Manfaat Talas kimpul Pengomposan

14 Pupuk organik adalah sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik dari pada kadar haranya. Nilai Corganik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk organik Simanungkalit., dkk, 2006: 2. Pupuk organik atau sering disebut kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman. Adapun dekomposisi tersebut secara garis besar menurut Yulipriyanto 2005: 30 dapat dituliskan sebagai berikut : Bahan organik Ak ivi a Mik ga i e H 2 O + CO 2 + Hara + Humus + Enersi Menurut Gaur, 1981 Mulyadi, 2008: 15, pengomposan merupakan metode yang aman bagi daur ulang bahan organik menjadi pupuk. Unsur- unsur yang terkandung dalam bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah akan diubah dalam bentuk yang dapat digunakan tanaman menjadi tersedia hanya melalui pelapukan. 15 Apabila dilihat dari penggunaan oksigen, pegomposan terdiri dari pengomposan aerob dan anaerob. Hasil metabolisme bahan organik oleh mikroorganisme secara aerobik yang utama adalah CO 2 , H 2 O dan panas, sedangkan dari proses anaerobik adalah gas metana CH 4 , CO 2 , dan berbagai hasil antara seperti asam-asam organik yang mempunyai berat molekul rendah asam asetat, asam propionate, asam butirat, asam laktat, asam suksinat, dan lain lain Yulipriyanto, 2005:31. Pengomposan anaerob yaitu proses pengomposan yang menggunakan mikroorganisme yang hidup tanpa membutuhkan oksigen. Karakteristik dari pengomposan anaerob adalah temperature rendah atau dingin tidak terjadi fluktuasi suhu. Pengomposan aerob yaitu proses pengomposan yang menanfaatkan mikroorganisme yang kehidupannya membutuhkan oksigen untuk mendekomposisi limbah padat. Karakteristik dari pengomposan aerob adalah temperature tinggi, tidak timbul bau dan proses cepat 21-41 hari. Pada pengomposan aerob terjadi interaksi antara unsur organik, air dan mikroorganisme serta oksigen. Dalam hidupnya, mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara. Makanannya diperoleh dari bahan organik yang akan siubah menjadi produk metabolisme berupa karbondioksida CO 2 , uap air H 2 O, humus dan energi. Sebagian energi yang dihasilkan digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi, sedangkan sisanya dibebaskan ke lingkungan sebagai panas Siswati., dkk., dkk., dkk, 2009: 64 Menurut Dahono 2012 : 7-8, cara mengetahui tingkat kematangan 16 kompos dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu : 1. Menciummembaui Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin berbahawa bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos belum matang. 2. Melihat warna kompos Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. 3. Melihat penyusutan volume bahan Terjadi penyusutan volumebobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 . Apabila penyusutannya masih kecilsedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. Dekomposisi bahan organik dapat berlangsung dalam lingkungan yang bervariasi dalam kondisi aerobik ke anaerobik dan dari temperatur mesofilik ke termofilik, tergantung pada mikroorganisme yang terlibat, aerasi dan tingkat kelembaban kompos. Pengomposan mesofilik yaitu pengomposan dengan mikroorganisme yang hidup pada temperature 20- 17 40℃ , dan pengomposan termofilik yaitu pengomposan dengan mikroorganisme yang hidup pada temperature 40-75℃ Dalzell et al., 1987 : Yulipriyanto 2005: 52. Pada awal proses bakteri mesofilik akan tampak yaitu saat terjadi kenaikkan temperature. Fungi mesofilik akan tampak setelah 5-10 hari dan Actinomycetes menjadi jelas saat sebelum temperatur puncak tercapai. Pada temperatur 60-70℃ bakteri, fungi, Actinomycetes tidak aktif, beberapa pathogen mati. Pada akhir fase termofilik yang ditunjukkan dengan penurunan temperatur, jenis Actinomycetes akan tampak lagi dengan timbulnya warna putih atau abu abu pada material limbahnya. Disinilah diperoleh hasil akhir yaitu komposhumus yang terbebas dari pathogen dan cukup terjamin kesehatannya Siswati., dkk., dkk., dkk 2009: 65. Salah satu produk dekomposisi bahan organik yang terpenting adalah untuk pertanian yang berupa kompos. Kompos memiliki sifat fisik dan kimia seperti humus yang lebih resisten dari bahan organik asalnya. Untuk memperoleh produk kompos yang memuaskan harus di ciptakan kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme dekomposer seperti unsur hara, udara, kelembaban, dan temperatur. Laju dekomposisi bahan organik menuju kearah kematangan produk kompos yang baik tergantung pada beberapa factor antara lain suplai hara, CN ratio, ukuran partikel bahan yang didekomposisikan, kelembaban, aerasi, temperatur, pH dan ketersediaan mikroorganisme Yulipriyanto , 18 2005: 33-35. Menurut Sucipto 2012: 57, hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengomposan yaitu : 1. Nilai CN bahan Prinsip pengomposan adalah menurunkan CN ratio bahan organik hingga sama dengan CN tanah 20. Semakin rendah nilai CN bahan, waktu yang diperlukan untuk pengomposan semakin cepat. Hal ini dikarenakan CN yang semakin mendekati atau sama dengan CN tanah 20 maka bahan tersebut dapat langsung diserap dan digunakan untuk tanaman. 2. Ukuran bahan Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu bahan organik perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya di cacah hingga berkuran 0,5-1 cm , sedangkan bahan yang tidak keras dicacah sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras tidak terlalu tinggi agar bahan tidak terlalu hancur banyak air kurang baik bagi kelembabannya. 3. Komposisi bahan Pengomposan dari beberapa macam bahan organik akan lebih baik dan lebih cepat. Menurut Mulyadi 2008:13, bahan organik secara umum dapat dibedakan atas bahan organik yang mudah terdekomposisi 19 karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O dan H, yang termasuk di dalamnya adalah senyawa selulosa, pati, gula dan senyawa protein; dan bahan organik yang sukar terdekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik yang banyak mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah kotoran hewan. Ada juga yang menambahkan makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan organik, mikroorganisme juga mendapatkan bahan makanan dari luar. 4. Ketersediaan mikroorganisme Biasanya dalam proses pengomposan terdapat beberapa mikroorganisme yang berperan diantaranya bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Bila semua faktor lingkungan sesuai maka aktivitas mikroorganisme dalam melakukan dekomposisi akan semakin optimal. Peranan bakteri mesofilik meliputi : menaikkan temperature bahan kompos untuk perkembangan bakteri thermofilik. Bakteri thermofilik yang berkembang selama batas waktu tertentu akan mampu mengkonsumsi protein dan karbohidrat sekaligus merombaknya secara cepat, sedangkan actinomycetes sangat aktif dalam perombakan protein bahkan karbohidrat yang megakibatkan sejumlah sebesar fraksi 20 padat terlarut. Bakteri thermofilik lebih banyak menyerang protein, lemak dan hemiselulosa tetapi tidak seefisien yang dilakukan fungi thermofilik Gaur, 1982 : Yulipriyanto, 2005: 52. Fungi thermofilik aktif dalam temperature 40 ℃ - 60 ℃. 5. Kelembaban dan aerasi Umumnya mikroorganisme dapart bekerja dengan kelembaban sekitar 40-60. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Artinya dibawah ambang tersebut, kerja mikroorganisme dalam merombak akan lamban dan mempengaruhi waktu proses pengomposan. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut. Bila tidak ada udara anaerobik maka akan mengahasilkan perbedaan tipe mikroorganisme yang berkembang,yang menyebabkan keadaan masam atau bau busuk yang tidak menyenangkan dari tumpukan bahan. Pengaturan aerasi dan kelembaban dalam praktek pengomposan dilakukan dengan pembalikan bahan secara regular yang dilakukan dengan atau tanpa mesin Yulipriyanto , 2005: 35-36. 6. Temperatur Bahan organik yang sudah mengalami perombakan oleh mikroorganisme, maka akan dibebaskan sejumlah energi dalam bentuk panas dan menaikkan temperature bahan kompos dalam tumpukan. Dalzell, 1987 Yulipriyanto, 2005: 36, menyatakan bahwa pada tahap 21 awal pemanasan, mikroorganisme memperbanyak diri secara cepat sehingga menaikkan temperatur bahan. Pada periode ini senyawa senyawa yang sangat reaktif seperti gula, karbohidrat dan lemak dirombak. Bila temperatur mencapai 40 ℃ mikroorganisme mesofilik digantikan oleh mikroorganisme thermofilik. Bila temperature mencapai 60℃ fungi berhenti bekerja dan proses perombakan dilanjutkan oleh Actinomycetes dan strain bakteri pembentuk spora spore forming bacteri . Temperatur yang muncul selama pengomposan tergantung dari tipe dan ukuran bahan organik dalam tumpukan. Gaur, 1982 Yulipriyanto, 2005: 36, menyatakan bahwa pada pengomposan bahan organik yang CN ratio tinggi seperti jerami padi dan tangkai sorgum yang mempunyai nisbah CN ratio antara 48-50, temperatur bahan kompos tidak boleh lebih dari 52℃. Sedangkan menurut Sucipto 2012:58 temperatur optimal dalam pengompoan sekitar 30-50 ℃. 7. Keasaman pH Kisaran pH optimum untuk bakteri adalah 6,0-7,5. Sedangkan untuk fungi dapat hidup pada pH 5,5-8,0, dan Aktinomycetes terhambat kegiatannya jika pH kurang dari 5,0 Yulipriyanto, 2005: 37. Pada permulaan dekomposisi, pH bahan organik sedikit masam diakibatkan karena asam –asam organik sederhana yang dihasilkan dari perombakan bahan tahap awal. pH bahan tumpukan akan kembali mendekati alkalin setelah beberapa hari akibat protein bahan dirombak 22 dan amoniak dibebaskan. Kemasaman yang terlalu tinggi pada tahap awal akan menghalangi aktivitas mikroorganisme dan panas yang dibebaskan oleh reaksi biokimia yang akan terjadi. Dalam pengomposan istilah bulking agent sudah tidak asing. Bulking agent adalah bahan tambahan yang menyebabkan tumpukan material menjadi terlihat lebih besarmengembang bulk. Bulking agent adalah bahan tambahan yang ditambahkan dengan cara menggiling atau mencampurkan dengan material kompos, sehingga membentuk struktur, porositas, dan struktur yang mempengaruhi proses pengomposan karena keterkaitannya dengan aerasi. Fungsi bulking agent adalah menyediakan struktur pendukung bagi tumpukan bahan, menyediakan pori udara diantara partikel, meningkatkan ukuran ruang pori, dan memudahkan pergerakan udara melewati campuran bahan. Bulking agent bisa berupa serut kayu., jerami, sabut kelapa, sekam padi, dan ampas tebu Nugroho., dkk, 2010 : 606-607.

E. Effetive Microorganism EM4

Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, ada yang 2-3 bulan bahkan hingga mencapai kurun waktu 6-12 bulan, tergantung dari bahannya. Tenggang waktu pembuatan pupuk yang cukup lama, sementara kebutuhan pupuk terus meningkat maka kemungkinan akan terjadi kekosongan pupuk. Oleh karena itu, para ahli melakukan upaya untuk mempersingkat waktu proses pengomposan tersebut melalui berbagai penelitian. Beberapa 23 hasil penelitian menunjukkan proses pengomposan dapat dipercepat menjadi 2-3 minggu atau 1-1,5 bulan, tergantung pada bahan dasarnya Sucipto, 2012: 54. Untuk mempercepat proses pengomposan umumnya dilakukan dalam kondisi aerob namun menimbulkan bau. Dalam kondisi anaerob proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan EM4. Bau yang dihasilkan dapat hilang bila proses berlangsung dengan baik. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak, 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang dapat bekerja secara effektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian banyak mikroorganisme yang ada, ada 5 golongan bakteri yang pokok diantaranya yaitu bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp., Ragi yeast dan Actinomycetes. Hasil pengomposan menggunakan EM4 sering disebut bokashi. Menurut Sucipto, 2012: 59-60, secara global terdapat 5 golongan bakteri yang pokok yaitu : 1. Bakteri fotosintetik Bakteri ini merupakan bakteri yang bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang memproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan. 24 2. Lactobacillus sp. Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian Gula dan karbohidrat lain yang bekerja sama dengan bakteri fotosntesis dan ragi. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat. 3. Streptomycetes sp. Bakteri ini mampu mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang merugikan. 4. Ragi yeast Ragi memproduksi substansi bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam perkembangan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bakteri asam laktat. 5. Actinomycetes Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan pathogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esensial untuk pertumbuhannya.