23
2. Konvensional
Suatu perbuatan dinilai baik oleh anak apabila mematuhi
harapan otoritas atau kelompok sebaya.
3. Pasca-Konvensional
Pada level ini aturan dan institusi dari masyarakat tidak
dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperlukan
sebagai subjek. Anak menaati aturan untuk menghindari
hukuman kata hati. 3.
Orientasi anak yang baik
Tindakan berorientasi pada orang lain. Suatu perbuatan dinilai baik apabila
menyenagkan bagi orang lain .
4. Orientasi keteratutan dan otoritas
Perilaku yang dinilai baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati
otoritas, dan memelihara ketertiban sosial.
5. Orientasi kontrol sosial-legalistik
Ada semacam perjanjian antara dirinya dan lingkungan sosial. Perbuatan dinilai
baik apabilasesuai dengan perundang- undangan yang berlaku.
6. Orientasi kata hati
Kebenaran ditentukan oleh kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika
universal yang bersifat abstrak dan penghormatan terhadap martabat
manusia.
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, menjelaskan pada pasal 1 ayat 1
24
Pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan siswa dalam mengamalkan
ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajarankuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pasal 2 ayat 1
Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia dan mampu
menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama. Pasal 3 ayat 1 Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan wajib menyelenggarakan agama.
65
Pasal 4 ayat 1 Pendidikan Agama pada pendidikan formal dan program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya diselenggrakan dalam bentuk mata
pelajaran atau mata kuliah agama. Pasal 5 ayat 2 Pendidikan Agama diajarkan sesuai dengan tahap perkembangan kejiawaan siswa. Ayat 3 Pendidikan Agama
mendorong siswa untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam
kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Ayat 4 Pendidikan Agama mewujudkan keharmonisan, kerukunan, dan rasa hormat di
antara sesama pemeluk agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain. Ayat 5 Pendidikan agama membangun sikap mental siswa untuk bersikap dan
berperilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab.
66
Pendidikan Agama Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai
dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.
67
Pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidikkan agama Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life pandangan dan sikap hidup
seseorang.
68
65
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, h. 1-3.
66
Ibid. h. 3-5
67
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, PT Bumi Aksara, 2009, h. 7
68
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2012. Cet. 5, h. 30.