Penyimpanan pada Suhu Rendah Pengemasan Vakum

dalam basa, sedangkan CMC yang memiliki derajat substitusi tinggi dapat larut di dalam air. CMC sangat stabil pada pH antara 5-11. Akan tetapi, kekentalan CMC akan menghilang pada pH rendah dan cenderung untuk mengendap pada pH rendah. Pada pH kurang dari 5.0, viskositasnya akan menurun Glicksman, 1983.

C. APLIKASI TEKNOLOGI PENYIMPANAN

1. Penyimpanan pada Suhu Rendah

Penyimpanan pada suhu rendah merupakan cara yang paling umum dan ekonomis untuk memperpanjang umur simpan produk pangan. Penyimpanan pada suhu rendah adalah penyimpanan di bawah 15 o C. Faktor yang perlu diperhatikan pada penyimpanan pada suhu rendah adalah penggunaan suhu yang paling tepat. Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya, menghambat aktivitas enzim dan reaksi-reaksi kimia, menghambat atau menghentikan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme dalam makanan, menghambat proses penuaan karena adanya proses pemasakan, pelunakan, perubahan warna dan tekstur, kehilangan air, kerusakan karena bakteri, kapang, dan khamir Fellers, 1955. Daya tahan mikroorganisme terhadap suhu rendah berlainan antara satu dengan lainnya. Temperatur rendah menyebabkan penahanan sintesa enzim mikroorganisme, menginaktifkan mekanisme transpor solut melalui membran sitoplasma pada bakteri mesofilik. Pada bakteri psikrofilik, hal tersebut tidak terjadi. Bakteri psikrofilik adalah bakteri yang dapat hidup pada suhu -7 o C hingga 10 o C.

2. Pengemasan Vakum

Pengemasan vakum adalah sistem pengemasan dengan gas hampa tekanan kurang dari 1 atm dengan mengeluarkan oksigen dari kemasan Syarief et al., 1989. Tujuan utama dari pengemasan pangan adalah untuk melindungi produk dari lingkungan sekitarnya dalam rangka peningkatan mutu simpan. Kemasan vakum dibuat dengan memasukkan produk ke dalam plastik, diikuti dengan pemompaan udara keluar kemudian ditutup dan setelah itu direkatkan dengan panas Jay, 2000. Pengemasan vakum dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme karena kandungan oksigen yang rendah sehingga sebagian besar mikroorganisme aerobik memerlukan oksigen tidak dapat tumbuh kecuali Clostridium botulinum yang dapat tumbuh pada kondisi sedikit oksigen anaerobik. Menurut Patersen et al. 1999, kemasan vakum dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas, Moraxella, Acinetobacter, Flavobacterium, dan Cytophaga sehingga dapat mempertahankan kesegaran produk. Kemasan vakum juga dapat menghambat perpindahan flavor dari dalam kemasan atau sebaliknya. Kapang tidak dapat tumbuh pada kemasan vakum karena kapang bersifat aerobik, sedangkan sebagian khamir dapat tumbuh pada kemasan vakum karena dapat bersifat aerobik atau anaerobik tidak memerlukan oksigen Fardiaz, 1992. Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang dan bersifat anaerob yang dapat memproduksi endospora dan memperoleh energi dari proses fermentasi. Selain itu, sebagian besar C. botulinum dapat menghasilkan protein toksin yang bersifat letal bagi manusia dan hewan dengan dosis cukup 0.1-1 µgkg berat badan. Karena C. botulinum dapat tumbuh pada kondisi anaerobik, maka keberadaan bakteri ini patut diperhatikan khususnya pada proses pengolahan yang menggunakan kondisi anaerobik seperti proses pengemasan vakum dan pengalengan. Oleh karena itu, C. botulinum merupakan salah satu bakteri yang berbahaya bagi manusia Johnson, 1999. Ada beberapa faktor yang dapat menghambat dan menginaktivasi C. botulinum , yaitu pH, a w dan suhu. Faktor-faktor penghambat ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Faktor penghambat dan penginaktivasi C. botulinum Faktor C. botulinum Minimal pH 4.6 Minimal a w 0.94 Minimum suhu o C 10 Maksimum suhu o C 50 Sumber : Johnson 1999 Berdasarkan Tabel di atas, C. botulinum dapat tumbuh pada kisaran suhu 10 o C hingga 50 o C. Oleh karena itu, sebaiknya proses pengolahan yang menggunakan kondisi anaerobik seperti pengemasan vakum diikuti dengan penyimpanan pada suhu rendah. Proses pengemasan vakum mie basah mentah yang akan dilakukan pada penelitian ini diikuti dengan penyimpanan pada suhu rendah yaitu dengan refrigerator untuk menghindari kemungkinan adanya C. botulinum Johnson, 1999. Pada pengemasan vakum, plastik yang biasa digunakan adalah plastik yang memiliki permeabilitas O 2 yang rendah. Plastik PP Poly Propylene merupakan jenis plastik yang paling banyak digunakan dalam kemas vakum dan mempunyai rumus kimia -CH 2 -CH-CH3 n . Poly Propylene memiliki sifat mudah dibentuk, tembus pandang, ringan dengan densitas 0,9 gcm 3 , permeabilitas uap air yang rendah dan tidak mudah sobek Syarief et. al., 1989. Kemasan yang digunakan pada aplikasi teknologi penyimpanan pada suhu rendah menggunakan plasik LDPE Low Density Poly Ethylene. LDPE merupakan jenis plastik PE Poly Ethylene yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen sebagai hasil samping dari industri arang dan minyak dan memiliki densitas yang rendah. Plastik ini dapat digunakan pada penyimpanan beku hingga mencapai suhu -50 o C Syarief et al., 1989.

III. BAHAN DAN METODE

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan untuk produksi mie dan bahan untuk analisis mikrobiologi, fisik, kimia dan sensori. Bahan yang digunakan dalam produksi mie adalah tepung terigu merek Segitiga Biru dan tepung terigu merek Cakra Kembar yang dikeluarkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur, garam dapur, garam alkali STPP dan Na 2 CO 3 , air kran laboratorium, berbagai jenis pengawet Na- asetat, Ca-propionat dan K-sorbat, berbagai jenis hidrokoloid gum Arab, karagenan, CMC, tapioka merek Gunung Agung, tapioka tidak bermerek, plastik Low Density Poly Ethylene LDPE, plastik Poly Prophylene PP dan mie basah mentah pasar yang dibeli di Pasar Merdeka. Resep dasar mie basah mentah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Resep mie yang digunakan Jenis Bahan Komposisi dari bobot terigu Tepung Terigu Segitiga Biru dan Cakra Kembar 1:1 100 Air 35 Garam 1 Garam alkali Na 2 CO 3 0,6 Tapioka bahan pemupur 3 Pengawet Na-asetat yang digunakan berjenis P.A Pro Analis sedangkan Ca-propionat dan K-sorbat yang digunakan adalah Ca-propionat dan K-sorbat teknis. Spesifikasi pengawet Ca-propionat dapat dilihat pada Lampiran 1 dan spesifikasi pengawet K-sorbat dapat dilihat pada Lampiran 2. CMC, gum Arab, dan karagenan yang digunakan berjenis teknis dan