Karakteristik Bakteri Uji P.aeruginosa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.3 Resistensi terhadap Antibiotik

Gambar 2.5 . Hasil uji resistensi antibiotic Sumber : Rukmono, 2013 Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa P.aeroginosa telah resisten terhadap beberapa antibiotik. Jumlah antibiotik yang digunakan 25 jenis. Gambar 2.5 memperlihatkan 14 jenis antibiotik nomor urut 1−14 didapatkan 50 spesimen telah resisten. Antibiotik yang paling resisten adalah ampisilin, eritromisin, amoksisilin, sefurosim, seftriason, gentamicin,tetrasiklin, sefadroksil, piperasilin, trimetroprim, tobramisin, kotrimoksazol, nalidisid, sulfonamide kompleks. Sementara 11 jenis antibiotik sebagian besar 50 masih sensitif yaitu dari urutan kloramfenikol sampai meropenem. Adapun untuk golongan sefalosforin, sebagian besar spesimen masih sensitif mulai dari antibiotik yang paling sensitif, berturut-turut adalah meropenem, klindamisin, amikasin, norfloksasin, siprofloksasin, ofloksasin, fosfomisin, seftazidim, netilmisin, dan kanamisin Rukmono, 2013. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.4 Gambaran Klinik

P.aeruginosa menimbulkan infeksi pada luka dan luka bakar tingkat II dan III dengan nanah hijau kebiruan disebabkan pigmen piosianin, meningitis bila masuk lewat punksi lumbal, dan infeksi saluran kemih bila masuk bersama kateter dan instrument lain atau dalam larutan untuk irigasi. Keterlibatan saluran pernafasan, terutama dari respirator yang terkontaminasi, menyebabkan pneumonia yang disertai nekrosis. Bakteri ini sering ditemukan pada perenang dengan otitis eksterna ringan, serta dapat menyebabkan otitis eksterna invasif maligna pada penderita diabetes. Infeksi mata yang dengan cepat mengakibatkan kerusakan mata, sering terjadi setelah cedera atau pembedahan. Pada bayi atau orang yang lemah dapat menyerang aliran darah dan mengakibatkan sepsis yang fatal, biasanya terjadi pada penderita leukemia atau limfoma yang mendapat obat antineoplastik atau terapi radiasi, dan pada penderita dengan luka bakar berat Jawetz et al.,2001; Tortora et al.,2004. Pada sebagian besar infeksi, gejala dan tanda-tandanya tidak spesifik dan berkaitan dengan organ yang terlibat. Terkadang, verdoglobin suatu produk pemecah hemoglobin atau pigmen yang berfluorosen dapat dideteksi pada luka, luka bakar, atau urin dengan penyinaran fluorosen ultraviolet. Nekrosis hemoragik pada kulit sering terjadi pada sepsis akibat P.aeruginosa. Lesi yang disebut ektima gangrenosum ini dikelilingi oleh eritema dan sering tidak berisi nanah. P.aeruginosa dapat dilihat pada spesimen dari lesi ektima yang diberi pewarnaan Gram, dan biakannya positif. Ektima gangrenosum tidak lazim pada bakteremia akibat organisme lain Jawetz et al.,2001.

2.3.5 Epidemiologi

P.aeruinosa terdapat di tanah dan air, dan pada 10 orang merupakan flora normal di kolon. Dapat dijumpai pada daerah lembab dikulit dan dapat membentuk koloni pada saluran pernafasan bagian atas pasien-pasien rumah sakit Jawetz, 2001. P.aeruginosa dapat dijumpai di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta banyak tempat di rumah sakit. Disinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air, dan kain pel merupakan beberapa contoh reservoir. Suatu penelitian di unit perawatan intensif neonates menyatakan bahawa P.aeruginosa paling sering membentuk koloni disaluran pernafasan dan saluran pencernaan. Hal ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karena pH lambung sering tinggi sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien lewat tangan karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau lewat pencernaan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi Todar, 2004; Foca et al.,2000. P.aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anastesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Karena merupakan patogen nosokomial, maka metode untuk mengendalikan infeksi ini mirip dengan metode untuk nosokomial lainnya Jawetz et al.,2001; Fiorillo et al.,2001.

2.3.6 Pencegahan dan Pengobatan

Pencegahan meliputi eliminasi sumber-sumber potensial bakteri dan perawatan segera terhadap luka. Pembuangan secara hati-hati jaringan mati pada penderita luka bakar, diikuti dengan penggunaan krim antibakteri. Infeksi yang telah terbentuk sulit untuk diobati karena P.aeruginosa sering resisten terhadap banyak antibiotik. Karena angka keberhasilan suatu pengobatan cukup rendah, dan bakteri cepat membentuk resistensi bila digunakan hanya satu jenis antimikroba, maka pengobatan sebaiknya secara kombinasi Jawetz et al.,2001; Balows et al.,1991; Nester et al., 2004.

Dokumen yang terkait

Efek Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum Marmut Jantan (Cavia Porcellus) Terisolasi

6 112 90

Formulasi Sediaan Gel Dari Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri Penyebab Jerawat

45 235 99

Pengaruh Pemberian Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) Terhadap Kadar Kadmium (Cd) Pada Kerang (Bivalvia) Yang Berasal Dari Laut Belawan Tahun 2010

7 59 114

Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet

4 103 73

Pengaruh Perbandingan Sari Belimbing Wuluh dengan Sari aMangga Kweni dan Konsentrasi Gum Arab Terhadap aMutu Sorbet Nira Tebu

1 45 103

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Propionibacterium acnes DAN Pseudomonas aeruginosa SERTA PROFIL KROM

0 2 16

PENDAHULUAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP Propionibacterium acnes DAN Pseudomonas aeruginosa SERTA PROFIL KROMATOGRAFINYA.

1 6 17

Aktivitas Antijamur Ekstrak Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap Malassezia furfur IMG 20151123 0001

0 0 1

UJI POTENSI SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO

0 0 5

UJI ANTIFUNGAL EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP PERTUMBUHAN Aspergillus flavus DAN Candida albicans SECARA IN VITRO

0 0 15