UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Heterotrof HTR cair. Sebagaimana pada uji sebelumnya, kontrol negatif yang digunakan adalah sumur microplate yang berisi suspensi bakteri dan
media Heterotrof HTR tanpa penambahan sari buah belimbing wuluh, tetapi tidak digunakan kontrol positif sebagai pembanding. Tambahkan
media Heterotrof HTR cair sebanyak 60 µL,suspensi bakteri sebanyak 70 µL dan sari buah belimbing wuluh 70 µL pada masing-masing sumur,
kecuali sumur kontrol negatif, kemudian diinkubasi selama 3 hari pada suhu 37
o
C. Setelah masa inkubasi, microplate dicuci dan dilakukan prosedur seperti pada uji sebelumnya. Pengujian ini dilakukan secara triplo. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui apakah sari buah belimbing wuluh dapat menghambat pertumbuhan biofilm P.aeruginosa.
x 100
Degradasi Biofilm
Pengujian ini dilakukan sebagaimana pada uji pencegahan pertumbuhan dan penghambatan pertumbuhan biofilm. Perbedaan dengan
uji sebelumnya adalah sari buah buah belimbing wuluh ditambahkan pada saat biofilm telah terbentuk, dan pada uji ini digunakan kontrol negatif dan
kontrol positif sebagai pembanding. Pada pengujian ini, kontrol negatif yang digunakan adalah sumur microplate yang berisi suspensi bakteri dan media
Heterotrof HTR tanpa penambahan sari buah belimbing wuluh kontrol positif yang digunakan yaitu biorem 1 dan biorem 10. Sebanyak 100 µL
suspensi bakteri dan 100 µL media Heterotrof HTR cair dimasukkan kedalam sumur microplate sampel, kontrol negatif dan kontrol posotif.
Microplate kemudian diinkubasi selama 3 hari pada suhu 37
o
C. Setelah diinkubasi, suspensi di dalam microplate dibuang kemudian dicuci dengan
menggunakan air sebanyak tiga kali, kemudian tambahkan sebanyak 200 µL sari buah belimbing wuluh dengan variasi konsentrasi 0,5, 1, 2,
4 dan 8 bv kecuali kontrol negatif, kemudian sebanyak 200 µL biorem 1 dan biorem 10 ditambahkan pada sumur microplate kontrol posotif.
Microplate didiamkan selama 60 menit, setelah itu microplate dicuci dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilakukan prosedur seperti pada uji sebelumnya. Pengujian dilakukan secara triplo. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sari buah belimbing
wuluh dapat mendegradasi biofilm P.aeruginosa. x100
3.3.10 Analisis data
Data hasil pengujian aktivitas antibiofilm sari buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L terhadap pencegahan pertumbuhan,
penghambatan pertumbuhan dan degradasi biofilm P.aeruginosa dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode One Way Anova analisa
varians satu arah dengan program Statistical Product Service Solution SPSS 16. Tujuan dilakukan analisa statistik adalah untuk melihat apakah
sari buah belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L memperlihatkan perbedaan yang signifikan sebagai antibiofilm P.aeruginosa. Setelah dianalisis, dipilih
salah satu aktivitas antibiofilm yang paling baik.
3.3.11 Optimasi Aktivitas Terseleksi Bazeera et al., 2008
Pada penelitian ini, optimasi aktivitas terseleksi dilakukan dengan menggunakan metode Response Surface Analysis RSA. Tujuannya adalah
untuk mengetahui konsentrasi ekstrak air belimbing wuluh, waktu inkubasi dan suhu yang optimal. Optimasi dilakukan pada aktivitas yang telah
terseleksi pada uji sebelumnya menggunakan metode Response Surface Analysis RSA. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat desain
rancangan pengujian, kemudian dilakukan uji aktivitas antibiofilm ekstrak air belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Pengujian ini dilakukan
sebagaimana pada uji aktivitas antibiofilm yang telah dilakukan sebelumnya, hanya saja konsentrasi ekstrak air belimbing wuluh, waktu
inkubasi dan suhu yang digunakan berbeda, yaitu sesuai hasil optimasi sebelumnya.
Data yang
diperoleh kemudian
dioptimasi dengan
menggunakan metode Response Surface Analysis RSA.
31 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Determinasi
Berdasarkan hasil determinasi pada tanggal 6 Mei 2015, menunjukkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Averrhoa bilimbi L, suku
Oxalidaceae, belimbing wuluhbelimbing sayur Lampiran 2.
4.1.2 Karakterisasi Sampel dan Proses Penyiapan Sampel
Hasil karakterisasi menunjukkan buah belimbing wuluh yang digunakan dalam penelitian ini berwarna hijau dengan panjang sekitar 50-70 mm dan
diameter 10-20 mm, rasa asam. Dari hasil proses penyiapan sampel, sebanyak 1 kg buah belimbing wuluh segar dihancurkan dengan menggunakan blender dan
sebanyak 50 ml air belimbing wuluh di uapkan menggunakan Freeze dryer
selama 27 jam. Didapatkan simplisia berupa serbuk seberat 2 gram.
4.1.3 Uji Penapisan Fitokimia
Kandungan metabolit sekunder pada serbuk belimbing wuluh diidentifikasi dengan cara penapisan fitokimia. Hasil penapisan fitokimia serbuk
belimbing wuluh dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil uji penapisan fitokimia serbuk buah belimbing wuluh secara
kualitatif
Golongan Hasil
Keterangan
Alkaloid +
Noda naik berwarna orange pada plat KLT Flavonoid
+ Lapisan anilin alkohol berwarna kuning
Steroid -
Orange Triterpenoid
+ Orange
Fenolik -
Kuning Saponin
+ Berbusa
Kuinon -
Putih
UIN Syarif HIdayatullah Jakarta
4.1.5 Karakterisasi bakteri Pseudomonas aeruginosa
Hasil karakterisasi bakteri P.aeruginosa secara makroskopik dan mikroskopik dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1. Koloni pada media agar dan pewarnaan Gram bakteri P.aeruginosa
Hasil purifikasi pada media Pseudomonas Isolation Agar PIA menunjukkan bentuk koloni yang besar, halus dengan permukaan rata serta
berwarna kuning muda. Karakterisasi bakteri yang dilakukan dengan cara pewarnaan Gram menunjukkan bahwa isolat yang digunakan merupakan bakteri
Gram negatif, berbentuk batang pendek, tidak berspora dan menghasilkan warna merah.
4.1.6 Uji Pembentukan dan Pertumbuhan Biofilm P.aeruginosa
Hasil uji pembentukan dan pertumbuhan biofilm bakteri P.aeruginosa yang berupa nilai densitas biofilm OD
595nm
pada hari pertama sampai hari keempat dapat dilihat pada gambar 4.2.
Dari data grafik, dapat dilihat pada waktu inkubasi hari ke tiga menunjukkan pembentukan dan pertumbuhan biofilm P.aeruginosa yang paling
baik.