Nilai-nilai Pembentukan Karakter Konsep Dasar Karakter

18 Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, pembangunan karakter bangsa secara fungsional memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut: a. Fungsi Pengembangan Potensi Pembangunan karakter bangsa berfungsi mengembangkan potensi manusia atau warga negara Indonesia agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan Pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik. c. Fungsi Penyaring Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 51

5. Karakter Siswa yang Diharapkan

Menurut SD Westwood menekankan pentingnya enam pilar karakter yang akan dikembangkan, yaitu: a. trustworthiness rasa percaya diri b. respect rasa hormat c. responsibility rasa tanggung jawab d. caring rasa kepedulian e. citizenship rasa kebangsaan f. fairness rasa keadilan 52 Menurut Suyanto, terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai- nilai luhur universal manusia. Sembilan pilar karakter itu adalah: 1 Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2 Kemandirian dan tanggug jawab 3 Kejujuranamanah 4 Hormat dan santun 51 Anas Salahudin, dan Irwanto Alkrienciehie, op. cit., h. 105. 52 Ibid., h. 17. 19 5 Dermawan, suka menolong, dan gotong-royongkerja sama 6 Percaya diri dan pekerja keras 7 Kepemimpinan dan keadilan. 8 Baik dan rendah hati 9 Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. 53 Berikut ini adalah nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan menurut Indonesia Heritage Fondation IHF. 54 Tabel 2.1 Nilai-nilai Karakter yang Perlu Ditanamkan Menurut Indonesia Heritage Fondation IHF No Karakter 1 Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2 Tanggung jawab, disiplin dan mandiri 3 Jujur 4 Hormat dan santun 5 Kasih satang, peduli dan kerja sama 6 Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7 Keadilan dan kepemimpinan 8 Baik dan rendah hati 9 Toleransi, cinta damai dan persatuan

C. RemajaSiswa

1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.”istilah adolescence, seperti yang 53 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, Cet. 1, h. 80-81. 54 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 42-43. 20 dipergunakan saat ini, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. 55 Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut Undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal. Menurut Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1979, anak dianggap sudah remaja apabila sudah cukup matang yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Sedangkan menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun. 56 Menurut Monks, knoers Haditono, yang telah dikutip oleh Desmita membedakan masa remaja atas empat bagian, yaitu: 1 masa pra- remaja atau pra-pubertas 10-12 tahun, 2 masa remaja awal atau pubertas 12-15 tahun, 3 masa remaja pertengahan 15-18 tahun dan 4 masa remaja akhir 18-21 tahun. Remaja awal hingga remaja akhir inilah yang disebut masa adolesen. 57

2. Perkembangan Remaja Pertengahan Usia 15-17 tahun

Dalam Proses penyesuaian diri menurut kedewasaan, menurut Wong yang dikutip oleh Allaily, remaja sangat membutuhkan kawan- kawan. Ia senang kalau banayak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsisitis yatu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari 55 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, t.t, h. 206 56 Allaily Amalia Rachma, “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kebersihan Organ Genitalia Eksterna di SMAN 90 Jakarta”, Skripsi Pada Program Sarjana S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakart, 2016, h. 16,, tidak dipublikasikan. 57 Desmita, Psiklogi Perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. 7, h. 190.

Dokumen yang terkait

Kemampuan Presentasi dalam Kegiatan Diskusi Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Nur As Sholihat Serpong Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016

1 16 98

MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR DENGAN ANIMASI STOPMOTION PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 BUKITKEMUNING TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 5 59

Analisis Kesalahan Kata Berimbuhan dalam Teks Negosiasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016

3 37 154

Struktur Kalimat dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017

0 19 140

PERANAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016.

0 5 23

PERAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS XI IPS SMA NEGERI 11 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 26

PENGARUH MANAJEMEN WAKTU DAN AKTIFITAS EKSTRAKULIKULER TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KRITIK TARI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MULTIKULTUR SISWA KELAS XI SMA NEGERI 7 TANGERANG ( Penelitian Tindakan di SMA Negeri 7 Tangerang ).

2 15 41

PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MATERI KREASI CEMENT PORTRAIT DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 0 20

PERSEPSI SISWA KELAS XI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI SMA NEGERI 7 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2015 2016 -

1 2 72