Uang Saku yang Cukup Menyebabkan Mahasiswa Memilih Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji

62,5 mahasiswa mengatakan bahwa sistem delivery pada pemesanan makanan siap saji seperti Pizza hut, Mcdonal, dan KFC membuat mahasiswa ingin membeli makanan siap saji fast food, sebesar 55 mahasiswa ada mengonsumsi makanan siap saji fast food dalam seminggu terakhir, sebesar 61,3 mahasiswa merasa tertarik untuk mencoba mengonsumsi fast food yang terkenal dan enak, sebesar 77,5 mahasiswa merasa tertarik untuk ikut jika diajak untuk pergi ke restoran fast food dan 52,5 mahasiswa mengatakan bahwa makanan siap saji fast food menjadi pilihan untuk di konsumsi karena aksesnya dekat dengan kampus. Makanan siap saji kini semakin digemari mahasiswa, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah diperoleh, disamping lebih bergengsi karena pengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan vitamin C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50 dari total kalori yang terkandung dari makanan itu Arisman, 2010. Snack mencakup hampir 40 persen kalori diet mahasiswa. Es krim, hamburger dan sejenis pizza memberikan zat gizi yang penting, tetapi juga tinggi lemak, natrium dan kalori. Mahasiswa sangat sering mengonsumsi makanan yang ada pada restoran makanan siap saji yang mempunyai menu terbatas dan sering menekankan pada makanan yang tinggi kalori, lemak dan natrium.

5.5.1 Uang Saku yang Cukup Menyebabkan Mahasiswa Memilih Untuk Mengonsumsi Makanan Siap Saji

Fast Food Sebesar 57,5 mahasiswa mengatakan bahwa uang saku yang cukup menyebabkan mahasiswa memilih untuk mengonsumsi makanan siap saji fast Universitas Sumatera Utara food. Berdasarkan Tabel 4.1 diperoleh bahwa pada umumnya mahasiswa memiliki uang saku Rp 32.700 uang saku diperoleh dari rata-rata uang saku responden dalam sehari yaitu sebesar 62,5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titis 2012 yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi makanan siap saji dengan jumlah uang saku p=0,006. Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap, menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dinilai baik pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Pratiwi 2011 menyatakan bahwa besarnya uang saku yang diberikan kepada siswa dan kurangnya kontrol dari orang tua mengakibatkan siswa sering mengkonsumsi fast food makanan siap saji yang dapat berdampak tidak baik terhadap kesehatan mereka pada masa yang akan datang. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa tingginya konsumsi fast food dipengaruhi oleh besarnya uang saku mahasiswa dalam sehari. Uang saku yang lebih besar memiliki kesempatan dan kemampuan lebih besar dalam memilih dan membeli makanan jajanan yang tersedia dan disukai. Makanan yang mengenyangkan dan lezat tinggi kalori dan lemak menjadi pilihan bagi mahasiswa yang berada di kampus. Universitas Sumatera Utara

5.5.2 Tindakan Mahasiswa Tentang Sistem Delivery Pada Pemesanan