Śalat Idul Fitri Śalat Idul Adha Śalat Kusūf Gerhana Matahari

8. Tujuan pembelajaran Pertemuan 1 Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific metode Project Based Learning teknik jigsaw , peserta didik dapat :  Menjelaskan pengertian sholat sunnah  Menjelaskan Macam macam dan ketentuan sholat sunnah berjama’ah  Menjelaskan Macam macam dan ketentuan sholat sunnah munfrid  Menjelaskan Macam macam dan ketentuan sholat sunnah berjama’ah atau munfarid  Menyebutkan hikmah dari sholat sunnah Pertemuan 2 Setelah peserta didik mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific metode Project Based Learning teknik jigsaw, peserta didik dapat :  Mempraktekan sholat sunnah berjama’ah  Mempraktekan cara sholat sunnah munfarid  Tata cara dan prakteknya sholat sunnah berjama’ah dan munfarid.  Menghafal niat sholat sunnah Adhuha, tahajud, sholat id. 9. Materi Pembelajaran Tuliskan Fakta, DalilPrinsip, Konsep, Proses Pertemuan pertama Śalat sunnah adalah śalat yang dianjurkan untuk mengerjakannya. Orang yang melaksanakan śalat sunnah mendapatkan pahala dan keutamaan dari Allah Swt. Namun, jika seseorang tidak melaksanakan śalat sunnah, dia tidak berdosa. Dalam hal melaksanakan śalat Sunnah, Rasulullah memberi teladan yang penuh dengan kemuliaan. Beliau selalu mengerjakannya, seperti śalat-śalat rawatib, śalat dhuha, witir, dan sebagainya. Di antara sekian banyak śalat sunnah, ada yang ditekankan untuk dikerjakan dengan berjamaah, ada yang dikerjakan secara munfarīd sendirian, dan ada yang bias dikerjakan secara berjamaah atau munfarīd. Pernahkah kalian melaksanakan śalat sunnah secara berjama’ah? Tentunya kalian sering melaksanakannya. Misalnya pada saat melaksanakan śalat hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha śalat idain. Kalian tentu tidak pernah melaksanakan śalat Idul Fitri atau Idul Adha secara munfarīd sendirian. Kedua śalat ini pasti dilaksanakan secara berjamaah. Secara lebih rinci śalat-śalat sunnah yang dilaksanakan secara berjama’ah sebagai berikut : a. Śalat Idul Fitri b. Śalat Idul Adha c. Śalat Kusūf gerhana matahari d. Śalat Khusūf gerhana bulan e. Śalat Istisqā meminta hujan

a. Śalat Idul Fitri

Śalat Idul Fitri adalah śalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya. Hukum melaksanakan śalat sunnah ini adalah sunnah mu’akkad sangat dianjurkan.

b. Śalat Idul Adha

Śalat Idul Adha adalah śalat yang dilaksanakan pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. Śalat ini dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Dengan demikian orang yang sedang melaksanakan ibadah haji tidak disunnahkan melaksanakan śalat Idul Adha. Bagi orang yang tidak sedang melaksanakan ibadah haji, hukum melaksanakan śalat Idul Adha adalah sunnah muakkad sangat dianjurkan. Hampir semua ketentuan dan tata cara śalat Idul Adha sama dengan śalat Idul Fitri. Baik menyangkut waktu pelaksanaannya, hukumnya, dan tata caranya. Adapun perbedaannya hanya pada niatnya. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah : Artinya : “Saya berniat śalat sunnah idul adha dua rakaat karena Allah ta’ala.”

c. Śalat Kusūf Gerhana Matahari

Śalat Sunnah kusūf kusūfus syamsi adalah śalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari. Hukum melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Waktu pelaksanaan śalat kusūf adalah mulai terjadinya gerhana matahari sampai matahari kembali tampak utuh seperti semula. Ketika gerhana sudah mulai terjadi, jama’ah berkumpul di masjid. Salah satu dari jamaah tersebut menjadi muazin untuk menyerukan panggilan śalat. Śalat gerhana ini dilaksanakan dengan berjamaah dan dipimpin oleh seorang imam. Śalat sunnah munfarīd adalah Śalat yang dilaksanakan secara individu atau sendiri. Adapun śalat sunnah yang dilaksanakan secara munfarīd adalah sebagai berikut:  Śalat Rawātib  Śalat Tahiyyatul Masjid  Śalat Istikhārah Śalat Rawātib Rawātib berasal dari kata rat’bah, yang artinya tetap, menyertai, atau terus menerus. Dengan demikian śalat sunnah rawātib adalah śalat yang dilaksanakan menyertai atau mengiringi śalat far«u, baik sebelum maupun sesudahnya. Ditinjau dari segi hukumnya, śalat rawatib ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: Śalat rawātib mu`akkadah dan śalat rawātib gairu mu`akkad. 1 Śalat rawātib mu`akadah śalat rawātib yang sangat dianjurkan. Adapun yang merupakan śalat rawātib mu`akkadah yaitu:  Dua rakaat sebelum śalat Zuhur  Dua rakaat sesudah śalat Zuhur  Dua rakaat sesudah śalat Magrib  Dua rakaat sesudah śalat Isya’  Dua rakaat sebelum śalat Subuh. 2 Śalat rawātib gairu mu`akkadah śalat rawātib yang cukup dianjurkan untuk dikerjakan. Adapun yang merupakan śalat sunnah rawātib gairu mu`akkadah yaitu:  Dua rakaat sebelum Zuhur selain dua rakaat yang mu`akkadah  Dua rakaat sesudah Zuhur selain dua rakaat yang mu`akkadah  Empat rakaat sebelum Asar  Dua rakaat sebelum Magrib. Jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, śalat rawātib ini terbagi menjadi dua yaitu :  qabliyyah dikerjakan sebelum śalat far«u, dan  ba’diyyah dikerjakan setelah śalat far«u. Adapun tata cara melaksanakan śalat sunnah rawātib sebagai berikut:  Niat menurut waktunya.  Dikerjakan tidak didahului dengan azan dan iqamah.  Śalat sunnah rawatib ini dilaksanakan secara munfarīd sendirian.  Bila lebih dari dua rakaat gunakan satu salam setiap dua rakaat. Membaca dengan suara yang tidak dinyaringkan seperti pada saat melaksanakan śalat Zuhur dan śalat Asar.  Śalat dikerjakan dengan posisi berdiri. Jika tidak mampu boleh dengan duduk, atau jika masih tidak mampu boleh berbaring.  Sebaiknya berpindah sedikit dari tempat śalat far«u tetapi tetap menghadap kiblat. Hikmah melaksanakan śalat sunnah sebagai berikut: a. Disediakan jalan keluar dari segala permasalahan dan persoalannya dan senantiasa akan diberikan rezeki yang cukup oleh Allah Swt. b. Menambah kesempurnaan śalat fardu. Melaksanakan śalat sunnah memberikan manfaat untuk menyempurnakan śalat fardu baik dari segi kekurangan dan kesalahan melaksanakan śalat fardu. c. Menghapuskan dosa, meningkatkan derajat keridhoan Allah Swt. Serta menumbuhkan kecintaan kepada Allah Swt. Allah Swt. akan menaikkan derajat kita di sisi-Nya, setahap demi setahap dan setiap satu kali melaksanakan śalat sunnah maka Allah Swt. akan menghapus satu dari dosa-dosa dan kesalahan kita. Ini merupakan bentuk rida dan cinta Allah Swt. kepada hamba-Nya yang selalu mengupayakan untuk dapat melaksanakan śalatśalat sunnah. d. Sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Swt. atas berbagai karunia besar yang sering kurang kita sadari. Allah Swt. akan mengaruniakan kebaikan dan keberkahan dalam rumah kita. Setiap saat kita bisa bernafas, bisa melihat, bisa mendengar, dan masih dapat merasakan kesemuanya itu adalah anugerah besar yang kita harus syukuri dengan śalat sunnah. e. Mendatangkan keberkahan pada rumah yang sering digunakan untuk śalat sunnah. śalat yang dianjukan dilaksanakan berjamaah diutamakan dilaksanakan di masjid sedangkan śalat sunnah yang pelaksanakannya secara munfarīd sendiri sebaiknya dilaksanakan di rumah walaupun apabila dilaksanakan di masjid juga diperbolehkan. f. Hidup menjadi terasa nyaman dan tenteram. Bekal terbaik di dalam menempuh perjalanan ke akhirat adalah dengan ketaqwaan. Sedangkan aspek terpenting dalam mewujudkan taqwa adalah dengan śalat, terutama śalat sunnah sebagai ibadah tambahan. Pertemuan kedua  Siswa dapat melaksanakan praktek sholat secara kelompok beserta niatnyya  Siswa dapat melaksanakan praktek sholat secara individu untuk melaksanakan sholat sunnah munfarid  Siswa dapat menghafalkan niat sholat sunnah Adhuha, tahjud, idul fitri

10. Pendekatan metode pembelajaran