Hasil Pengaruh Penambahan EM4 terhadap Nilai Kalium

58

7. Hasil Pengaruh Penambahan EM4 terhadap Nilai CN ratio

Setelah mengetahui hasil analisis karbon dan nitrogen, kemudian dilanjutkan analisis untuk mengetahui nilai CN ratio. Hasil pengaruh penambahan EM4 terhadap nilai CN ratio disajikan dalam Gambar 9 berikut ini. Gambar 9. Grafik Pengaruh Penambahan EM4 terhadap CN ratio pada Berbagai Variasi Konsentrasi EM4 Pupuk Kulit Talas Kimpul Dari Gambar 9 terlihat bahwa nilai terendah CN ratio pada perlakuan P3 dan yang tertinggi sebesar pada perlakuan P2. Apabila dibandingkan dengan SNI, nilai CN ratio untuk semua perlakuan masih dalam kategori belum matang atau tidak sesuai dengan SNI. Hasil yang masih jauh dari standar ini dikarenakan bahan-bahan organik dalam pengomposan belum terurai semua dalam kurun waktu 2 minggu. Hal ini dikemukan oleh Ridzany 2015: 4 yang meyatakan bahwa nilai CN ratio tinggi dikarenakan bahan penyusun kompos belum terurai sem Bahan 5 10 15 20 25 30 35 40 P0 0 P14 P2 6 P3 8 Per se nt as e Konsentrasi EM4 sebelum perlakuan setelah perlakuan 59 kompos dengan CN ratio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan ber-CN ratio rendah. Menurut Ridzany, 2015: 4, nisbah CN berhubungan dengan persentase senyawa organik yang ada didalam bahan pembuatan kompos. Persentase senyawa organik menentukan jumlah komponen dalam bahan dasar kompos yang akan terdekomposisi. Kecepatan penurunan nisbah CN sangat tergantung pada kandungan C dan N bahan yang akan dikomposkan. Jika bahan organik banyak mengandung lignin atau bahan-bahan resisten lainnya dengan nisbah CN tinggi, maka proses dekomposisi akan berlangsung lambat dibandingkan dengan bahan organik yang sedikit mengandung lignin dan memiliki nisbah CN rendah Mulyadi,2008: 32. Jika dilihat pada Tabel 4 mengenai analisis karbohidrat kulit talas kimpul, kandungan pati pada kulit talas cenderung tinggi. Hal ini yang memungkinkan lamanya proses dekomposisi kulit talas kimpul.

B. Hasil Analisis Fisika Pupuk

1. Hasil Pengaruh Penambahan EM4 terhadap Suhu Pengomposan

Pengukuran suhu penting dilakukan karena suhu atau temperatur merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pengomposan. Salah satu hasil akhir pengomposan yaitu berupa panas yang dihasilkan dari aktivitas mikroorganisme. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan mikroorganisme mati namun bila suhu relativ rendah maka mikroorganisme belum dapat bekerja 60 penuh dalam melakukan dekomposisi. Hasil pengukuran suhu selama 2 minggu waktu pengomposan disajikan dalam gambar 10. Gambar 10.Grafik Pengaruh EM4 terhadap Suhu pada Berbagai Variasi Konsentrasi EM4 Pupuk Kulit Talas Kimpul Berdasarkan Gambar 10, kenaikan suhu dimulai pada pengamatan ketiga yaitu perlakuan P2 yang mengalami kenaikan hingga 31,3℃ diikuti dengan P3 sebesar 30 ℃. Pada hari selanjutnya perlakuan P3 menunjukkan kenaikan suhu yang signifikan dari pada perlakuan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi EM4 yang memicu perbanyakan diri mikroorganisme yang akan seiring dengan meningkatnya suhu pengomposan. Menurut Yulipriyanto 2005: 36, pada tahap awal pemanasan, mikroorganisme memperbanyak diri secara cepat sehingga menaikkan temperatur bahan. Pada periode ini senyawa- senyawa yang sangat reaktif seperti gula, karbohidrat dan lemak dirombak. Namun, jika dilihat suhu yang teramati tidak menunjukkan fluktuasi yang cukup tinggi. Hal ini dikemukakan oleh Graha., dkk, 2015: 146 pembuatan kompos secara anaerob ialah modifikasi bilogis pada struktur kimia dan biologi bahan 10 20 30 40 1 4 7 10 13 16 N il ai suhu ℃ Hari ke- P0 0 P1 4 P2 6 P3 8