1.3. Kerangka Pemikiran
Pemakaian obat golongan OAINS seperti aspirin dapat menyebabkan gastritis pada lambung. Pengobatan gastritis dengan obat-obat kimia seperti antasida dan
omeprazol juga dapat menimbulkan efek samping yang nantinya akan meracuni lambung itu sendiri. Bakteri asam laktat L.bulgaricus dan S. termhopillus sebagai
starter yang ditambahkan pada pembuatan soyghurt akan mampu meningkatkan sekresi prostaglandin dan musin pada lapisan mukosa lambung, serta akan
meningkatkan imunomodulator, sehingga akan menguatkan pertahanan lapisan mukosa lambung. Rodriguez et al., 2010 melaporkan bahwa terapi dengan
bakteri Streptococcus termophillus dapat menyembuhkan gastritis. Nagaoka et al., 1994 melaporkan bahwa exopolyshaccarida EPS yang dihasilkan dari
strain Bifidobacterium, Lactobacillus dan Streptococcus sebagai anti ulkus. Namun bagaimana mekanisme perlindungan terhadap mukosa lambung oleh
bakteri asam laktat yang menghasilkan exopolyshaccarida belum diketahui secara rinci.
Pertumbuhan bakteri asam laktat sangat dipengaruhi oleh lamanya fermentasi, sehingga perlu dilakukan penggunaan waktu yang berbeda untuk
melihat seberapa banyak jumlah koloni L. Bulgaricus dan S. termophillus pada pembuatan soyghurt sehingga penyembuhan gastritis pada lambung mencit dapat
terlihat nyata. Pengaruh lamanya fermentasi terhadap peningkatan jumlah koloni bakteri asam laktat pada pembuatan soyghurt belum banyak dilaporkan,
berdasarkan hal tersebut akan dilakukan penelitian tentang efektifitas pemberian soyhgurt terhadap menyembuhkan gastritis lambung mencit dengan jumlah
koloni BAL dan waktu inkubasi atau lamanya fermentasi yang sesuai.
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui lamanya waktu fermentasi yang sesuai bagi pertumbuhan L. Bulgaricus dan S. termophillus pada pembuatan soyghurt.
2. Menentukan jumlah koloni L. Bulgaricus dan S. termophillus sebagai bakteri asam laktat pada pembuatan soyghurt
Universitas Sumatera Utara
3. Mengevaluasi kemampuan bakteri L. Bulgaricus dan S. termophillus dalam menyembuhkan gastritis pada lambung secara in Vivo.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh lamanya fermentasi pada pembuatan soyghurt terhadap jumlah koloni bakteri starter L.
bulgaricus dan S. termophillus yang memliki kemampuan dalam penyembuhan gasritis pada lambung atau mencegah gastritis sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi masyarakat dan industri yang bergerak di bidang pangan fungsional serta membuka kemungkinan bagi penelitian lanjut untuk
pengembangan obat-obat alternatif yang alami khususnya dibidang kesehatan.
1.6. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1. Diperoleh waktu lamanya fermentasi yang sesuai untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat selama fermentasi pada pembuatan soyghurt.
2. Diketahui jumlah bakteri asam laktat yang tepat pada pembuatan soyghurt.
3. Bakteri asam laktat L. bulgaricus dan S. termophillus mampu menyembuhkan gastritis pada lambung.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Aspirin Asam Asetil Salisilat
Obat anti radang bukan steroid atau yang lazim dinamakan non streroidal anti inflammatory drugs NSAIDs atau anti inflamasi non steroid OAINS adalah
golongan obat yang bekerja terutama di perifer yang berfungsi sebagai analgesik pereda nyeri, antipirektik penurun panas dan antiinflamasi anti radang. Obat
asam asetil salisilat aspirin ini mulai digunakan pertama kalinya untuk pengobatan simptomatis penyakit-penyakit rematik pada tahun 1899 sebagai obat
anti radang bukan steroid sintetik dengan kerja antiradang yang kuat. Dannhardt dan Laufer, 2000. Obat anti radang bukan steroid diindikasikan pada penyakit-
penyakit rematik yang disertai radang seperti rheumatoid dan osteoartritis untuk menekan reaksi peradangan dan meringankan nyeri Dannhardt dan Laufer, 2000 ;
Crofford, 2000. Dibandingkan dengan obat antiradang bukan steroid yang lain, penggunaan asam asetil salisilat jauh lebih banyak, bahkan termasuk produk
farmasi yang paling banyak digunakan dalam pengobatan dengan kebutuhan dunia mencapai 36.000 ton per tahun.
Obat antiradang nonsteroid OAINS menurut Insel, 1991 dan Reynolds, 1982 dibagi dalarn 8 golongan yaitu turunan asam salisilat asam asetil salisilat
dan diflunisal, turunan pirazolon fenilbutazon, oksifenbutazon, antipirin dan arninopirin, turunan paraaminofenol fenasetin, Indometasin indometasin dan
sulindak, turunan asam propionat ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen dan flurbiprofen, turunan asam antranilat asam flufenamat dan asam
mafenamat, obat antiradang yang tidak mempunyai penggolongan tertentu
Universitas Sumatera Utara
tolmetin, piroksikam, diklofenak, etodolak, nebumeton, senyawa emas dan obat pirro gout, kolkisin, alopurinol. Asam asetil salisilat ASA yang lebih dikenal
sebagai asetosal adalah analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Gambar 2.1. Struktur Aspirin atau Asam asetil salisilat Kauffman, 2000.
2.1.1. Mekanisme Kerja Aspirin Asam Asetil Salisilat
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan daya absorbsi 70 dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi dalam
usus halus bagian atas. Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh. Salisilat segera menyebar ke seluruh tubuh dan cairan transeluler
setelah diabsorbsi. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat
dapat ditemukan dalam cairan sinovial, cairan spinal, liur dan air susu. Kadar tertingggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian Wimana, 1995. Sediaan
OAINS memiliki aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin dari asam arakhidonat
melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase Nadi, 1992. Berbeda dengan
OAINS lainnya, AAS merupakan inhibitor irreversibel siklooksigenase COX Kartasasmita, 2002.
Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena adanya noksi akan membebaskan berbagai mediator substansi radang. Asam arakhidonat mulanya
merupakan komponen normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid dan dibebaskan dari sel penyimpan lipid oleh asil hidrosilase sebagai respon
Universitas Sumatera Utara
adanya noksi . Asam arakidonat kemudian mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur siklooksigenase yang membebaskan prostaglandin, prostasiklin,
tromboksan. Alur lipoksigenase yang membebaskan leukotrien dan berbagai substansi seperti HPETE Hydroperoxieicosatetraenoic Mansjoer, 2003.
Prostaglandin yang dihasilkan melalui jalur siklooksigenase berperan dalam proses timbulnya nyeri, demam dan reaksi-reaksi peradangan. Selain itu,
prostaglandin juga berperanan penting pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi berbagai organ. Pada selaput lendir saluran
pencernaan, prostaglandin berefek protektif dengan meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis, osmotis, termis atau kimiawi. Karena
prostaglandin berperan dalam proses timbulnya nyeri, demam, dan reaksi peradangan, maka AAS melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase
mampu menekan gejala-gejala tersebut. Enzim ada dalam dua bentuk isoform , yaitu siklooksigenase-1 COX-1
dan siklooksigenase-2 COX-2. COX-1 merupakan enzim konstitutif yang mengkatalisis pembentukan prostonoid regulatoris pada berbagai jaringan,
terutama pada selaput lendir saluran pencernaan, ginjal, platelet dan epitel pembuluh darah. COX-2 tidak konstitutif tetapi dapat diinduksi, seperti bila ada
stimulasi radang mitogenesis atau onkogenesis terbentuk prostonoid yang merupakan mediator radang Mok dan Kwan, 2002 ; Tarnawski dan Caves, 2004.
2.1.2. Efek OAINS Pada Lambung
ASA sangat iritatif tetapi yang paling bertahan lama dan merupakan analgetik efektif, dengan durasi kerja sekitar 4 jam. Namun lebih dari 50 pasien tidak
dapat mentoleransi efek sampingnya mual, muntah dan nyeri epigastrium. Timbulnya mual, dispepsia, anoreksia, rasa sakit di lambung, flatulen, diare
terjadi pada 10-60 pasien, karena aspirin dapat mengiritasi lambung dan menghambat pertahanan lambung Johnson et al., 2007. OAINS merusak mukosa
lambung melalui 2 mekanisme yaitu, tropikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan lipofilik, sehingga
mempermudah trapping H
+
masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan
Universitas Sumatera Utara
Wallace et al., 1997. Efek sistemik OAINS menghambat sintesa prostaglandin Takeuchi et al., 1998. Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi
sitoprotektif yang sangat penting bagi mukosa lambung atau sebagai gastroprotektif Hansen dan Elliot, 2005. Di dalam lambung COX-1
menghasilkan prostaglandin PGE
2
dan PGI
2
yang menstimulasi mukus dan sekresi bikarbonat serta menyebabkan vasodilatasi, suatu aksi yang menjaga
mukosa lambung. OAINS nonselektif menghambat COX-1 dan mengurangi efek sitoprotektif prostaglandin sehingga dapat menyebabkan efek samping yang serius
pada gastrointestinal atas, termasuk perdarahan dan ulserasi Enaganti, 2006 ; Mok dan Kwan, 2002
2.2. Omeprazol
Pengobatan gastritis atau ulkus lambung telah banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir ini. Ada 2 cara pengobatan secara medis yaitu menurunkan jumlah
produksi sekresi asam pepsin dan membloking atau menghambat resptor H
2
yang akan merangsang pembentukan sekresi cairan asam pepsin. Sebagian besar obat
yang biasa digunakan adalah H
2
bloking drugs seperti ranitidin, femotidin dll, pompa proton inhibitor omepraxzol, lansoprazol dan obat sitoprotektif
mencegah kerusakan mukosa lambung sucralfate, carbenoxolone berfungsi mempertahankan mukosa Goel dan Sairam, 2001.
Omeprazol merupakan obat penghambat sekresi asam lambung. Omeprazol juga termasuk salah satu golongan obat penghambat
“pompa proton” Proton Pump Inhibitor atau PPI. Mekanisme kerjanya mengontrol sekresi asam
lambung dengan cara menghambat pompa proton yang mentransper ion hidrogen keluar dari sel parietal lambung. Contoh obat penghambat pompa proton Proton
Pump Inhibitor antara lain : omeprazol, lansoprazol, esomeprazol, pantoprazol, dan rabeprazol. Pemberian obat PPI setidaknya 30-60 menit sebelum makan,
dianjurkan pagi hari. Obat ini secara spesifik menghambat sekresi asam lambung yang tidak mempengaruhi fungsi fisiologis normal saluran cerna.
Omeprazol memblok sekresi asam lambung dengan cara menghambat pompa H
+
K
+
ATPase dalam membran sel parietal. Secara klinis dosis tunggal 20 mg omeprazole dapat
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan penurunan keasaman intragastrik yang konsisten selama 24 jam. Dalam lingkungan asam omeprazole dalam sel parietal dikonversi kebentuk aktif
yang menghambat produksi asam lambung. Dengan pencegahan sekresi asam dari sel parietal ke dalam lambung dapat menurunkan kadar inflamasi dan memberikan
kemudahan untuk proses penyembuhan. Dosis untuk mengurangi resiko iritasi saluran cerna akibat pemakaian obat-obat obat anti inflamasi non streoid OAINS
adalah 20 mg sehari dengan frekuensi satu kali sehari Ganiswara, 1995. Pada penggunaan jangka panjang omeprazole perlu diwaspadai efek sustained
hypochlorhydria dan hipergastrinemia.
2.3. Lambung