2.1.9 Metode Penilaian Hasil Karya Seni Rupa
Menurut Sahman 1993: 196 kata apresiasi didefinisikan sebagai perbuatan atau kegiatan membentuk gambaran tentang sesuatu, menilainya dan memberinya
penghargaan, karena sesuatu itu pantas diperkirakan atau di dalam kenyataannya mengandung arti atau nilai tertentu bagi si apresiator. Karya budaya rupa akan
dinilai kurang bermakna jika masyarakatnya tidak memiliki apresiasi dan penghargaan terhadap karya-karya itu secara baik. Banyak karya budaya rupa
gemilang anak bangsa tidak terawat, lapuk, dan bahkan dimusnahkan hanya karena masyarakat tidak memiliki apresiasi terhadap karya-karya itu. Bahkan
tidak sedikit kaum pelajar kurang memiliki apresiasi terhadap karya-karya yang menjadi tanda peradaban bangsa, sehingga karya-karya besar itu tidak tercatat
dalam sejarah. Menurut Sachari 2004: 134, ada beberapa pendekatan dalam
mengapresiasi karya seni, antara lain: 1 pendekatan deskriptif, yaitu mengamati dan memaparkan karya seni secara apa adanya, seperti objek gambar, penggunaan
warna, komposisi warna, tema karya, judul karya, pembuatnya, dan berbagai hal yang ditampilkan pada karya tersebut; 2 pendekatan analitas yaitu mengamati
objek seni berdasar kaidah-kaidah estetika yang baku, seperti aspek tematik, teknik pengerjaan, penerapan asas kesenirupaan, dan makna yang terkandung di
dalamnya; 3 pendekatan interpretatif yaitu menginterpretasi karya seni berdasar sudut pandang pengamat, baik dari kesamaan pengalaman, kesamaan,
pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan, atau pengetahuan pengamat; 4 pendekatan penilaian yaitu proses memberi pengukuran, baik
secara objektif maupun penilaian secara subjektif. Penilaian secara objektif didasarkan kepada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga diperoleh
kesimpulan karya itu baik atau buruk dan; 5 pendekatan interdisiplin yaitu suatu karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan seperti ilmu antropologi,
psikologi, kebudayaan, filsafat, ekonomi, hingga ilmu kebahasaan. Menurut Barmin dan Wijiono 2008: 77, penilaian dapat dilakukan dari
berbagai segi, antara lain: 1 bahan, ada beberapa macam yang dapat digunakan untuk membuat relief seperti tanah liat, adonan tepung, plastisin, gips dan lain-
lain. Nilai setiap bahan berbeda-beda. Bahan yang mudah dikerjakan biasanya nilainya kurang baik karena tidak tahan lama. Bahan yang sulit pengerjaannya
biasanya nilainya bagus dan tahan lama; 2 pengolahan, setiap bahan untuk membuat relief membutuhkan pengolahan yang berbeda-beda. Tanah liat, tepung
gips, kayu atau batu, membutuhkan pengolahan yang berbeda-beda. Apabila tahap-tahap pengolahan telah dilalui sesuai dengan ciri khas bahan maka
pengolahan dianggap baik; 3 bentuk, pengolahan bahan akan mempengaruhi proses membentuk relief. Bahan yang dioalah dengan sempurna akan mudah
dibentuk sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Sebaliknya, bahan yang pengolahannya salah atau kurang sempurna akan sulit dibentuk. Selain itu, bahan-
bahan lunak cukup mudah dibentuk sehingga menghasilkan bentuk yang bagus. Sebaliknya, bahan-bahan keras sulit dibentuk, namun tahan lama dan; 4
penyelesaian Akhir, proses pembuatan relief berbeda-beda, sesuai dengan bahan yang digunakan. Setiap bahan membutuhkan penyelesaian akhir relief yang
berbeda-beda. Penyelesaian akhir relief dari bahan plastisin atau polymer clay
cukup dihaluskan dengan tangan; relief dari tanah liat perlu dibakar; relief dari kayu perlu diwarna; dan relief dari batu perlu dihaluskan dengan kertas ampelas.
Menurut Herawati dan Iriaji 1999: 142, penilaian sebaiknya tetap ditekankan pada dua obyek penilaian yaitu penilaian segi proses kerja dan
penilaian segi hasil akhir. Guru hendaknya tidak member nilai hanya dari segi kualitas hasil akhir, tetapi juga penilaian yang didasarkan atas kesungguhan,
disiplin, usaha dan originalitas karya.
2.1.10 Pengertian Media