Skala penilaian merupakan alat penilaian yang memerlukan penilaian yang
bdilakukan oleh seseorang terhadap tingkah laku atau penampilan orang lain. Penilaitinggal memberikan nilai pada suatu kontimumrangkaian satuan atau suatu
kategori yang menggambarkan cirri tingkah laku orang yang dinilai. Jenis skala penilaian ada dua, yaitu skala grafis dan skala kategori.
Teknik Proyeksi adalah ukuran yang dilakukan dengan jalan meminta seseorang
memberikan respon kepada suatu stimulus yang ambigu atau yang tak tersusun. Teknik ini disebut proyeksi karena seseorang diharapkan memroyeksikan kebutuhan, keinginan,
ketakutan, kecemasannya sendiri dalam stimulus tersebut. Berdasarkan penafsiran dan tanggapan subyek, peneliti mencoba menyusun suatu gambaran menyeluruh tentang
struktur kepribadian seseorang. Contoh tes Appersepsi Tematik TAT. Tes Rorsharch yang menggunakan noda tinta.
6. Skala
Skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subyek, obyek, atau tingkah laku denga tujuan mengukur sifat. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur
sikap, nilai – nilai, dan minat. Skala ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh seseorang memiliki ciri yang ingin diteliti. Skala ini memiliki skala Thurstone,
summated scale skala Guttmjan, dan semantic differential scale.
Skala Likert
Skala jenis ini merupakan sejumlah pernyataan positif dan negative mengenai suatu obyek sikap. Dalam memberikan respon terhadap pernyataan dalam skala ini,
subyek menunjukkan sangat setuju, setuju, tidak mempunyai pilihan, tidak setuju, atau sangat tidak setuju. Contoh Pendidikan Luar Biasa hendaknya dipisahkan
dengan pendidikan untuk anak normal. Sanagat setuju 2, setuju 1, tidak mempunyai pilihan 0, tidak setuju -1, dan sangat tidak setuju -2.
Skala Thurstone
Thurstone mengembangkan suatu metode untuk menentukan nilai skala tertentu pada hala – hal yang mewakili berbagai tingkat sikap yang menyenagkan. Skala
127
yang dikembangkan oleh Thurstone ada 11 dari menyenagkan, netral sampai tidak menyenagkan.
Skala Guttman
Teknik kumulatif timbul karena memberikan kritikan pada skala sikap Thurrstone dan skal likert mengatakan bahwa skala – skala tersebut memuat pernyataan –
pernyataan heterogen mengenai berbagai dimensi obyek sikap. Guttman mengembangkan suatu teknik untuk mengatasi masalah ini dengan menggolongkan
skala berdimensi tunggal, bermaksud menetapkan apakag sikap yang sedang diselidiki benar – benar hanya menyangkut satu dimensi. Suatu sikap dianggap
berdimensi tunggal kalau sikap itu menghasilkan skala yang kumulatif, yaitu skala yang butir – butirnya berkaitan satu sama lain sedemikian rupa sehingga seorang
subyek yang setuju dengan pernyataan nomor 2,akan merasa setuju dengan nomor 1. Contoh reponden diminta setuju atau tidak setuju
. 1 Manfaat POMG sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasi
2 POMG mempunyai pengaruh besar guna meningkatkan peranan sekolah 3 POMG adalah organisasi yang paling penting di Indonesia guna meningkatkan
peranan sekolah Contoh Tabel Skala Guttman
Apabila ini adalah skala kumulatif, maka seharusnya dapat disusun semua tanggapan responden ke dalam pola seperti pada table diatas. Dengan demikian jika skor
seseorang diketahui, maka seharusnya kita dapat mengatakan dengan tepat pertanyaan – pertanyaan mana yang di setujui oleh subyek itu. Misal, semua responden mempunyai skor
128
2, yaitu percaya bahwa manfaat POMG atau komite sekolah sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh dengan waktu yang
dihabiskan untuk organisasai dan POMG mempunyai pengaruh besar dalam meningkatkan peranan sekolah, namun tidak percaya POMG adalah organisasai yang paling penting di
Indonesia untuk meningkatkan peranan sekolah. Subyek dapat dirangking berdasarkan tanggapan mereka terhadap
skala itu. Oleh karena itu peneliti harus membentuk pernyataan – pernyataaan tertentu. Kemudian pola tanggapan yang sebenarnya diteliti dan diukur, sejauh mana tanggapan itu
dapat direproduksi dari skor keseluruhan. Salah satu cara yang di lakukan adalah membagi jumlah total kesalahan dengan jumlah total tanggapan dan hasilnya dipakai untuk
mengurangi angka satu, sehingga diperoleh koefisien reproduksibilitas. Guttman menyarankan nilai 0,90 sebagai membentuk skala berdimensi tunggal Kumulatif.
Semantic defferential scale
skala perbedaan makna.Pendekatan lain untuk mengukur sikap terhadap obyek, subyek dan kejadian adalah skala perbedaan makna. Skala ini dikembangkan oleh
Osgood, Suci, dan Tannenbaum. Skala ini di dasarkan pada pandangan bahwa obyek itu mempunyai dua macam makna bagi seseorang, yaitu magna denotative dan
konotatif, yang dapat dinilai sendiri – sendiri. Magna denotatif suatu subyek dapat dengan mudah dinyatakan, namun tidak begitu dengan magna konotatif. Suatu
subyek secara tidak lansung, yaitu dengan menggunakan sejumlah kata – kata sifat yang mempunyai dua kutub bipolar dan meminta beberapa orang untuk menilai
obyek itu dengan berpedoman pada kata – kata sifat. Osgood menggunakan skala ini atas tujuh titik dengan angka 0 sebagai titik tengahnya ke atas sampai + 3 dan ke
bawah – 3 untuk menilai sikap.
129
Dengan mengetahui penilai para subyek terhadap suatu obyek, peneliti dapat menetapkan adalah sikap masing – masing terhadap obyek tersebut positif atau negative.
Skor sikap seorang responden dapat dibandingkan dengan sikap umum terhadap obyek itu oleh suatu kelompok yang ditunjuk. Dapat juga sampai skor sikap responden denga jalan
membandingkan sikap sejumlah orang terhadap obyek tersebut, dan dengan membandingkan pola penilaian mereka dengan pola penilaian orang lain.
Osgood dkk membagi menjadi tiga kelompok kata sifat yaitu, Evaluatif; terdiri dari baik – buruk, bersih – kotor
Potensi; terdiri kuat – lemah, besar – kecil, dan Aktivitas; terdiri aktif – pasif, cepat – lambat
130
BAB X PENUTUP
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru. Dalam pelaksanaannya para guru perlu melakukan segala langkah
penelitian ini secara bersama-sama kolaboratif dari awal hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah.
Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru sendiri, guru dan teman sejawat dapat saling berkolaborasi. Mulai dari merencanakan PTK, melakukan tindakan perbaikan,
mengamati proses pembelajaran, dan melakukan refleksi. Singkatnya, tahapan penelitian dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan perbaikan dan evaluasi refleksi yang dapat
diulang sebagai siklus. Refleksi merupakan pemaknaan atau pencerminan dari hasil tindakan yang dilakukan dalam rangka memecahkan masalah. Disarankan guru dan teman
sejawat dapat secara kolaboratif melakukan PTK ini untuk peningkatan keprofesionalannya. Proposal usulan PTK perlu dibuat sebagai pedoman tuntunan dalam melaksanakan
penelitian. Dalam penyusunan usulan yang sesungguhnya guru peneliti harus berusaha memenuhi ketentuan, kriteria atau standar yang ditetapkan oleh sponsor atau lembaga
pemberi dana. Saran lainnya ialah banyak membaca laporan penelitian, artikel dan sumber- sumber mengenai PTK.
Rambu-rambu penilaian proposal PTK adalah a permasalahan, b cara peneyelsaiana masalah, c kemampuan hasil, d prosedur penelitian, e program kegiatan
dan dukungan teknis, f Kerjasama antara LPTK dan sekolah, g pembiayaan penelitian. Sebagai guru, penulis menaruh harapan besar mengenai pentingnya PTK ini untuk
para guru, yaitu agar makin banyak guru di seluruh Indonesia yang melaksanakan PTK di sekolahnya masing-masing. Keinginan lainnya adalah agar dalam pelaksanaan PTK itu guru
tidak hanya sekedar melaksanakan, tapi juga mengkomunikasikan hasilnya kepada rekan- rekan guru lainnya melalui media komunikasi atau internet.
Salah satu fokus pembangunan pendidikan di Indonesia saat ini adalah mengupayakan peningkatan kualaitas pendidikan dengan melakukan pendekatan melalui
pemanfaatan penelitian pendidikan. Namun sangat disayangkan, berbagai hasil penelitian yang dilakukan di bidang pendidikan selama ini kurang dirasakan dampaknya dalam bentuk
peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan: 1. Penelitian pendidikan umumnya dilakukan oleh pakar atau peneliti di perguruan
tinggi. Sedangkan guru sebagai tenaga pengajar di kelas kurang dilibatkan secara
131