UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.8 Pemeriksaan Biofilm
Pemeriksaan biofilm : Mikroskop elektron dapat memeriksa biofilm pada alat-alat medik dan
pada infeksi manusia. Pada awalnya, mikroskop elektron ini merupakan alat yang penting dalam mempelajari biofilm.
Concofocal Laser Scanning Microscope CLSM dengan fluoresen antisera dan fluoresen in situ hibridisasi, sehingga organisme yang
spesifik dan untuk mengidentifikasi dalam komunitas campuran kuman.
2.2.9 Resistensi Biofilm terhadap Antibiotik Lewis, 2001; Stewart dan Costeron, 2001; Mah dan Toole, 2001
Struktur dan fisiologik dasar dari biofilm membuat biofilm secara alami resisten terhadap agen antimikroba seperti antibiotik, desinfektan,
dan germisida. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan yang besar dalam hal kepekaan terhadap antibiotik pada sel biofilm dan
planktoniknya. Faktor-faktor yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap resistensi biofilm adalah :
Penurunan penetrasi dari antimikroba Biofilm terbungkus dalam matriks eksopolimer yang dapat
menghambat difusi dari substansi dan mengikat antibiotik. Penurunan tingkat pertumbuhan organisme dalam biofilm
Antimikroba lebih efektif dalam membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Beberapa antibiotik memerlukan secara mutlak sel-sel yang
tumbuh dalam mekanisme penghambatannya. Ekspresi dari gen resistensi yang spesifik dari biofilm
Hal ini dapat terlihat pada resistensi biofilm bakteri P.aeruginosa, dimana MDR Multi Drug Resistan memainkan peranan penting pada
konsentrasi antibiotik yang rendah. Beta-galaktosidase berperan dalam respon P.aeruginosa terhadap imipenem dan pipeacilin.
Faktor-faktor resistensi diatas dapat berdiri sendiri atau dapat merupakan gabungan dari semua faktor yang ada. Beberapa eksperimen
memperlihatkan adanya fraksi kecil sel persister yang lebih banyak lagi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
daripada populasi sel planktonik. Persister ini biasanya dihancurkan oleh sistem imun, dan menjadi masalah saat sistem imun tidak berfungsi.
Infeksi biofilm lebih kurang sama dengan infeksi sel planktonik tanpa kehadiran sistem imun, eksopolimer dari biofilm melindungi sel dari
komponen sistem imun. Pada awal aplikasi antibiotik yang bersifat bakterisidal akan terjadi
eradikasi hampir semua populasi, meninggalkan sedikit fraksi persister yang bertahan. Jika konsentrasi antibiotik turun atau terapi dihentikan saat
gejala penyakit sudah hilang, maka persister akan membentuk biofilm kembali. Dinamika ini menjelaskan adanya relaps pada infeksi biofilm dan
perlunya terapi yang lebih lama.
2.2.10 Kontrol biofilm
Kontrol biofilm dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Fisika
Yaitu memanfaatkan suhu yang tinggi atau pemanasan. Sanitasi dengan menggunakan air panas lebih menguntungkan karena air panas
mudah tersedia dan tidak beracun. Peralatan kecil seperti pisau, serta bagian-bagian alat pengolahan pangan dapat direndam dalam air yang
dipanaskan suhu 80-100 C Silitonga et al., 2012.
Kimia Kontrol biofilm dilakukan dengan cara penambahan suatu zat
kimia. Sanitasi kimia dilakukan dengan menggunakan desinfektan. Tujuan penggunaan desinfektan ialah untuk mereduksi jumlah mikroorganisme
patogen. Salah satu contoh adalah dengan penambahan suatu enzim berbasis deterjen yang dikenal dengan bio-cleaners yang identik dengan
bahan kimia ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk produk pangan. Contoh lain desinfektan yang dapat digunakan untuk mengendalikan
biofilm adalah klorin Augustin et al., 2004.