74
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Model Pengembangan
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul IPA fisika adalah research and development atau penelitian dan pengembangan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk dalam bidang pendidikan yaitu modul IPA. Modul pembelajaran IPA dikembangkan berbasis
inkuiri terbimbing. Materi yang disuguhkan dalam modul IPA adalah tekanan untuk siswa SMP kelas VIII. Model yang digunakan sebagai dasar untuk
mengembangkan modul IPA mengadopsi model 4D yang dikemukakan oleh Thiagarajan.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 2 Ngrampal, Desa Bener, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen. Penelitian akan dilaksanakan
pada semester genap tahun pelajaran 2013 2014.
C. Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan modul IPA berbasis inkuiri terbimbing
menggunakan model 4-D. Model 4-D meliputi define, design, develop and disseminate.
commit to user
Gambar 3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development
Pra Penelitian Analisis ujung depan,
Siswa, Materi, Tugas Tujuan Pembelajaran
Penyusunan tes, pemilihan media, format dan pemilihan
metode pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
Desain Awal Modul Validasi ahli ahli materi dan media,
guru, peer review Draf I
Revisi I
Draf II
Draf III Uji Coba Kecil
Revisi II
Uji Coba di Kelas
Analisis Hasil
Revisi III Modul IPA Fisika
1. PENDEFINISIAN
3. PENGEMBANGAN
4. PENYEBARAN 2. PERANCANGAN
Penyebaran di Forum Guru
commit to user
1. Pendefinisian Penelitian berangkat dari adanya temuan-temuan permasalahan yang timbul
di lapangan. Pada tahap pendefinisian mengidentifikasi permasalahan pada penyelenggaraan pembelajaran IPA di SMP N 2 Ngrampal. Pada proses
pembelajaran IPA belum melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Keterbatasan buku ajar IPA yang ada di SMP N 2 Ngrampal. Temuan masalah
yang diperoleh itu dijadikan dasar langkah berikutnya yakni perancangan produk yang akan dibuat yaitu modul IPA berbasis inkuiri terbimbing. Diharapkan
produk nantinya dapat mengatasi masalah yang ada. Tahap define adalah tahap untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-
syarat pembelajaran. Tahap define ini mencakup lima langkah pokok, yaitu analisis ujung depan front-end analysis, analisis siswa learner analysis,
analisis tugas task analysis, analisis konsep concept analysis dan perumusan tujuan pembelajaran specifying instructional objectives.
a. Analisis ujung depan front-end analysis Thiagarajan, dkk 1974 menyatakan bahwa analisis ujung depan bertujuan
untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. Dengan
analisis ini akan didapatkan gambaran fakta, harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau pemilihan bahan ajar
yang dikembangkan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
b. Analisis Siswa learner analysis Thiagarajan, dkk 1974 menyatakan bahwa analisis siswa merupakan telaah
tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan desain pengembangan bahan ajar. Karakteristik itu meliputi latar belakang kemampuan akademik pengetahuan,
perkembangan kognitif, serta keterampilan-keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, media, format dan bahasa yang dipilih.
Analisis siswa dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik siswa, antara lain: 1 tingkat kemampuan atau perkembangan intelektualnya, 2 keterampilan-
keterampilan individu atau sosial yang sudah dimiliki dan dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan
Analisis peserta didik diperlukan untuk menentukan ciri dan kemampuan peserta didik. Karakteristik ini meliputi kemampuan awal siswa yang memiliki
hasil belajar rata-rata rendah dibawah KKM, Siswa yang cenderung menyukai pembelajaran yang menarik. Analisis ini dimulai dari diskusi dengan guru mata
pelajaran IPA untuk memastikan adanya masalah-masalah mendasar yang dijumpai di sekolah. Masalah mendasar yang diperoleh berupa data analisis
kebutuhan peserta didik yang dijadikan dasar dalam mengembangkan modul. c. Analisis materi
Analisis konsep menurut Thiagarajan, dkk 1974 dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk
herarki, dan merinci konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan
bukan contoh untuk digambarkan dalam mengantar proses pengembangan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Analisis materi mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan silabus mata pelajaran IPA materi tekanan. Analisis bertujuan mengidentifikasi
bagian utama yang akan diajarkan dan menyusun secara sistematis, serta mengkaitkan satu konsep dengan konsep lainnya yang relevan yaitu konsep
tekanan. Pemilihan materi tekanan dikarenakan pada materi tekanan banyak siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sehingga perlu dicari solusi untuk
meningkatkan hasil belajar. Selain itu merupakan materi yang sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat penting untuk dipelajari.
d. Analisis Tugas task analysis Analisis tugas menurut Thiagarajan, dkk 1974 bertujuan untuk
mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama yang akan dikaji dan menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin
diperlukan. Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.
e. Perumusan Tujuan Pembelajaran specifying instructional objectives Perumusan tujuan pembelajaran menurut Thiagarajan, dkk 1974 berguna
untuk merangkum hasil dari analisis materi dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk
menyusun tes dan merancang modul pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi modul pembelajaran yang akan digunakan dalam pengembangan
modul ini. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
f. Analisis Bahan Ajar
Buku ajar yang digunakan di SMP N 2 Ngrampal adalah buku paket BSE dan LKS. Penggunaan buku paket yang kurang menarik menyebabkan sebagian
besar siswa jarang membawa buku paket. Sehingga proses pembelajaran tidak maksimal.
Pengembangan di bidang pendidikan diharapkan produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh guru dan siswa. Produk tersebut akan
digunakan jika memang guru dan siswa memerlukan. Maka tahap pendefinisian sangat penting dilaksanakan karena dari tahapan ini akan diketahui spesifikasi
produk seperti yang diharapkan agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Perancangan
Tahap ini merancang modul pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing yang bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Empat langkah yang
harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: 1 penyusunan standar tes criterion-test construction, 2 pemilihan media media selection yang sesuai dengan
karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, 3 pemilihan format format selection, yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan
format bahan ajar yang akan dikembangkan, 4 membuat rancangan awal initial design sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan tes acuan patokan constructing criterion-referenced test Thiagarajan, dkk 1974 menyatakan bahwa penyusunan tes acuan patokan
merupakan langkah yang menghubungkan antara tahap pendefinisian define dengan tahap perancangan design. Tes acuan patokan disusun berdasarkan
commit to user
spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis siswa, kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar. Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang
kemampuan kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.
Tes adalah serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur suatu aspek perilaku tertentu
Arifin, 2009 : 18. Jadi dapat diketahui tes merupakan alat ukur dari sesuatu yang ingin diketahui tingkat pencapaiannya.
Sebuah tes pilihan ganda menurut Arifin 2009:143 petunjuk praktis dalam menyusun soal pilihan ganda adalah
1 Soal disesuaikan dengan kompetensi. 2 Soal terdapat penjelasan cara mengerjakan.
3 Soal sesuai dengan materi yang telah diajarkan. 4 Soal disusun dengan komunikatif.
Langkah-langkah penyusunan tes objektif adalah 1 Menentukan tujuan mengadakan tes.
2 Mengadakan pembatasan terhadap materi yang diujikan. Mengenai materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tekanan.
3 Menentukan jumlah waktu untuk mengerjakan tes. Dalam penelitian ini waktu yang disediakan dalam mengerjakan soal adalah 75 menit.
4 Menentukan jumlah butir soal, butir soal disusun berdasarkan kisi-kisi. Soal yang dibuat sebanyak 45 butir soal.
commit to user
5 Menentukan tipe tes, dalam penelitian ini tipe soal yang digunakan obyektif dengan 4 pilihan jawaban pemilihan soal ini dengan pertimbangan sebagai
berikut : 1 dapat mewakili isi dan keluasan materi; 2 dapat dinilai serta obyektif; 3 kunci jawaban telah tersedia secara pasti sehingga mudah
dikoreksi. 6 Menentukan tabel spesifikasi atau kisi kisi soal.
Kisi-kisi soal disusun berdasarkan indikator pada silabus, yang mengarah pada keterampilan inkuiri dan kemampuan berpikir, kemudian diintegrasikan
dalam taksonomi bloom yaitu mengetahui C
1
, memahami C
2
, mengaplikasikan C
3
, menganalisis C
4
, mengevaluasi C
5
, membuat C
6
b. Pemilihan media Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran
yang relevan dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis konsep dan analisis tugas, karakteristik target
pengguna, serta rencana penyebaran dengan atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda. Hal ini berguna untuk membantu siswa dalam pencapaian
kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada
pembelajaran di kelas. Pada penelitian ini produk yang dikembangkan berupa media cetak.
c. Pemilihan Format Pemilihan
format dalam pengembangan modul pembelajaran ini
dimaksudkan untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
strategi, pendekatan, metode pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria menarik, memudahkan dan membantu
dalam pembelajaran. Pemilihan format disesuaikan dengan format kriteria modul yang diadaptasi dari format kriteria buku teks yang dikeluarkan oleh BSNP.
Literatur yang digunakan dalam pemilihan strategi dan metode pembelajaran yaitu merujuk buku yang berjudul Strategi dan Model Pembelajaran
yang dikemukanan oleh Paul Eggen dan Don Kauchak. Model yang dikembangkan dalam penyusunan modul yaitu model pembelajaran inkuiri
terbimbing yang kegiatannya meliputi identifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan generalisasi.
Sumber belajar materi tekanan yang digunakan yaitu merujuk buku Inquiri Into Physics yang dikemukakan oleh Vern J Ostediek dan Donald J Bord, buku Fisika
untuk Sains dan Teknik yang dikemukakan oleh Raymond A Serway dan buku- buku penunjang mata pelajaran IPA kelas VIII. Literatur yang sudah ada akan
menjadi dasar dalam penyusunan draf awal modul yang akan dikembangkan. d. Rancangan awal initial design
Thiagarajan, dkk 1974: 7 menyatakan bahwa
desain awal adalah penyajian instruksi penting melalui media yang tepat dan dalam urutan yang sesuai.
Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus
dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek
kemampuan pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul I dengan sekurang-kurangnya mencakup di dalamnya yaitu :
1 Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dijabarkan di dalam modul IPA .
2 Kompetensi atau sub kompetensi yang akan tercapai setelah mempelajari modul IPA .
3 Tujuan yang akan dicapai siswa setelah mempelajari modul IPA. 4 Materi yang berisi penegtahuan, keterampilan dan sikap yang harus dipelajari
dan dikuasai oleh siswa. Di dalam materi terdapat aktivitas laboratorium untuk mendukung proses inkuiri siswa.
5 Alamat situs yang berisi materi suplemen yang dapat diakses siswa secara online.
6 Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk mempelajari modul. 7 Soal-soal, latihan dan tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh
siswa. 8 Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan siswa dalam
menguasai materi. 9 Kunci jawaban dari soal, latihan, dan pengujian.
3. Tahap Pengembangan Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan produk
pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: 1 penilaian ahli expert appraisal yang diikuti dengan revisi, 2 uji coba pengembangan
developmental testing. Tujuan tahap pengembangan ini adalah untuk
commit to user
menghasilkan bentuk akhir perangkat pembelajaran setelah melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli atau praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Tahap Validasi
Langkah yang ditempuh setelah penyusunan modul pada materi tekanan adalah validasi isi. Validasi isi diuji oleh dua orang ahli, yaitu ahli materi dan ahli
kegrafikan. Tahap validasi dalam pengembangan modul IPA ini dititik beratkan pada kegiatan evaluasi formatif yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian
materi yang disajikan dengan standar isi untuk SMP MTs. Kesesuaian tata letak dan komponen isi draf 1 modul IPA. Tahap ini merupakan tahap formatif 1 yang
melibatkan dua ahli modul yaitu ahli materi IPA SMPMTs dan ahli desain modul.
1 Uji Validasi Ahli materi Uji ahli materi bertujuan untuk mengevaluasi kelengkapan materi,
kebenaran materi, sistematika materi dan berbagai hal yang berkaitan dengan materi tentang pengembangan soal-soal latihan dan aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Prosedur uji materi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai draf yang telah dibuat
b Menyusun instrumen evaluasi draf 1 berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.
c Melaksanakan evaluasi draf 1 yang dilakukan oleh isi materi yang digunakan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
d Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk mendapatkan materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan
e Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi oleh ahli materi
f Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
2 Uji Validasi Ahli kegrafikan Uji ahli desain dilakukan oleh ahli desain yang merupakan seorang yang
ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui ketepatan standar minimal yang diterapkan dalam penyusunan modul IPA serta
keterbacaan modul yang dikembangkan. Prosedur uji ahli desain menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai draf 1 yang telah dibuat
b Menyusun instrumen evaluasi kegrafikan draf 1 berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan
c Melaksanakan evaluasi kegrafikan draf 1 yang dilakukan oleh ahli desain d Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi kegrafikan draf 1 untuk
memperoleh desain modul yang lebih baik e Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil evaluasi kegrafikan
draf 1 f Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki
kepada pembimbing. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Masukan yang diperoleh dari para ahli dijaring dengan menggunakan instrumen angket berskala. Penilaian materi oleh ahli materi tertera pada lampiran
7. Penilaian kegrafikan oleh ahli kegrafikan tertera pada lampiran 7. Penetapan untuk ahli modul didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut :
a Memiliki latar belakang pendidikan S3. b Menguasai materi yang berkaitan dengan keilmuan dasar-dasar pembuatan
modul. Modul draf 1 yang telah dikenai uji validitas, kemudian modul tersebut
direvisi berdasarkan saran-saran dan masukan dari validator menjadi draf 2. Kemudian dari modul draf 2 siap untuk di uji cobakan pada kelompok kecil.
b. Uji coba pengembangan developmental testing Ujicoba dilakukan untuk memperoleh masukan langsung berupa respon,
reaksi, komentar siswa, dan para pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Menurut Thiagarajan, dkk 1974 ujicoba, revisi dan ujicoba
kembali terus dilakukan hingga diperoleh perangkat yang konsisten dan efektif. 1 Uji coba terbatas
Tahap uji coba terbatas dilakukan dengan draf 2 pada sepuluh siswa kelas VIII E SMP N 2 Ngrampal dengan karakteristik siswa pandai, sedang dan kurang
pandai. Berbagai data dan masukan yang diperoleh dalam uji coba ini dijadikan sebagai bahan revisi dan perbaikan untuk revisi kedua yang menghasilkan modul
draf 3. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
2 Uji coba lapangan Modul draf 3 yang sudah siap dilakukan uji coba pada kelas yaitu : uji coba
lapangan. Tahap uji coba lapangan ini diterapkan menggunakan modul draf 3 pada kelas VIII SMP. Kegiatan yang dilakukan sama dengan kegiatan yang
dilakukan pada uji coba terbatas. Perbedaannya pada subjek uji coba yang lebih banyak yaitu jumlahnya satu kelas sebanyak 31 siswa.
Setelah melakukan berbagai tahapan dalam melakukan pengembangan modul, maka akan didapatkan produk akhir modul pembelajaran IPA berbasis
inkuiri terbimbing yang sudah valid. 4. Penyebaran Disseminate
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui sebuah proses penularan kepada para praktisi
pembelajaran terkait dalam suatu forum tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran, penilaian, untuk
menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para pengguna produk.
commit to user
Tahap diseminasi perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1 analisis pengguna, 2 menentukan strategi dan tema, 3 pemilihan waktu, dan 4
pemilihan media. a. Analisis Pengguna
Analisis pengguna adalah langkah awal dalam tahapan diseminasi untuk mengetahui atau menentukan pengguna produk yang telah dikembangkan.
Menurut Thiagarajan, dkk 1974, pengguna produk bisa dalam bentuk individu atau kelompok seperti: universitas yang memiliki fakultas studi kependidikan,
organisasi persatuan guru, sekolah, guru-guru, orangtua siswa, komunitas tertentu, departemen pendidikan nasional, komite kurikulum, atau lembaga pendidikan
yang khusus menangani anak cacat. b. Penentuan strategi dan tema penyebaran
Strategi penyebaran adalah rancangan untuk pencapaian penerimaan produk oleh calon pengguna produk pengembangan. Menurut Thiagarajan 1974
memberikan beberapa strategi penyebaran yang dapat digunakan berdasarkan asumsi pengguna diantaranya adalah: 1 strategi nilai, 2 strategi rasional, 3
strategi didaktik, 4 strategi psikologis, 5 strategi ekonomi dan 6 strategi kekuasaan.
c. Waktu Thiagarajan, dkk 1974 menyatakan bahwa selain menentukan strategi,
tema, dan merencanakan waktu penyebaran. Penentuan waktu ini sangat penting khususnya bagi pengguna produk dalam menentukan produk akan digunakan atau
tidak menolaknya. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
d. Pemilihan media penyebaran Thiagarajan, dkk 1974 menyatakan bahwa dalam penyebaran produk,
beberapa jenis media dapat digunakan. Media tersebut dapat berbentuk jurnal pendidikan, majalah pendidikan, konferensi, pertemuan, dan perjanjian dalam
berbagai jenis serta melalui pengiriman lewat e-mail. Penyebaran dalam penelitian ini dilakukan dalam forum guru mata pelajaran
atau di lingkungan MGMP, sehingga nantinya diketahui efektif atau tidaknya sebuah modul secara umum.
5. Uji coba tes prestasi Data hasil belajar kognitif berupa nilai tes hasil belajar. Sebelum digunakan
sebagai intrumen penelitian, butir-butir soal harus diuji cobakan terlebih dahulu. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
beda dari soal tersebut. Try out dilakukan pada siswa di lain sekolah. Dipilih siswa SMP N 1 Tangen sebagai subjek try out tes prestasi belajar modul. Alasan
dipilihnya SMP N 1 tangen karena sekolah ini mempunyai karakteristik yang mirip dengan SMP N 2 Ngrampal. Keduanya sama-sama berstatus sekolah standar
nasional SSN dan input siswa juga hampir sama. Selain itu jumlah siswa perkelas juga sama dengan di SMP N 2 ngrampal.
Data hasil try out yang telah dilaksanakan, kemudian dianalisis dengan menggunakan program Microsoft exel untuk mengetahui validitas, daya beda,
tingkat kesukaran dan reliabilitas. Hasil dapat dideskripsikan sebagai berikut : perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
a Uji validitas butir soal Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kebenaran suatu instrumen. Sebuah tes disebut valid apabila dapat dengan tepat mengukur yang di ukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Untuk mengalami validitas item digunakan rumus product moment karl
pearson, sebagai berikut :
} }{
{
2 2
2 2
Y Y
n X
X n
Y X
XY n
r
xy
Dengan r
xy
adalah koefisien korelasi product moment yang dipengaruhi oleh jumlah subjek n, skor item X dan skor total Y, item tes dikatakan valid jika r
xy- obes
r
xy- tabel
pada taraf signifikansi 5 . Dalam penelitian ini untuk uji validitas butir soal digunakan Microsoft excel Asep Jihad, 2013 :180.
Intrepetasi terhdapa nilai koefisien korelasi r
xy
digunakan kriteria berikut 0,80 r
xy
1,00 : sangat tinggi 0,60 r
xy
0,80 : tinggi 0,40 r
xy
0,60 : cukup 0,20 r
xy
0,40 : rendah r
xy
0,20 : sangat rendah
Validitas yang digunakan adalah validitas isi butir-butir soal. Dalam uji validitas ini, skor terhadap jawaban setiap item soal hanya terdiri dari angka 0
commit to user
untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban betul. Data hasil validitas disajikan pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Tingkat Validitas Soal Tes Akhir Modul Jumlah Soal
Jumlah Soal Valid Jumlah Soal Tidak Valid
45 29
1,4,5,7,9,10,11,13,14,17,18,19,20,2 1,22,24,28,30,31,32,33,34,37,38,40
,42,43,45 16
2,3,6,8,12,15,16,20,23,25 ,29,35,36,39,41,44
Kesimpulan: Soal yang valid ada 29 dan dapat dipakai untuk tes akhir modul. Soal yang tidak
valid ada 16 soal dan tidak dapat dipakai untuk tes akhir modul atau dibuang. b Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur. Suatu tes memiliki tingkat kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap.
Reliabilitas diketahui dengan menggunakan rumus Sperman-Brow berikut :
2 2
11
1 S
pq S
k k
r
r
11
: koefisien reliabilitas k : banyaknya soal
p
i
: proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i q
i
: 1-p
i
S
2
: variansi total harga r
11
yang diperoleh dikonsultasikan dengan harga produk momen dengan ketentuan apabila r
11
r
tabel , maka
soal dikatakan reliabilitas, dengan α = 5 Asep
commit to user
Jihad, 2013 :180. Uji reliabilitas ini menggunakan program Microsoft excel. Yang diuji reliabilitas yaitu data tes prestasi belajar. Reliabilitas instrumen dapat
diklarifikasikan sebagai berikut : 0,91 r
11
1,00 : sangat tinggi 0,71 r
11
0,90 : tinggi 0,41 r
11
0,70 : cukup 0,21 r
11
0,40 : rendah r
11
0,20 : sangat rendah
Reliabilitas artinya dapat dipercaya, suatu tes dapat dikatakan demikian apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap. Reliabilitas juga
dapat diartikan dengan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subjek yang tidak sama pada
waktu yang sama. Hasil analisis menunjukkan nilai reliabilitas 0,899 dalam kategori tinggi.
c Tingkat kesukaran Derajat kesukaran soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran. Indek
kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Derajat kesukaran dalam penelitian ini digunakan untuk menguji soal prestasi
belajar sehingga secara umum bisa digolongkan apakah soal tersebut termasuk sukar, sedang atau mudah sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi. Tingkat
kesulitan soal dipertimbangkan dengan persamaan :
B A
B A
JS JS
JB JB
IK
commit to user
IK Indeks kesukaran
JB
A
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JB
A
: Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JS
A
: Banyaknya siswa pada kelompok atas JS
B
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah Anas Sudijono, 1995 : 371
Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut : 0,00 IK
≤ 0,20 : soal kategori sukar sekali 0,21 IK
≤ 0,40 : soal kategori sukar 0,41 IK ≤ 0,60 : soal kategori sedang
0,61 IK ≤ 0,80 : soal kategori mudah 0,81 IK ≤ 1,00 : soal kategori mudah sekali
Dari hasil analisis didapat indeks kesukaran soal seperti pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Indeks Kesukaran Soal Tes Akhir Modul
Jumlah Soal
Jumlah Soal Sukar Jumlah Soal Sedang
Jumlah Soal Mudah
29 14,26,34,38,42,43
1,4,5,7,10,17,18,21,22,24,2 8,32,33,40,45
9,11,13,19,27,30, 31,37
Kesimpulan : Soal sukar 6, soal sedang 15 dan soal mudah 8.
commit to user
d Daya pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah sehingga para pengikut dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok atas
berkemampuan tinggi dan kelompok bawah berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan daya beda disebut indek diskriminasi. Persamaan yang digunakan
untuk menentukan adanya pembeda adalah sebagai berikut :
A B
A
JS JB
JB DP
Keterangan : DP = Daya pembeda
JB
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar JB
B
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar JS
A
= Banyaknya siswa pada kelompok atas Anas Sudijono, 1995 : 389
Klasifikasi daya beda soal adalah: 0,00
≤ DP≤ 0,20 : soal sangat rendah 0,21 DP≤ 0,40 : soal rendah
0,41 DP≤ 0,70 : soal cukup 0,71 DP≤ 9,00 : soal tinggi
0,91 DP≤ 1,00 : sangat tinggi perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Hasil daya pembeda disajikan pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Daya Pembeda Soal Tes Akhir Modul
Jumlah soal
Jumlah soal sangat rendah
Jumlah soal rendah
Jumlah soal cukup
Jumlah soal tinggi
Jumlah soal sangat tinggi
29 16
Yaitu no
: 2,3,6,8,12,15,1
6,20,23,25, 29,35,36,39,
41,44 8
Yaitu no : 13,17,21,22,
24,26,27,43 15
Yaitu no : 1,4,7,9,10,11,
28,30,32,34, 37,38,40,42,
45 6
Yaitu no : 5,14,18,19,
31,33 -
Keputusan : Soal sangat rendah ada 16 tidak dipakai; soal rendah ada 8 dipakai semua; soal
cukup ada 15 dipakai semua; soal tinggi ada 6 dipakai semua; soal sangat tinggi tidak ada.
D. Subjek Penelitian