Pemilihan Garam Alkali Penambahan Hidrokoloid

pengawet pada pembuatan mie kemudian optimasi penggunaannya menurut Good Manufacturing Practices GMP; dan 6 aplikasi kombinasi terbaik dari tahapan satu, tahapan dua, tahapan tiga dan tahapan lima. Tahapan- tahapan metode penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini. Gambar 5. Tahapan penelitian

1. Pemilihan Garam Alkali

Dalam tahap ini dilakukan pembuatan mie dengan penggunaan garam alkali STPP dengan konsentrasi 0,2 dari bobot tepung terigu. Kemudian, mie yang dihasilkan akan dibandingkan umur simpan, pH, mutu fisiknya yang meliputi kekerasan, kelengketan, elastisitas dan warna o Hue serta kontribusi harganya dengan mie yang ditambahkan Na 2 CO 3 sebagai garam Analisis Mutu : • Mikrobiologi • Kimia • Fisik • Organoleptik Pemilihan Garam Alkali 1.Penambahan Hidrokoloid 2. Optimasi penyangraian tapioka sebagai bahan pemupur 3. Aplikasi teknologi penyimpanan 4a. Optimasi Na-asetat, Ca-propionat, dan K-sorbat sebagai pengawet 4b. Optimasi pengawet terbaik menurut GMP 5. Aplikasi kombinasi terbaik alkali sebanyak 0,6 dari bobot tepung terigu. Formulasi penggunaan Na 2 CO 3 maupun STPP sebagai garam alkali dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9. konsentrasi STPP dan Na 2 CO 3 sebagai garam alkali pada pembuatan mie Perlakuan Jenis Garam Alkali I Na 2 CO 3 0,6 II STPP 0,2 Pengukuran umur simpan mie dilakukan secara subyektif setiap 4 jam sekali dengan parameter bau asam karena bau asam merupakan indikator awal terjadinya kerusakan pada mie. Pengukuran mutu fisik menggunakan Texture Analyzer untuk parameter kekerasan, kelengketan, dan elastisitas. Sedangkan untuk parameter warna menggunakan Chromameter. Garam alkali yang menghasilkan mie dengan umur simpan yang lebih baik akan diaplikasikan pada aplikasi kombinasi terbaik.

2. Penambahan Hidrokoloid

Tahapan ini menggunakan berbagai jenis hidrokoloid. Jenis hidrokoloid yang digunakan yaitu gum Arab, karagenan dan CMC. Penggunaan hidrokoloid dilakukan secara tunggal dengan konsentrasi maksimal dari setiap jenis hidrokoloid. Formulasi penggunaan berbagai jenis hidrokoloid pada mie dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Konsentrasi hidrokoloid yang ditambahkan pada pembuatan mie Perlakuan Jenis hidrokoloid I Tanpa hidrokoloid - II CMC 0,2 III Gum Arab 0,5 IV Karagenan 0,5 Sumber : Oktaviani 2005 Phillips dan Williams 2000 Mie yang ditambahkan dengan hidrokoloid ini dibandingkan dengan mie tanpa penambahan hidrokoloid. Pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan umur simpan secara subyektif dengan parameter bau asam setiap 4 jam sekali, pengamatan mutu fisik yaitu kekerasan, kelengketan, elastisitas, warna secara obyektif dan kontribusi harga masing-masing hidrokoloid. Hidrokoloid yang menghasilkan mie dengan mutu yang lebih baik akan digunakan pada aplikasi kombinasi terbaik. Penggunaan CMC, gum Arab dan karagenan mengacu pada GMP, yaitu penggunaan seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang diinginkan secara maksimal. Konsentrasi CMC yang digunakan pada penelitian ini adalah 0,2 sesuai dengan penelitian sebelumnya Oktaviani, 2005. Sedangkan konsentrasi gum Arab dan karagenan yang digunakan masing-masing sebanyak 0,5 Phillips dan Williams, 2000.

3. Optimasi Penyangraian Tapioka sebagai Bahan Pemupur