Service Provider, access point, server dan manajemen internet, dan modem internet. Dilihat dari indikator hambatan koneksi
hotspot internet, siswa akan terhambat untuk dapat terhubung dengan hotspot internet jika mengalami kesulitan atau lupa
password untuk menghubungkan perangkat yang dimilikinya dan jika kesulitan untuk mendapatkan sinyal hotspot internet. Dilihat
dari indikator cakupan area hotspot
internet, siswa akan terhambat untuk dapat terhubung dengan hotspot internet jika
cakupan areanya sempit dan sinyalnya lemah. Dilihat dari indikator kondisi internet, siswa akan terhambat untuk dapat terhubung
dengan hotspot internet jika kondisi internet lambat dan tidak stabil. Dilihat dari indikator waktu operasional fasilitas hotspot
142 internet, siswa akan terhambat untuk dapat terhubung dengan
hotspot internet jika jam dan hari operasionalnya terbatas. Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan bahwa fasilitas
hotspot internet juga memiliki hambatan yang tinggi dalam
pelaksanaannya, yaitu hambatan siswa dalam mengakses hotspot internet sekolah untuk melengkapi referensi belajar maupun
sebagai salah satu sumber belajar siswa. Hambatan tersebut terjadi ketika dari segi sarana dan prasarana, teknis, dan
operasional tidak berjalan dengan semestinya. Hambatan sementara yang terjadi ketika peneliti mengambil data adalah di
sekolah sedang ada renovasi bangunan yang menyebabkan beberapa titik hotspot internet dinonaktifkan sehingga berdampak
pada berkurangnya cakupan area.
6. Hambatan Penggunaan Fasilitas Hotspot I nternet Sebagai