UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
daripada populasi sel planktonik. Persister ini biasanya dihancurkan oleh sistem imun, dan menjadi masalah saat sistem imun tidak berfungsi.
Infeksi biofilm lebih kurang sama dengan infeksi sel planktonik tanpa kehadiran sistem imun, eksopolimer dari biofilm melindungi sel dari
komponen sistem imun. Pada awal aplikasi antibiotik yang bersifat bakterisidal akan terjadi
eradikasi hampir semua populasi, meninggalkan sedikit fraksi persister yang bertahan. Jika konsentrasi antibiotik turun atau terapi dihentikan saat
gejala penyakit sudah hilang, maka persister akan membentuk biofilm kembali. Dinamika ini menjelaskan adanya relaps pada infeksi biofilm dan
perlunya terapi yang lebih lama.
2.2.10 Kontrol biofilm
Kontrol biofilm dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : Fisika
Yaitu memanfaatkan suhu yang tinggi atau pemanasan. Sanitasi dengan menggunakan air panas lebih menguntungkan karena air panas
mudah tersedia dan tidak beracun. Peralatan kecil seperti pisau, serta bagian-bagian alat pengolahan pangan dapat direndam dalam air yang
dipanaskan suhu 80-100 C Silitonga et al., 2012.
Kimia Kontrol biofilm dilakukan dengan cara penambahan suatu zat
kimia. Sanitasi kimia dilakukan dengan menggunakan desinfektan. Tujuan penggunaan desinfektan ialah untuk mereduksi jumlah mikroorganisme
patogen. Salah satu contoh adalah dengan penambahan suatu enzim berbasis deterjen yang dikenal dengan bio-cleaners yang identik dengan
bahan kimia ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk produk pangan. Contoh lain desinfektan yang dapat digunakan untuk mengendalikan
biofilm adalah klorin Augustin et al., 2004.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Biologi Yaitu dengan menggunakan bakteriofaga.
Pada dasarnya bakteriofaga merupakan virus yang menginfeksi bakteri melalui jalur yang
spesifik serta bersifat non-toksik terhadap manusia, sehingga memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan sebagai bahan pengendali biofilm
mikroba pada produk pangan Kudva et al., 1999. Selain itu, kontrol biofilm juga dapat dilakukan dengan adanya
interaksi mikrobiologis. Banyak bakteri yang mampu mensintesis dan mensekresikan biosurfaktan dengan sifat anti lekat yang kuat Desai and
Banat, 1997; Rodriguez et al., 2004; Nitschke and Costa, 2007. Surfaktan yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis mampu meluruhkan biofilm tanpa
mengganggu pertumbuhan sel serta mampu mencegah pembentukan biofilm baru oleh Salmonella enterica, E. coli dan Proteus mirabilis
Mireles et al., 2001
2.3 Bakteri Uji P.aeruginosa
2.3.1 Klasifikasi
P.aeruginosa termasuk famili Pseudomonadaceae. P.aeruginosa adalah patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada
mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan,
dermatitis, infeksi jaringan lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik,
terutama pada penderita luka bakar berat, kanker, dan penderita AIDS yang mengalami penurunan sistem imun Todar, 2004. P.aeruginosa
menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.
Endoskopi, termasuk bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya infeksi nosokomial. Todar,
2004; Srinivasa et al.,2003.