dalam makanan siap saji adalah zat sukrosa dan 32,4 menjawab salah bahwa zat kimia yang terkandung di dalam makanan siap saji adalah zat besi. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elsa 2012 di FK USU Tahun 2011 yang menyatakan bahwa sebanyak 87 mahasiswa 91,6
menjawab benar tentang zat gizi yang terkandung dalam makanan siap saji dan sebanyak 8 orang 8,4 menjawab salah tentang zat gizi yang terkandung dalam
makanan siap saji. Makanan siap saji adalah jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan,
praktis, atau diolah dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan
mengandung zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut serta dapat membuat ketagihan dan merangsang mahasiswa untuk ingin
terus memakannya sesering mungkin Tarigan, 2012. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui
mahasiswa mengetahui zat kimia yang terkandung dalam makanan siap saji. Namun mahasiswa tetap mengonsumsi makanan siap saji sebagai dampak
konsumsi zat aditif yang dapat menyebabkan ketagihan dan dapat membuat ketagihan dan merangsang mahasiswa untuk ingin terus memakannya sesering
mungkin.
5.3.4 Pengetahuan Mahasiswa tentang Frekuensi Mengonsumsi Makanan Siap Saji
Fast Food yang baik
Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang frekuensi mengonsumsi makanan siap saji fast food adalah diketahui sebesar 63,8
mahasiswa tahu bahwa sebaiknya mengonsumsi makanan siap saji fast food
Universitas Sumatera Utara
adalah 1 kali dalam seminggu. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian seperti penelitian Wijaya 2005, menunjukkan bahwa dari 177
mahasiswa di Surabaya 98,3 menyatakan pernah makan di restoran fast food dengan frekuensi kunjungan terbanyak adalah 2-5 kali satu bulan. Di Kotamadya
Bogor 83,3 remaja lebih memilih makanan siap saji modern fast food dibandingkan makanan cepat saji tradisional dan 25,1 mengonsumsi fast food
≥ 3 kali dalam seminggu Suhartini,2004.
Konsumsi makanan cepat saji telah menjadi bagian dari perilaku sebagian anak sekolah dan remaja di luar rumah di berbagai kota, termasuk pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Jenis makanan siap santap yang berasal dari negara barat seperti KFC, hamburger, pizza, dan berbagai jenis fast food
sering dianggap sebagai lambang kehidupan modern oleh para remaja. Padahal makanan siap saji mempunyai kandungan tinggi kalori, karbohidrat dan lemak,
jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan obesitas Mudjianto, 1994.
Lubis 2009 mengatakan bahwa bukan larangan yang menakutkan atau suatu keharusan yang mesti dilakukan untuk menghindari makanan siap saji yang
beresiko. Walaupun hidangan yang akan dinikmati umumnya mengandung garam dan lemak tinggi, sebenarnya jenis makanan siap saji beresiko yang indentik
dengan fried chicken itu juga memliki kandungan protein yang cukup tinggi. Bila harus 1 atau 2 kali dalam sebulan atau 1 kali dalam seminggu ingin menikmati
makanan fried chicken dirasa cukup aman dilakukan. Tetapi, apabila frekuensi menikmati makanan ini dilakukan lebih sering lagi, maka sebaiknya ketika
Universitas Sumatera Utara
menyantap sajian ini hendaknya dibarengi dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa pengetahuan mahasiswa sudah baik bahwa frekuensi mengonsumsi makanan siap saji yang baik adalah 1 kali dalam
seminggu. Mereka sudah memahami bahwa makanan siap saji tidak hanya mengandung dampak negatif tetapi juga mengandung dampak positif. Dalam hal
ini mahasiswa harus lebih memahami tentang frekuensi mengonsumsi pada makanan siap saji yaitu tidak lebih dari 1 kali dalam seminggu dan apabila ingin
mengonsumsinya disarankan untuk menambahnya dengan konsumsi sayuran dan buah-buahan.
5.3.5 Pengetahuan Mahasiswa tentang MSG Monosodium Glutamate yang Terkandung dalam Makanan Siap Saji
Fast Food
Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang MSG Monosodium Glutamate yang terkandung dalam makanan siap saji fast food adalah diketahui
sebesar 23,8 menjawab bahwa penyakit yang dapat ditimbulkan jika MSG Monosodium Glutamate yang terkandung dalam makanan siap saji fast food
banyak adalah kanker. Ini berarti bahwa sebesar 57,4 mahasiswa menjawab bahwa MSG dapat menimbulkan penyakit jantung dan sebesar 23,8 menjawab
bahwa MSG dapat menimbulkan penyakit ginjal. Dapat disimpulkan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya mengerti bahwa MSG Monosodium Glutamate
yang terkandung dalam makanan siap saji fast food dapat menyebabkan kanker. MSG memberikan rasa gurih dan nikmat pada berbagai macam masakan,
walaupun masakan itu sebenarnya tidak memberikan rasa gurih yang berarti. Penambahan MSG ini membuat masakan seperti daging, sayur, sup berasa lebih
Universitas Sumatera Utara
nikmat dan gurih. MSG menimbulkan kanker betul adanya kalau kita melihatnya dari sudut pandang berikut. Glutamat dapat membentuk pirolisis akibat
pemanasan dengan suhu tinggi dan dalam waktu lama. Pirolisis ini sangat karsinogenik. Padahal masakan protein lain yang tidak ditambah MSG pun, bisa
juga membentuk senyawa karsinogenik bila dipanaskan dengan suhu tinggi dan dalam waktu yang lama. Karena asam amino penyusun protein, seperti triptopan,
penilalanin, lisin, dan metionin juga dapat mengalami pirolisis. Dari penelitian tersebut jelas cara memasak amat berpengaruh.
Kondisi kantin di Fakultas Kedokteran USU sudah dalam kategori kantin sehat karena sumber air kantin berasal dari PAM yang syarat air kantin sendiri
adalah bebas dari mikroba dan bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan, serta tidak berwarna dan berbau sesuai dengan Kepmenkes RI No.907MenkesSK
VII2002 tentang syarat dan pengawasan kualitas air minum. Kantin sehat harus memiliki air bersih yang cukup, yang dapat digunakan untuk mengolah pangan
ataupun mencuci dan membersihkan Depdiknas 2009. Kondisi kantin yang bersih dan tempat penyimpanan makanan jadi yang nantinya akan disajikan dirasa
cukup bersih. Namun pada jenis jajanan yang dijual dikantin sehat adalah jajanan yang memenuhi kriteria makanan sehat, aman, dan bergizi. Makanan tersebut
harus mengandung gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat dan produktif. Makanan aman berarti tidak mengandung bahaya mikrobiologis, kimia, maupun
fisik Depdiknas,2009. Jenis jajanan yang dijual di Fakultas Kedokteran USU yang dijual dan disajikan adalah makanan yang beragam, dan di kantin ini
memiliki jenis makanan yang berat yang masih mengandung tinggi kalori dan
Universitas Sumatera Utara
tinggi lemak dan rendah serat seperti soto bersantan, ayam goring tepung, nasi goring, dan jenis gorengan lainnya sperti risol dan bakwan bahan makanan
makanan yang tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan seperti mie instan dalam menu mie goreng dan mie kuah dengan penambahan saos dengan warna
mencolok, serta penggunaan penyedap rasa seperti MSG dan minuman bersoda. Menurut Nuryani dan Jinap 2010, MSG adalah garam natrium yang berikatan
dengan asam amino berupa asam glutamat. MSG berbentuk kristal putih yang stabil, tetapi dapat mengalami degradasi. Penggunaan MSG berlebihan dapat
mengakibatkan rasa pusing dan mual. Gejala itu disebut Chinese Restaurant Syndrome. Istilah
“Chinese Restaurant Syndrome” yaitu gejala pusing dan sesak bila mengonsumsi Monosodium Glutamat MSG yang berlebih. Monosodium
Glutamat MSG juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan dalam jangka panjang
seperti hipertensi,
obesitas, kanker,
alzheimer, gangguan
spermatogenesis, parkinson, dan stroke Eka, 2014. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui
mahasiswa tidak mengetahui bahwa kandungan MSG yang tinggi dalam makanan dapat menyebabkan kanker, sehingga mereka tetap mengonsumsi makanan siap
saji fast food.
5.3.6 Pengetahuan Mahasiswa tentang Penyakit yang Timbul jika Kandungan Lemak yang Sangat Tinggi pada Makanan Siap Saji
Fast Food
Berdasarkan hasil penelitian dari pertanyaan tentang penyakit yang timbul jika kandungan lemak sangat tinggi pada makanan siap saji fast food adalah
diketahui sebesar 20,0 menjawab bahwa penyakit yang timbul jika kandungan
Universitas Sumatera Utara
lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji fast food adalah kanker payudara. Berarti bahwa sebesar 62,5 mahasiswa menjawab bahwa penyakit
yang timbul jika kandungan lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji fast food adalah diabetes dan sebesar 17,5 mahasiswa menjawab bahwa
penyakit yang timbul jika kandungan lemak yang sangat tinggi dalam makanan siap saji fast food adalah ginjal. Dari jawaban tersebut dapat diperkuat bahwa
jawaban yang benar adalah penyakit kanker payudara bahwa dalam kandungan lemak yang tinggi yang terdapat dalam makanan siap saji dapat meningkatkan
risiko kanker, terutama kanker payudara dan usus besar Tarigan, 2012. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pengetahuan mahasiswa bahwa lemak yang sangata tinggi dalam makanan siap saji adalah dapat menyebabkan penyakit kanker payudara. Namun kenyataannya
mahasiswa tetap mengonsumsi makanan siap saji karena mahasiswa tidak mengetahui bahwa kandungan lemak yang tinggi dalam makanan siap saji dapat
menyebabkan kanker payudara serta pengaruh tingginya aktivitas perkuliahan dan akses yang mudah merupakan pendukung tingginya konsumsi makanan siap saji.
5.4 Sikap Mahasiswa Tentang Konsumsi Fast Food