36 Sebagaimana dalam lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat, lingkungan sekolah juga dituntut meciptakan iklim kehidupan sekolah yang kondusif bagi perkembnagan sosial remaja.
Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat remaja hidup dalam kesehariannya. Sebagaimana keluarga, sekolah juga memiliki potensi
memudahkan atau menghambat perkembangan hubungan sosial remaja. Lingkungan kehidupan sekolah yang kurang positif dapat
menciptakan hambatan bagi perkembangan hubungan sosial remaja. Sebaliknya, sekolah yang memiliki iklim kehidupannya bagus dapat
memperlancar atau bahkan memacu perkembangan hubungan sosial remaja.
a. Kenakalan Remaja
Menurut Kartini Kartono 2011: 6, Juvenile delinquency ialah perilaku jahat dursila, atau kejahatan.kenakalan anak-anak
muda; merupakan gejala sakit patologis secara sosial pada anak- anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian
sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku- laku yang menyimpang. Anak-anak muda yang delinkuen atau
jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada
di tengah masyarakat. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang
besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku
37 criminal anak-anak remaja. perilaku anak-anak remaja ini
menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial, mayoritas juvenile delinquency
beruisia dibawah 21 tahun. Angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun; dan sesudah umur 22 tahun, kasus kejahatan
yang dilakukan oleh gang-gang delinkuen jadi menurun Kartini Kartono, 2011: 7.
Menurut Kartini Kartono 2011: 7, Anak-anak dalam gang yang delinkuen itu pada umumnya mempunyai kebiasaan memakai
uniform atau pakaian yang khas, aneh dan mencolok, dengan gaya rambut khusus, punya lagak tingkah laku dan kebiasaan khas, suka
mendengarkan jenis jenis lagu tertentu, senang mengunjungi tempat-tempat hiburan dan kesenangan, misalnya tempat-tempat
pelacuran, suka minum-minum sampai mabuk, suka berjudi dan lain-lain.
Kebanyakan gang tersebut pada awalnya merupakan kelompok bermain yang beroperasi bersama-sama untuk mencari
pengalaman baru yang menggairahkan, dan melakukan eksperimen yang merangsang jiwa mereka. dari permainan yang netral dan
menyenangkan hati itu lama-kelamaan perbuatan mereka menjadi semakin liar dan tak terkendali, ada diluar control orang dewasa.
lalu berubah aksi-aksinya menjadi tindak kekerasan dan kejahatan. Di dalam kelompok gangnya, pada umumnya anak-anak remaja itu
38 bisa merasakan iklim aman terlindungi; sebab ditengah kelompok
tersebut anak merasamendapatkan posisi, merasa diakui pribadi dan eksistensinya, da merasa punya martabat diri. Dengan
demikian, gang merupakan basis bagi perasaan diri, harga-diri dan kehormatan dirinya.
Menurut Kartini Kartono 2011: 15, beberapa ciri gang tadi dapat disebutkan sebagai berikut:
1 Jumlah anggotanya berkisar antara 30-40 anak remaja.
Jarang beranggotakan lebih dari 50 anak remaja. 2
Anggota gang lebih banyak terdiri dari anak laki ketimbang anak perempuannya, walaupun ada juga anak perempuan
yang iku di dalamnya. 3
Kepemimpinan ada di tangan seorang anak muda yang dianggap lebih banyak berprestasi, dan memiliki lebih
banyak keunggulan atau kelebihan daripada anak-anak remaja lainnya.
4 Relasi di antara para anggota mulai dari ketertarikan yang
longgar sampai pda hubungan intim. 5
Sifat gang sangat dinamis dan mobil sering berpindah- pindah tempat.
6 Tingkah laku kaum delinkuen dalam gang itu pada
umumnya bersifat episodic; artinya terpotong-potong, seolah-oleh berdiri sendiri. Sebab tidak semua anggota
berpartisipasi aktif dalam aksi-aksi bersama; ada yang pasif dan ikut-ikutan saja.
7 Kebanyakan gang delinkuen itu terlibat dalam bermacam-
macam tingkah laku melanggar hukum yang berlaku di tengah-tengah masyarakatnya.
8 Usia gang bervariasi; dari beberapa bulan dan beberapa
tahun, sampai belasan tahun atau lebih. 9
Umur anggota berkisar 7-25 tahun. Pada galibnya semua anggota berusia sebaya; berupa peer group atau kawan-
kawan sebaya, yang memiliki semangat dan ambisi yang kurang lebih sama.
10 Dalam waktu yang relative pendek, anak-anak itu berganti-
ganti peranan, disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan kondisi-situasi sosial, bentuk kepemimpinan baru, dan
sasaran-sasaran yang mereka capai.
39 11
anggota gang biasanya bersikap konvensional bahkan sering fanatic dalam mematuhi nilai-nilai dan norma gang
sendiri. pada umunya mereka sangat setiap dan loyal terhadap sesame.
12 Di dalam gang sendiri anak-anak itu mendpatkan status
sosial dan peranan tertentu sebagai imbalan partisipasinya. Mereka harus mampu menjunjung tinggi nama kelompok
sendiri. semakin kasar, kejam sadistis dan berandalan tingkah-laku mereka, semakin “tenarlah” nama gangnya,
dan semakin banggalah hati merkea. Namun pribafi dan gangnya menjadi mencuat dan banyak ditiru oleh kelompok
berandalan remaja lainnya.
13 Ada beberapa bentuk gang, antara lain gang perkelahian,
gang pemilikan, gang kejahatan, gang kejahatan, gang penggunaan obat narkotika dan minuman berakohol.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa gang merupakan kelompok yang cenderung lebih banyak melakukan tindakan yang melanggar norma
masyarakat. Pada awalnya gang hanya melakukan eksperimen dengan tingkah laku mereka, mencari perhatian masyarakat dengan
tindakan-tindakan yang mencolok, namun semakin lama tingkah laku mereka semakin tidak terkendali. Anggota gang biasanya
masih berusia remaja hingga dewasa awal. Anggota gang memiliki peranan dalam kelompok yang berubah-ubah disesuaikan dengan
apa yang dibutuhkan.
4. Hak-hak Anak