Kajian Teori LANDASAN TEORI

14

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Teori Belajar a. Teori Belajar Burner 1 Pemikiran Belajar Penemuan Menurut Jerome Bruner Jerome Bruner mengembangkan empat tema pendidikan Jeri, 2014, tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan dapat menolong siswa untuk melihat fakta- fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Bruner menyatakan bahwa kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan- keterampilan yang lebih tinggi. Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui formulasi- formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak. Tema keempat adalah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pengembangan berfikir. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Penelitian yang sering dilakukan Bruner meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut Asri Budiningsih, 2008: 40-41 : a Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsa b ngan. c Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistik. d Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang sesuatu yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri. e Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya. f Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain. g Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi perpustakaan.uns.ac.id commit to user 2 Konsep Belajar penemuan Menurut Jerome Bruner Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Dalam konsep belajar penemuan menurut Jerome Bruner ada tiga tahap yang ditempuh oleh siswa Muhibbin Syah, 2006:10, yaitu: 1 tahap informasi tahap penerimaan materi, 2 tahap transformasi tahap pengubahan materi dan 3 tahap evaluasi tahap penilaian materi. Dan konsep ini merupakan konsep belajar yang menentang konsep belajar aliran behavioristik. Dari ketiga tahapan konsep penemuan Jerome Bruner tersebut adalah saling berkaitan. a Tahap informasi tahap penerimaan materi Setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan yang telah diketahui sebelumnya. b Tahap transformasi tahap pengubahan materi Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. c Tahap evaluasi Kemampuan pengetahuan yang diperoleh dinilai dan ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Proses belajar ketiga tahapan ini selalu terdapat permasalahan yaitu banyaknya informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini commit to user antara lain juga tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi murid belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumnya. Konsep pembelajaran penemuan secara sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik atau menurut Ki Hajar Dewantara adalah menyangkut cipta, rasa dan karsa. 3 Proses Belajar Menurut Jerome Bruner Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut “free discovery learning”. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siwa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Siswa dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum untuk memahami konsep kejujuran, misalnya siswa pertama-tama tidak menghafal definisi kata kejujuran, tetapi mempelajari contoh-contoh konkret perpustakaan.uns.ac.id commit to user tentang kejujuran. Contoh-contoh itulah siswa dibimbing untuk mendefinisikan kata “kejujuran”. Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap Muhibbin Syah, 2006:10. Ketiga tahap itu adalah: 1 tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, 2 tahap transformasi yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan 3 evaluasi yaitu untuk mengetahui hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak. Proses belajar penemuan menurut Burner yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu proses yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori Free Discovery learning. 4 Proses Mengajar Menurut Jerome Bruner Bruner mengemukakan perlunya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran efektif di kelas. Menurut pandangan Bruner bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil, karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Sedangkan teori pembelajaran itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tujuan utama teori pembelajaran itu sendiri adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan cara-cara mengajarkan penjumlahan. Guru mengajar menurut proses penemuan, tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, prosedurnya sebagai berikut Ahmadi, 2005: 22-23: a Stimulus : kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. b Problem Statement mengidentifikasi masalah : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa jawaban sementara dari masalah tersebut. c Data Collection pengumpulan data : memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut. d Data Processing pengolahan data : mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut ditafsirkan. perpustakaan.uns.ac.id commit to user e Verifikasi : mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing. f Generalisasi : mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. Selain itu Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya Nasution, 2000 : 15 sebagai berikut : a Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”, yaitu menyajikan bahan- bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll. b Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah- langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok. c Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. d Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprogram, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau feedback tentang respon murid. commit to user Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melaui tiga tahap pembelajaran yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu : Enaktif, Ikonik dan Simbolik Budiningsih, 2008 : 40-41. a Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitar, artinya dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. b Tahap Ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar atau visualisasi verbal. Maksudnya dalam memhami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. c Tahap Simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan- gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti Bruner tidak lagi menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannnya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar. 5 Peran Guru dalam Teori Jerome Bruner Dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dinyatakan sebagai berikut: commit to user a Merencanakan pelajaran demikian sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa. b Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan penggunaan fakta-fakta yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbul masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis- hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu. c Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Cara-cara penyajian itu ialah cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Contoh cara penyajian ini telah diberikan dalam uraian terdahulu. Untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik, jadi demikian pula harapan tentang urutan pengajaran. commit to user d Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran yang diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan secara maksimal sehingga siswa tidak tetap tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus melakukan sendiri fungsi tutor itu. e Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Seperti diketahui, tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail, dan tujuan-tujuan itu tidak diminta sama untuk berbagai siswa. Lagi pula tujuan dan proses tidak selalu seiring. Secara garis besar, tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu. Pènilaian basil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip- prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essai. Peran guru menurut Bruner, guru biasa menjadi tutor, fasilitator, motivator dan evaluator. Pada belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 6 Peran Teman dan Siswa Peran teman dan siswa dianggap penting, sebagaimana diketahui bahwa teori Bruner ini lebih menekankan agar siswa dalam proses belajar-mengajarnya lebih berperan aktif, dan siswa diberikan kesempatan untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Oleh karena itu dalam belajar guru perlu mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu Slameto, 2003:12. Peran teman dalam proses belajar “Discovery Learning” cukup diperlukan, mereka bisa saling bertukar informasi dari yang mereka pelajari dan temukan sendiri, selain itu teori ini bisa disajikan dalam bentuk diskusi kelas, demonstrasi, kegiatan laboratorium, kertas kerja siswa, dan evaluasi-evaluasi Ahmadi, 2005:78. 7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Jerome Bruner Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan Free Dicovery Learning adalah : 1 Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji kebermaknaan belajar. 2 Pengetahuan yang diperoleh siswa akan tertinggal lama dan mudah diingat. 3 Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar siswa dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. 4 Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh siswa daripada disajikan dalam bentuk jadi. 5 Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar. 6 Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan Free Discovery Learning adalah: 1 Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif. 2 Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari Ahmadi, 2005:79. b. Teori Belajar Konstruktivisme Teori Konstruktivisme sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, segala sesuatu yang dilalui dalam kehidupan selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Teori kontruktivisme, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ke tingkat perpustakaan.uns.ac.id commit to user pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Dari uraian tersebut, makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya. Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru Trianto,2007:13. c. Teori Belajar Piaget Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama Dahar, 1989: 159 menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut: 1 Skemata Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut dengan skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang commit to user kemudian dinamakan skema schema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan kelinci yang sama-sama berbulu putih. Berkat keseringannya, ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan kelinci berkaki dua. Pada akhirnya, berkat pengalaman itulah dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempunalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. 2 Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. 3 Akomodasi Pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk membentuk skema commit to user baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. 4 Keseimbangan Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. d. Teori Belajar Vygotsky Karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri. Teori Vygotsky terdapat dua implikasi utama dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok- kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan scaffolding. Dengan scaffolding, semakin lama siswa perpustakaan.uns.ac.id commit to user semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajarannya sendiri Trianto, 2007:27. Uraian teori belajar diatas yang sejalan dengan penelitian dan pengembangan ini adalah toeri belajar Burner dan Piaget, bahwa penekanan teori tersebut pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator atau moderator. Hal itu tercermin dalam langkah-langkah inkuiri yang digunakan sebagai basis metode pembelajaran pada modul yang akan dikembangkan. 2. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu system atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajaran yang dirancang atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran terdiri dari atas sejumlah komponen yang terorganisir antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika pembelajaran dipandang sebagai proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar Najib Sulhan, 2010 :7. Proses pembelajaran dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semesteran, dan penyusunan persiapan mengajar antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh perpustakaan.uns.ac.id commit to user pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya Najib Sulhan, 2010:7. 3. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing a. Pembelajaran inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris ‘inquiry’ yang artinya pertanyaan atau penyelidikan. Dalam pendekatan ini siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan bebas memilih atau mengatur objek belajarnya, bebas berkreasi melakukan penyelidikan sendiri, kemudian menarik kesimpulan dari permasalahan yang ada namun jika diperlukan bisa berdiskusi dengan guru untuk memahami permasalahan. Petersen 2006 : 21 mengatakan bahwa menyajikan sebuah penelitian berbasis model pembelajaran, siswa membangun pengetahuan sendiri, siswa bebas memilih materi pembelajaran selama investigasi pada habitat halaman sekolah, dan kontak dengan teman sebaya selama penyelidikan, mendiskusikan temuan-temuan dan memanfaatkan sumber-sumber belajar untuk mempertinggi pembelajaran. Pendekatan inkuiri berangkat dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek belajar yang mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakuan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Tentang inkuiri ini Dahlan dalam Sujarwo 2002 : 130 perpustakaan.uns.ac.id commit to user menyebutkan inkuiri adalah stategi pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered learning yang lebih banya pengembangan kemampuan siswa untuk menentukan dan mereflesikan sifat kehidupan sosial. Inkuiri memberikan perhatian dalam membantu siswa menyelidiki teka-teki secara bebas yang dilakukan secara teratur. Siswa mencari jawab mengapa suatu peristiwa terjadi, mengumpulkan data dan mengolah data dan memecahkan persoalan secara logis. b. Proses Inkuiri Terbimbing Kindsvatter, dkk dalam Paul Suparno 2007:68 pendekatan inkuiri dapat dilakukan dalam dua bentuk pendekatan yakni inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing terarah. Sedangkan Margono dalam Sujarwo 2002 : 17 mengatakan dengan memperhatikan besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa, inkuiri dibedakan menjadi inkuiri terpimpin, inkuiri bebas dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Pendekatan inkuiri terbimbing merupakan pendekatan inkuiri yang dilaksanakan dengan bimbingan guru. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Prosesnya guru memberikan bimbingan atau petunjuk yang cukup kepada siswa. Petunjuk itu berupa pertanyaan-pertanyaaan yang sifatnya membimbing. Artinya siswa dihadapkan pada permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk mendapatkan jawaban, siswa melakukan penyelidikan, analisis dan percobaan. Dengan demikian metode ini menitikberatkan pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa sendiri. Guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, membantu siswa jika diperlukan. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Inkuiri terbimbing terdiri dari : a pernyataan masalah atau persoalan. Masalah untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pertanyaan biasa; b hipotesis, siswa diminta menyusun hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan yang dimunculkan; c pengumpulan data, siswa diminta melakukan kegiatan yang telah dirancang guru, mengamati dan mencatat yang terjadi; d analisa data, siswa diminta menganalisa data yang terkumpul; e kesimpulan, siswa membuat kesimpulan dengan bimbingan guru. Penggunaan model inkuiri terbimbing dalam pengembangan modul ini, disebabkan peserta didik merupakan siswa SMP sehingga dalam proses pembelajaran masih memerlukan bimbingan dari guru sebagai fasilitator. Gulo 2002 menyatakan bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan. c. Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri Gulo 2002 menyatakan bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1 Mengajukan permasalahan Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis. commit to user 2 Merumuskan hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. 3 Mengumpulkan data Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik atau grafik. 4 Analisis data Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukan. 5 Membuat kesimpulan Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa. Lima langkah pada inkuiri ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian. Berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru mempersiapkan skenario pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id commit to user sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar. Skenario pembelajaran inkuiri menurut Gulo 2002: 88-89 dapat dilihat pada Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran Inkuiri. Tabel 2.1 Skenario Pembelajaran Inkuiri Kegiatan siswa Sintak aliran kegiatan Kegiatan guru Keterangan 2.1 mendengarkan, mempertanyakan, mengusulkan Pengantar singkat tentang konten dan prosedur 2.1 memberikan penjelasan singkat dan penyeluruh tentang konten dan prosedur kerja menentukan batas waktu 3.1 masuk ke dalam kelompok Membentuk kelompok 3.1 mengorganisasi fasilitas dan kelompok Menjajaki cara pembentukan kelompok 4.1 merumuskan, mengklasifikasikan tujuan 4.2 urutan tugas Klasifikasi tugas 4.1 mengamati, membantu, mengarahkan 5.1 membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti,mengorganisa si data Kerja individual 5.1 menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan 5. saling membantu antar siswa 6.1 analisi data, kesimpulan individual Laporan pada kelompok 6.1 menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan saling membantu antar siswa 7.1 sharing penemuan, kritik mengambil catatan, kesimpulan pendahuluan Diskusi kelompok 7.1 menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan saling membantu antar siswa 8.1 menulis laporan kelompok antarsiswa Laporan kelompok Memberi bantuan Saling membantu 9.1 Menanggapi dan bertanya Diskusi kelas Memantau,membant u, mengelola kelas Memimpin diskusi 10. Tanya jawab, catat Rangkuman Sintesis menyimpulkan Memimpin diskusi 11. Memberi saran Tindakan lanjut Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi Memimpin diskusi commit to user Pada penelitian pengembangan modul berbasis inkuiri ini, tahapan inkuiri yang dikembangkan mengadopsi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak 2012 : 328 disajikan pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Fase dalam Menerapkan Pembelajaran Inkuiri Fase Proses Pembelajaran Fase : 1 Mengidentifikasi pertanyaan dan merumuskan masalah Siswa mengidentifikasi satu pertanyaan yang akan coba dijawab oleh siswa Fase : 2 Membuat hipotesis Siswa membuat hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan Fase : 3 Mengumpulkan data Siswa melakukan penyelidikan dalam rangka mengumpulkan data terkait Fase : 4 menganalisis data Siswa menganalisis data yang diperoleh dari eksperimen Fase : 5 Menilai hipotesis dan membuat generalisasi Guru memandu diskusi tentang hasil dan sejauh mana hasil hasil itu mendukung hipotesis. Juga murid melakukan generalisasi terhadap hasil berdasarkan asesmen terhadap hipotesis Dari tahapan yang dikemukan oleh oleh Eggen dan Kauchak 2012 : 328 maka pada penelitian ini mengadopsi tiap tahapan yang akan digunakan dalam pengembangan modul berbasis inkuiri. Adapun tahapan inkuiri hasil pengembangan disajikan pada tabel 2.3. commit to user Tabel 2.3 Tahapan Hasil Pengembangan dalam Menerapkan Pembelajaran Inkuiri Fase Modul Siswa Fase : 1 Mengidentifikasi Masalah Berupa fenomena atau peristiwa yang berkaitan dengan materi yang akan diselidiki Siswa mengamati dan mengidentifikasi masalah yang ada pada fenomena atau peristiwa yang berkaitan dengan materi yang akan diselidiki Fase : 2 Merumuskan masalah Berisi rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi Siswa membuat rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi masalah yang terkait dengan masalah yang akan diselidiki Fase : 3 Membuat hipotesis Berisi hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan diselidiki Siswa membuat hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan Fase : 4 Mengumpulkan data Berupa kegiatan penyelidikan LKS yang akan dilakukan oleh siswa untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk dianalisis Siswa melakukan penyelidikan dalam rangka mengumpulkan data terkait dengan hipotesis dan menyusun serta menampilkannya supaya data itu bisa dianalisa Fase : 5 Menganalisis data Berupa pertanyaan- pertanyaan panduan untuk membantu menganalisis data yang diperoleh dari hasil penyelidikan Siswa menganalisis data yang diperoleh dari eksperimen Fase : 6 Menilai hipotesis dan membuat generalisasi Berupa kesimpulan dari masalah yang telah diselidiki sampai menemukan sebuah konsep materi Siswa melakukan generalisasi terhadap hasil berdasarkan asesmen terhadap hipotesis commit to user d. Pembelajaran dengan metode inkuiri Suchman Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi, hasil penelitian yang telah dilakukan tentang model inkuiri menunjukkan bahwa keterampilan inkuir siswa meningkat dan motivasi belajar juga meningkat. Trianto 2007: 139 menyatakan Suchman bahwa berkeyakinan siswa akan menyadari tentang proses penyelidikan dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selanjutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentatif. Joyce 2009 menyatakan bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya. 2 Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut. 3 Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut. 4 Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya” atau “tidak”. 5 Membuat kesimpulan dari data data yang diperoleh. Menurut Joyce 2009: 206 inkuiri memiliki lima tahap yaitu Tahap pertama adalah mengonfrontasikan siswa dengan situasi yang membingungkan. Tahap kedua dan ketiga adalah pelaksanaan pengumpulan data dengan memverikasi dan menguji coba. Pada tahap kedua, siswa mengajukan serangkaian pertanyaan yang commit to user dimungkinkan guru dapat menjawab dengan kata ya atau tidak dan pada tahap ketiga, baru mereka mulai melaksanakan serangkaian uji coba pada situasi permasalahan. Pada tahap keempat siswa mengolah informasi yang mereka dapatkan selama pengumpulan data dan mencoba menjelaskan ketidaksesuaian atau perbedaan perbedaan. Akhirnya pada tahap kelima, siswa menganalisis strategi strategi pemecahan masalah yang telah mereka gunakan selama penelitian. Pembelajaran inkuiri dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternatif untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Trianto 2007:139 mempunyai dua kelebihan yaitu 1 Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan dengan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri. 2 Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum. Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan temen. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permintaan tebakan. Hal ini memelukan dua aturan penting yaitu 1 Pertanyaan harus dapat dijawab ‘ya’ dan ‘tidak’ dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. 2 Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menentukan jawabannya sendiri. Perbedaan utama antara inkuiri Suchman dengan inkuiri umum adalah pada proses pengumpulan data. Suchman mengembangkan suatu metode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya. e. Prinsip prinsip pembelajaran inkuiri Pembelajaran inkuiri dapat berjalan lancar sesuai tujuan dengan memperhatikan beberapa hal yaitu : 1 pernyataan masalah atau pernyataan. Masalah untuk masing masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai pertanyaan atau pernyataan biasa dan jelas dapat dimengerti siswa. Pertanyaan bersifat open ended. Pertanyaan harus mengarah ke pengembangan pengetahuan; 2 prinsip atau konsep yang diajarkan. Prinsip prinsip atau konsep konsep yang harus ditemukan oleh siswa melalui kegiatan harus ditulis dengan jelas dan tepat; 3 alat dan bahan. Alat alat dan bahan bahan harus disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa untuk memulai kegiatan belajar; 4 diskusi pengarahan. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada siswa commit to user kelas untuk didiskusikan sebelum siswa melakukan kegiatan inkuiri; 5 LKS dapat disiapkan untuk menbantu siswa dalam proses inkuiri, sehingga proses dapat berjalan lancar dan efisien; 6 proses berfikir kritis dan ilmiah. Proses berfikir kritis dan ilmiah harus ditulis atau dijelaskan untuk ditunjukkan kepada guru lain guna memperlihatkan proses mental siswa yang diharapkan selama kegiatan berlangsung; 7 pengambilan kesimpulan perlu diperhatikan logis atau tidak. Siswa perlu dibantu untuk dapat mengambil kesimpulan bagi mereka sendiri. f. Kelebihan dan kelemahan inkuiri Pendekatan inkuiri mempunyai beberapa kelebihan antara lain : siswa akan mengerti konsep-konsep dasar dan ide-ide secara lebih baik, membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru, mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik, situasi proses belajar menjadi lebih merangsang minat siswa. Sedangkan kelemahan inkuiri yaitu ada kemungkinan hanya siswa pandai yang terlibat secara aktif dalam pengembangan prinsip umum dan siswa yang kurang pandai hanya diam menunggu siswa lain menyatakan prinsip umum, relatif memerlukan waktu yang lebih banyak, tidak mungkin siswa diberi kesempatan sepenuhnya untuk membuktikan secara bebas semua yang dipermasalahkan. 4. Bahan ajar Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematik baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user memungkinkan siswa untuk belajar Abdul Kodir, 2011: 219. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai seperangkat materi pembelajaran teaching material yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar berfungsi sebagai: 1 pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa; 2 Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan seluruh aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan subtansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasai; 3 alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. Dengan demikian fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan guru dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan planning aktivitas-aktivitas pembelajaran, mengimplementasikan dan penilaian assessing. Tujuan dari bahan ajar adalah 1 membentuk siswa dalam mempelajari sesuatu; 2 menyediakan berbagai pilihan bahan ajar; 3 memudahkan guru dalam proses pembelajaran; 4 agar pembelajaran menjadi menarik. Sedangkan peranan bahan ajar adalah 1 mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan perpustakaan.uns.ac.id commit to user ajar yang disajikan; 2 menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik; 3 menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap; 4 menyajikan metode metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik; 5 menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis Sunendar, 2008: 172. Ragam bentuk bahan ajar yaitu 1 bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra penglihatan. Terdiri atas bahan cetak printed seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, gambar, dan non cetak non printed, seperti model maket; 2 bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio; 3 bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti video compact disk, film; 4 bahan ajar multimedia interaktif interactive teaching material seperti CAI Computer Assisted Instruction, compact disk CD multimedia. 5. Media Pembelajaran Soeparno 1998:2 menyatakan bahwa media merupakan suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi’. Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Hal itu disebabkan materi yang sulit dipahami dan dicerna siswa, terutama pada mata pelajaran IPA yang abstrak dan kompleks. commit to user Setiap materi pelajaran yang tidak memerlukan media, Tetapi dilain pihak ada materi pelajaran yang memerlukan media seperti globe, molimut, grafik, gambar, video dan sebagainya. Tujuan utama penggunaan media adalah agar pesan dikomunikasikan dan dapat diserap semaksimal mungkin oleh siswa sebagai penerima informasi. Metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Kedudukan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi sebagai satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana 2005:2 antara lain; 1 lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; 2 bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; 3 metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi verbal melalui penuturan kata kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga; 4 siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,mendemontrasikan dan lain-lain. Wayan Santyasa 2007 : 6, tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran dapat diursikan antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis dan empiris. Adanya suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi perpustakaan.uns.ac.id commit to user dehumanisasi. Dengan kata lain siswa dihargai harkat kemanuasiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi. Kompleks dan uniknya proses belajar, maka perlu diperhatikan ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu dalam pemilihan media, disamping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif sehingga perlu : 1 diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan objek yang diamatinya, 2 bahan pembelajaran yang akan di ajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa. Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penerapan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber belajar. Jadi teknologi pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasikan dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol. Dalam teknologi pembelajaran, pemecahan masalah dilakukan dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah disusun dalam fungsi disain atau seleksi dan dalam pemanfaatan serta dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang perpustakaan.uns.ac.id commit to user lengkap. Komponen-komponen ini termasuk pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan latar. Edgar Dale dalam Soeparno 1998:5 membuat jenjang jenjang besar kecilnya kemungkinan terserapnya suatu informasi melewati berbagai pengalaman. Jenjang jenjang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut, pada gambar dibawah terlihat bahwa informasi yang diperoleh melalui berbagai pengalaaman itu semakin ke atas semakin abstrak, dan semakin ke bawah semakin konkret. Informasi yang paling abstrak adalah informasi informasi yang diperoleh melalui lambang verbal, sedangkan informasi konkret adalah informasi yang diperoleh melalui pengalaman langsung. Pada hakikatnya semua media dapat dipakai pada semua tingkatan berdasarkan materi yang disesuiakan dengan tingkatan masing-masing. Klasifikasi media dapat dibedakan yaitu 1 media pandang seperti papan tuli, papan tali, flanel, wall chart, modul, kartu, gambar dan lain lain. 2 media dengar seperti radio, rekaman, PH dan lain lain; 3 media pandang dengar seperti slide suara, TV,VTR dan lain lain. Memilih media pembelajaran yang tepat guru harus memahami sasaran siswa dan sifat materi ajar. Karena tidak ada satu media yang cocok untuk semua bidang materi ajar maka guru harus selalu belajar mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi yang dapat membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran serta dapat menggunakan secara tepat, sehingga siswa tertantang belajar dengan berfikir kreatif. Dilihat dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow dalam Azhar Arsyad, 2006 media dikelompokkan menjadi, media perpustakaan.uns.ac.id commit to user tradisional dan media teknologi mutakhir. Media teknologi mutakhir meliputi : media berbasis telekomunikasi dan media berbasis mikroprosesor Computer- assisted intrugtion, Permainan komputer, Sistem tutor intelijen, Interaktif, Hypermedia, Compact. 6. Modul a. Pengertian Modul Modul sebagai salah satu bentuk bahan ajar berupa bahan cetakan. Modul pembelajaran biasanya digunakan dalam pembelajaran jarak jauh. Ada beberapa pengertian tentang modul antara lain : modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan materi pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, latihan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri Abdul Khodir, 2011 : 219. Modul juga dapat diartikan sebagai alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata pelajaran tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu. Sebuah kompetensi atau sub kompetensi yang dikemas dalam satu modul secara utuh self contained, mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri. Penggunaan modul tidak bergantung pada media lain, memberikan kesempatan peserta didik untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri dan mengakomodasi kesulitan siswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis atau cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut. Modul menurut bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu 1 modul sederhana yaitu bahan pembelajaran tertulis yang hanya terdiri atas 3 sampai 5 halaman, bahan pembelajaran ini dibuat untuk kepentingan pembelajaran selama 1 sampai 2 jam; 2 modul kompleks yaitu bahan pembelajaran uang terdiri atas 40 sampai 60 halaman untuk 20 sampai 30 jam pelajaran. Modul kompleks ini dapat dilengkapi bahan audio, video atau film, kegiatan percobaan, praktikum Hermawan, 2012 : 8. Menurut tujuan penyusunannya modul dibedakan menjadi dua jenis yaitu 1 modul inti adalah modul yang disusun dari kurikulum dasar, yang merupakan tuntutan dari pendidikan dasar umum yang diperlukan oleh seluruh warga negara Indonesia. Modul pengajaran ini merupakan hasil penyusunan dari unit-unit program yang disusun menurut tingkat kelas dan bidang studi. Adapun unit-unit program itu sendiri diperoleh dari hasil penjabaran kurikulum dasar. Sedangkan kurikulum dasar disusun guna memberikan pendidikan dasar umum untuk sekolah dasar dan menengah; 2 modul pengayaan adalah modul hasil penyususnan unit- unit program program pengayaan yang berasal dari program pengayaan yang bersifat memperluas dan memperdalam program pendidikan dasar yang bersifat perpustakaan.uns.ac.id commit to user umum. Modul ini disusun sebagai bagian dari usaha untuk mengakomodasi peserta didik yang telah menyelesaikan dengan baik program pendidikan dasarnya mendahului teman-temannya Andi Prastowo ,2012 : 111. Salah satu tujuan penyusunan modul adalah menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa serta setting atau latar belakang lingkungan sosialnya. Modul memiliki berbagai manfaat, baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan guru. Bagi siswa, modul bermanfaat antara lain : 1 siswa memiliki berbagai kesempatan melatih diri belajar secara mandiri; 2 belajar lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran; 3 memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi; 4 mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya Prinsip-prinsip yang harus dikembangkan dalam penyusunan modul yaitu 1 disusun dari materi yang mudah untuk memahami yang lebih sulit dan dari yang konkret untuk memahami yang semi konkret dan abstrak; 2 menekankan pengulangan untuk memperkuat pemahaman; 3 umpan balik yang positif akan memberikan penguatan terhadap siswa; 4 memotivasi adalah salah satu upaya yang dapat menentukan keberhasilan belajar; 5 latihan dan tugas untuk menguji diri sendiri. perpustakaan.uns.ac.id commit to user b. Karakteristik Modul Dalam pengembangan modul harus memasukkan beberapa karakteristik agar menghasilkan produk yang mampu meningkatkan motivaasi dan pemahaman konsep penggunaannya. Karakteristik yang diperlukan dalam sebuah modul antara lain : 1 Self instruction Self instruction yaitu melalui modul tersebut seorang guru mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus : memiliki tujuan yang dirumuskan dengan jelas; materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil, tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; materi-materi yang disajikan terkait dengan suasanan atau konteks tugas dan lingkungan siswa menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; terdapat rangkuman materi pembelajaran, terdapat instrumen penilaian yang memungkinkan guru melakukan self assesment, terdapat umpan balik terhadap penilaian guru serta tersedia informasi tentang rujukan yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. 2 Self contained Self contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan guru mempelajari materi pembelajaran yang tuntas, karena materi pelajaran dikemas menjadi satu kesatuan yang utuh. commit to user 3 Adaptif kontekstual Adaptif jika media tersebut dapat menyesuaikan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan memperhatikan laju perkembangan ilmu dan teknologi pengembangan modul hendaknya tetap “date”. Dikatakan adaptif jika isi materi pembelajaran dapat digunakan dengan kurun waktu tertentu. 4 User Friendly Modul hendaknya juga memenuhi kaidah “user Friendly” artinya bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya termasuk kemudahan pemakainya dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk User Friendly. c. Langkah-langkah penyusunan modul Langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan modul sebagai berikut: 1 Analisi kebutuhan Hasil analisis dapat dirumuskan jumlah dan judul modul yang akan disusun. Dalam analisis kebutuhan, dapat dilakukan langkah-langkah berikut : a Menetapkan kompetensi yang telah dirumuskan pada rencana pelaksanaan pembelajaran RPP atau silabus. b Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup unit kompetensi atau bagian dari kompetensi utama. commit to user c Mengidentifikasi dan menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan. d Menentukan judul modul yang akan disusun. 2 Penyusunan naskah Tahap ini sesungguhnya merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran yaitu mencakup judul media, judul bab, sub bab, materi pembelajaran yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap yang perlu dikuasai oleh pembaca, dan daftar pustaka. Draf disusun secara sistematis dalam satu kesatuan sehingga suatu protipe modul yang siap diujikan 3 Uji coba Tujuan dari uji coba tersebut adalah untuk mengetahui kemampuan peserta dalam memahami media dan mengetahui efisiensi waktu belajar menggunakan media pembelajaran yang akan diproduksi. Uji coba pertama dilakukan kepada peserta didik dalam kelompok terbatas, misalnya 5 sampai 10 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui keterbacaan dan manfaat serta efektivitas penggunaan media dalam pembelajaran untuk revisi atau penyempurnaan sebelum diproduksi. Uji coba dilaksanakan pada kelompok siswa yang lebih besar satu kelas. 4 Validasi Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul. Validasi modul bertujuan perpustakaan.uns.ac.id commit to user untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Dari kegiatan validasi draf modul akan dihasilkan draf modul yang mendapat masukan dan persetujuan dari para validator, sesuai dengan bidangnya. Masukan tersebut digunakan sebagai bahan penyempurnaan modul. 5 Revisi dan produksi Masukan yang diperoleh dari pengamatan dan pendapat para peserta didik merupakan hal yang sangat bernilai bagi pengembang modul karena dengan masukan masukan tersebut dilakukan perbaikan terhadap media yang dibuat. Setelah disempurnakan, modul tersebut diproduksi untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran atau didistribusikan kepada pengguna lain Abdul Khodir, 2011 : 220-222. d. Kelebihan modul 1 Modul dapat memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu verbal. 2 Modul dapat mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera. 3 Modul dapat digunakan secara tepat dan bervariasi dalam meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa. 4 Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuannya. 5 Memungkinkan siswa dapat mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. e. Kelemahan Modul 1 Interaksi antara pembelajar kurang. 2 Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 3 Kemandirian yang bebas menyebabkan pembelajar tidak disiplin dan menunda mengerjakan. 4 Perencanaan harus matang, memerlukan kerjasama tim, memerlukan dukungan fasilitas, media dan sumber lainya. 5 Memerlukan biaya yang lebih mahal. 7. IPA a. Hakekat IPA Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistemasis, sehingga IPA bukan hanya kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapan kehidupan dalam sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk pembelajaran inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen Balitbang Depdiknas, 1996. Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu 1 sikap : rasa ingin tahu tentang benda, perpustakaan.uns.ac.id commit to user fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; 2 proses : prosedur pemecahan, masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyususnan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan; 3 produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; 4 aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorentasi pada tes atau ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran. b. Karakteristik bidang kajian IPA Ilmu Pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu 1 kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati 2 kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi dan perpustakaan.uns.ac.id commit to user kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil ekperimen 3 dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentan g “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. c. Pembelajaran IPA Mata pelajaran IPA adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri Balitbang Depdiknas, 1996. 8. Prestasi belajar Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator keberhasilan pendidikan antara lain : indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik, lambang pemuasaan hasrat ingin tahu, bahan informasi dalam inovasi pendidikan dan daya serap anak didik. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai belajar dalam melakukan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf Dimyati , 2006:200. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Benyamin Bloom dalam Catharina Anni 2004:6 membedakan prestasi belajar menjadi tiga aspek kognitif, afektif, dan psikomotor a. Aspek kognitif Mempunyai enam tingkatan yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan knowledge atau C1, berupa pengetahuan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip yang dipelajari. Pemahaman comprehensive atau C2, mencakup pengetahuan mengerti tentang isi materi pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran yang lain. Penerapan application atau C3 mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkrit dan baru. Analisis analysis atau C4 mencakup kemampuan untuk suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Sintesis syntesis atau C5 mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Evaluasi evaluation atau C6 mencakup kemampuan untuk membentuk pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu berdasarkan kriteria tertentu. b. Aspek afektif Aspek afektif mempunyai lima bagian yaitu penerimaan receiving, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu. Partisipasi responding mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Penilaian valuing mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu perpustakaan.uns.ac.id commit to user dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Organisasi orgganization mencakup kemampuam untuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Pembentukan pola hidup characterization by a value or value complex mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Aspek afektif merupakan bagian dari prestasi siswa. Namun dalam praktik di sekolah sekolah penentuan keberhasilan siswa tidak begitu memperhatikan aspek ini. c. Aspek psikomotorik Aspek psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani. Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotorik mempunyai tujuh bagian yaitu : persepsi perception mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan atau lebih. Kesiapan set, mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan. Gerakan terbimbing guided response mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan. Gerakan terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak- gerik dengan lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Gerakan komplek mencakup kemampauan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien. Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi perpustakaan.uns.ac.id commit to user setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran. Dan kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak- gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. 9. Materi Ajar Tekanan a. Tekanan Fluida tidak dapat menahan tegangan geser ataupun tegangan tarik. Oleh karena itu satu-satunya tekanan yang dapat diberikan pada benda yang ditenggelamkan dalam fluida yang statis adalah tekanan yang cenderung menekan bendanya dari semua sisi. Dengan kata lain, gaya yang dipengaruhi fluida statis pada benda selalu tegak lurus dengan permukaan benda. Tekanan dalam fluida dapat diukur dengan alat yang terdiri atas silinder kosong yang melingkupi suatu piston ringan yang dihubungkan ke sebuah pegas. Ketika alat ini ditenggelamkan ke dalam sebuah fluida maka fluida akan menekan bagian atas piston dan menekan pegas hingga gaya masuk dari fluida diseimbangkan oleh gaya keluar dari pegas. Tekanan fluida dapat diukur secara langsung jika pegasnya telah dikalibrasi terlebih dahulu. Jika F adalah besar gaya yang bekerja pada piston dan A adalah luas permukaan piston, maka P atau Tekanan dari fluida pada kedalaman alat tersebut telah ditenggelamkan didefinisikan sebagai rasio FA. Bidang Luas GayaTekan Tekanan .  atau A F P  2.1 Tekanan merupakan besaran skalar karena sebanding dengan besar gaya piston. Jika tekanan pada suatu luas tidak sama, maka dapat menghitung gaya dF pada sebuah elemen permukaan dengan luas dA sebagai Serway, 2009: 639 commit to user commit to user Suatu benda cair dengan massa jenis ρ yang berada pada keadaan diam seperti pada gambar 2.1. Di asumsikan bahwa ρ sama untuk semua bagian cairannya, ini berarti benda cair tidak dapat ditekan. Dipilih suatu sampel benda cair yang berada didalam suatu tabung yang luas penampang lintangnya adalah A. Dari kedalaman d ke d + h. Benda cair yang berada diluar sampel memberikan gaya pada seluruh titik dipermukaan sampel, tegak lurus dengan permukaannya. Tekanan yang dikerjakan oleh benda cair pada permukaan bagian bawah sampel adalah P dan tekanan pada permukaan bagian atasnya adalah P o . Oleh karena itu, gaya ke atas yang dikerjakan oleh cairan diluar sample pada bagian bawah tabung adalah P o A. Oleh karena massa cairan didalam tabung adalah M = ρ V = ρ Ahg. Begitu juga tabung yang berada dalam keseimbangan, maka gaya yang bekerja padanya harus nol. Dengan memilih arah atas sebagai arah y positif diperoleh Serway, 2009: 643      j Mg j A P j PA F O Atau PA-P O A- ρ Ahg=0 PA- P O A= ρ Ahg P=P O + ρ hg 2.3 Tekanan P pada kedalaman h dibawah suatu titik didalam cairan yang tekanan P o adalah lebih besar sebanyak ρ hg. Jika cairannya berhubungan langsung dengan atmosfer dan P o adalah tekanan di permukaan cairan, maka P o adalah tekanan atmosfer. Perhitungan biasa menggunakan tekanan atmosfer sebesar P o =1 atm = 1,013 x 10 5 Pa 2.4 commit to user commit to user commit to user Pada gambar bejana, berlaku P 1 = P 2 2.5  1 x g x h 1 =  2 x g x h 2 2.6  1 x h 1 =  2 x h 2 2.7 d. Gaya ke atas zat cair Archimedes Batu yang diangkat dalam air akan terasa lebih ringan bila dibandingkan di luar air atau di udara. Dengan adanya gaya tekan ke atas oleh air, batu terasa lebih ringan. Benda yang dicelupkan ke dalam air, mendapat gaya tekan ke atas seberat air yang melimpah. Gaya ke atas pertama kali diselidiki oleh Archimedes, Ahli Fisika dari Yunani Kuno. Hasil penyelidikannya terkenal dengan hukum Archimedes. “Benda yang dicelupkan ke dalam zat cair, sebagian atau seluruhnya, akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindah kan”. Sebuah kubus yang ditenggelamkan ke dalam cairan pada gambar 2.4. Tekanan P b pada dasar kubus lebih besar daripada tekanan P a di atasnya, selisihnya adalah ρ fluida gh, dengan h adalah tinggi kubus dan ρ fluida adalah massa jenis fluida. Tekanan di dasar kubus menyebabkan gaya angkat ke atas yang sama dengan P b A, dengan A adalah luas alasnya. Tekanan di atas kubus menyebabkan gaya ke bawah yang sama dengan P a A. Resultan dari kedua gaya ini adalah gaya apung B: B = P b -PtA= ρ fluida ghA= ρ fluida V 2.8 Dengan V adalah volume fluida yang dipindahkan oleh kubus. Karena hasil kali antara ρ fluida V sama dengan massa fluida yang dipindahkan oleh benda B = mg 2.9 perpustakaan.uns.ac.id commit to user Dengan mg adalah berat fluida yang dipindahkan oleh kubus. Hal ini sejalan dengan tentang prinsip Archimedes Serway, 2009:649. Gambar 2.4 gaya eksternal yang bekerja pada suatu bagian cairan berbentuk kubus sumber : Serway, 2009:648 1 Benda yang sepenuhnya tenggelam Ketika sebuah benda sepenuhnya ditenggelamkan ke dalam fluida dengan massa jenis ρ fluida , maka besar gaya apung ke atas adalah B = ρ fluida gV benda , dengan V benda adalah volume benda. Jika bendanya bermassa m dan massa jenisnya ρ benda , maka beratnya sama dengan F g = mg= ρ fluida gV benda, dan gaya nettonya adalah B- F g =ρ fluida - ρ benda gV benda . Oleh karena itu, jika massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis fluida, maka gaya gravitasi yang arahnya ke bawah lebih kecil daripada gaya apung ke atas menjadi lebih kecil daripada gaya gravitasi dan benda ini akan tenggelam gambar 2.5. Jika massa jenis dari benda yang ditenggelamkan sama dengan massa jenis fluida, maka gaya netto pada benda sama dengan nol dan benda tersebut tetap berada dalam keseimbangan. Jadi arah gerak benda yang ditenggelamkan dalam fluida hanya ditentukan oleh massa jenis benda dan massa jenis fluida. h Fg B commit to user a b Gambar 2.5 a sebuah benda yang sepenuhnya tenggelam yang massa jenisnya kurang dari massa jenis fluida, sehingga mengalami gaya netto ke atas; b sebuah benda yang sepenuhnya tenggelam yang massa jenisnya lebih besar daripada massa jenis fluida mengalami gaya netto ke bawah dan tenggelam sumber : Serway, 2009:649 2 Benda yang mengapung Sebuah benda dengan volume V benda dan massa jenis ρ benda ρ fluida di dalam keseimbangan statis yang mengapung pada permukaan fluida artinya benda tersebut hanya tenggelam sebagian. Dalam kasus ini, gaya apung ke atas diseimbangkan oleh gaya gravitasi yang bekerja pada benda. Jika V fluida adalah fluida yang dipindahkan oleh benda volume ini sama dengan volume bagian benda yang berada di bawah permukaan fluida, besar gaya apungnya adalah B= ρ fluida gV fluida . Oleh karena berat benda adalah Fg= mg = ρ fluida gV benda dan karena F g =B, dapat dilihat ρ fluida gV fluida = ρ fluida gV benda atau 2.10 a B Fg a B Fg benda fluida benda fluida V V ρ ρ  perpustakaan.uns.ac.id commit to user Persamaan ini menyatakan bahwa fraksi volume dari benda mengapung yang berada dibawah permukaan fluida sama dengan perbandingan dari massa jenis benda dengan massa jenis fluida. e. Tekanan Udara Besarnya tekanan udara yang ditimbulkan oleh seluruh lapisan atmosfer dinamakan satu atmosfer 1 atm. Tekanan udara 1 atmosfer terjadi di permukaan laut yaitu pada ketinggian 0 nol meter. Tekanan udara 1 atm = 76 cm Hg artinya tekanan udara 1 atmosfer sama dengan tekanan yang ditimbulkan oleh raksa yang tingginya 76 cm. Satuan-satuan tekanan udara antara lain : Atmosfer atm, Pascal Pa, cm Hg dan Bar Dengan kesetaraan sebagai berikut : 1 atm = 76 cm Hg 1 atm = ρ . g . h tekanan hidrostatis raksa = 13.600 kgm 3 x 9,8 Nkg x 0,76 m = 101.292,80 Nm 2 ; dibulatkan menjadi = 100.000 Nm2 =10 5 Nm 2 1 atm = 76 cmHg = 10 5 Pa = 10 5 Nm 2 Besarnya tekanan udara pada suatu tempat tergantung pada ketinggiannya. Tekanan udara di daerah pantai berbeda dengan tekanan udara di daerah pegunungan. Tekanan udara di daerah pegunungan lebih rendah daripada di daerah pantai. Makin tinggi suatu tempat tekanan udara semakin rendah, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6. commit to user commit to user e. Tekanan udara dalam ruang tertutup Tekanan udara dalam ruang tertutup terjadi karena sifat partikel udara atau gas yang selalu bergerak acak dan menempati ruang. Pergerakan acak dari partikel-partikel udara menyebabkan terjadinya tumbukan dengan dinding ruang tertutup, akibatnya dinding mendapat tekanan. Gas dalam ruang tertutup menimbulkan tekanan pada dindingnya ke segala arah. Besarnya tekanan udara pada ruang tertutup dapat diukur dengan menggunakan manometer. Contoh : udara dalam bola, udara dalam ban mobil, udara dalam balon.

B. Penelitian yang Relevan