6. Meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan 7. Melakukan restrukturisasi
tugas 8. Menerapkan konsep
manajemen berdasarkan sasaran.
Sumber: Gitosudarmo 2000:55.
2.3 Konflik dalam Organisasi
2.3.1 Pengertian Konflik
Orang-orang dan kelompok dalam suatu organisasi ataupun perusahaan memiliki keahlian dan pandangan yang berbeda-beda tentang pekerjaannyatugas-
tugas orang ataupun kelompok yang lain. Maka ketika interaksi diantara mereka terjadi, konflik menjadi potensial untuk muncul. Konflik merupakan suatu proses
yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian pihak pertama Wahjono,
2010;161. Sedangkan menurut Mangkunegara 2005:23, konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap
dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang diharapkan. Konflik dalam organisasi adalah tidak adanya persesuaian antara dua atau
lebih anggota organisasi atau kelompok, karena keharusan membagi sumber yang langka diantara mereka atau keharusan bekerja bersama-sama, sedangkan mereka
berbeda tingkat, tujuan, nilai-nilai ataupun persepsi. Masing-masing anggota organisasi atau kelompok dalam hal tiada persesuaian itu berusaha saling
mengungguli kemauannya atau pendapatnya.
2.3.2 Transisi dalam Pikiran Konflik
Berkenaan dengan pemikiran konflik, terdapat tiga pandangan yang berbeda satu dengan lainnya. Adapun ketiga pandangan tentang konflik menurut
Wahjono, 2010;161 yaitu pandangan tradisional, pandangan hubungan manusia, dan pandangan interaksionis.
1. Pandangan Tradisional Menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu
yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Pandangan tradisional menyatakan bahwa konflik disinonimkan dengan kekerasan, destruksi, dan
ketidakrasionalan. 2. Pandangan Hubungan Manusia
Menyatakan bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi.
3. Pandangan Interaksionis Pandangan interaksionis menganggap perlu mendorong pemimpin
kelompok untuk mempertahankan suatu tingkat minimum keberlanjutan dari konflik cukup untuk membuat kelompok itu bertahan hidup, dan kreatif.
Konflik tidak hanya merupakan suatu kekuatan positif dalam suatu kelompok melainkan juga mutlak perlu untuk suatu kelompok agar dapat
berkinerja efektif.