Kriteria pengembangan unit penangkapan ikan

78 memenuhi segala aspek yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu aspek biologi, aspek ramah lingkungan, aspek berkelanjutan dan aspek kelayakan investasi. Jaring insang tetap untuk dibeberapa daerah di pantai Laut Jawa dan daerah lainnya masih digunakan dan terus dikembangkan. Hal ini tentu saja dipengaruhi situasi dan kondisi suatu daerah. Kebiasaan nelayan dalam menggunakan alat tangkap dan hasil analisis aspek bilogi, berkelanjutan, ramah lingkungan dan aspek kelayakan investasi yang dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan merupakan alasan mengapa jaring insang tetap tidak direkomendasikan untuk dikembangkan.

5. 2 Strategi Pengembangan Unit Penangkapan Ikan

Penentuan prioritas pengembangan dilakukan dengan tiga tahap analisis terstruktur, yaitu 1 analisis kepentingan enam kriteria pengembangan; 2 analisis kepentingan enam pembatas limit factor pengembangan yang perlu diperhatikan untuk setiap kriteria pengembangan; dan 3 analisis kepentingan tujuh unit penangkapan ikan yang menjadi opsi pengembangan. Untuk mengakomodir harapan semua stakeholders, maka data yang diinput dalam program AHP merupakan pendapattanggapan perwakilan semua stakeholders yang terkait dengan kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan dan dikumpulkan melalui kuesioner. Stakeholders tersebut terdiri dari nelayan, pengusaha perikanan tangkap juragan, pedagangpengolah hasil perikanan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Pengelola TPIPPI, dan konsumenmasyarakat umum.

5.2.1 Kriteria pengembangan unit penangkapan ikan

Berdasarkan hasil analisis AHP, rasio kepentingan kriteria menguntungkan UNTNG merupakan faktor yang dominan. Hal ini menggambarkan bahwa pengembangan unit penangkapan ikan di Kabupaten Lampung Selatan perlu memberikan perhatian utama pada kegiatan penangkapan yang menguntungkan. Tanggapan stakeholders dapat dimaklumi, mengingat mungkin selama ini hasil yang diperoleh belum memberikan keuntungan bagi pihak yang terkait dengan perikanan tangkap, terutama para nelayan. Perbandingan rasio kepentingan enam kriteria yang diperbandingkan dalam upaya pengembangan unit penangkapan ikan di Kabupaten Lampung Selatan inconsistency 0,04, dapat dilihat pada Gambar 12. Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 79 Kriteria investasi rendah INVEST merupakan kriteria urutan kedua dalam upaya pengembangan unit penangkapan ikan yang ditandai dengan rasio kepentingan 0,349 pada inconstensy terpercaya 0,04. Investasi yang rendah perlu diperhitungkan dalam kegiatan penangkapan ikan, diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku perikanan tangkap khususnya nelayan tradisional yang dominan di Kabupaten Lampung Selatan. Kriteria yang mempunyai rasio kepentingan urutan ketiga adalah penggunaan bahan bakar minyak rendah BBM dengan rasio kepentingan sebesar 0,102 pada inconstensy terpercaya 0,04. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa penggunaan BBM menjadi perhatian yang besar dalam usaha penangkapan ikan di Kabupaten Lampung Selatan. Kriteria teknologi ramah lingkungan RALING dengan rasio kepentingan sebesar 0,086 pada inconstensy terpercaya 0,04 karena penggunaan teknologi ramah lingkungan akan memberikan dampak positif dalam kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan di masa mendatang. Kriteria tangkapan tidak melebihi TAC TAC dan kriteria hukum HKUM merupakan kriteria dengan rasio kepentingan yang kecil, yaitu masing-masing 0,040 dan 0,35 pada inconsistency terpercaya 0,04. Sumberdaya ikan lestari tetap diberi prioritas penting karena merupakan penyebab adanya kegiatan perikanan tangkap. Kriteria tangkapan tidak melebihi TAC TAC dan hukam HKUM belum mendapat prioritas penting dalam pengembangan unit penangkapan ikan dapat disebabkan aturan atau mekanisme pengelolaan Pemerintah Daerah yang belum berorientasi pada bagaimana membatasi jumlah tangkapan ikan atau jenis ikan yang dibatasi penangkapannya. Usaha perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan belum seramai di Jawa. Kriteria hukum juga belum mendapat prioritas penting, karena usaha perikanan tangkap di Kabupaten Lampung Selatan belum sekompleks seperti usaha perikanan tangkap di Jawa, hal ini ditandai dengan produk hukum yang relatif sedikit yang dibuat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan. 5.2.2 Kriteria pembatas pengembangan unit penangkapan ikan Berdasarkan hasil analisis AHP tersebut, terlihat bahwa pembatas ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil SDM mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu 0,298 pada inconsistency terpercaya 0,07. Hal ini karena manusia merupakan pemanfaat sumberdaya perikanan. Bila sumberdaya Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 80 manusia baik dan terampil maka kelestarian sumberdaya ikan akan selalu terpelihara. Apabila sumberdaya manusia kurang baik dan selalu ada tindakan destruktif dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan, maka kelestarian sumberdaya ikan tersebut tidak dapat dijamin Hermawan et al., 2006. Kondisi perairan PRAIRN merupakan pembatas berkepentingan urutan kedua rasio kepentingan = 0,262 pada inconsistency terpercaya 0,07. Meskipun kondisi perairan tidak sebesar perilaku manusia dalam mempengaruhi kelestarian sumberdaya ikan, tetapi kondisi perairan berperan setiap saat dalam mempertahankan keberadaan ikan di suatu fishing ground. Faktor manusia dan kondisi perairan menjadi penentu utama kelestarian sumberdaya ikan, dan inilah menginspirasi semua stakholders terkait di perairan Kabupaten Lampung Selatan memberikan nilai tinggi terhadap kedua pembatas tersebut rasio kepentingannya tidak berbeda jauh. Pembatas kualitas ikan KUKAN mempunayi rasio kepentingan 0,197 pada inconsistency terpercaya 0,07 urutan ketiga. Terkait dengan kelestarian sumberdaya ikan, kualitas ikan mendapat perhatian dalam penangkapan ikan selain terkait dengan kelestarian ikan itu sendiri. Hal ini penting agar kerusakan lingkungan akibat unit penangkapan yang tidak layak yang berujung pada terancam kelestarian sumberdaya ikan selalu dapat dihindari Kaleka et.al, 2007. Pembatas tidak membahayakan AMAN mempunyai rasio kepentingan pada urutan keempat. Faktor keselamatan dalam melakukan usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan di Kabupaten Lampung Selatan memang belum diperhatikan secara maksimal, karena memang usaha penangkapan masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana. Usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan masih dilakukan dengan masih memperkirakan daerah penangkapan ikan yang diperoleh secara turun-temurun. Selain itu juga faktor terjaminnyan keamanan bagi para konsumen belum mendapat perhatian yang maksimal, apakah ikan yang dikonsumsi tersebut bebas dari bahan-bahan kimia yang biasanya digunakan oleh para nelayan. Selektivitas yang tinggi SLEKTF dan dapat diterima secara sosial SOSIAL merupakan pembatas dengan rasio kepentingan rendah , yaitu masing-masing 0,049 dan 0,051 pada inconsistency terpercaya 0,07. Selektivitas yang tinggi tidak menjadi masalah serius dalam menjamin kelestarian sumberdaya ikan di Kabupaten Lampung Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer http:www.novapdf.com 81 T ingk at S ens it ivi ta s Selatan karena penangkapan ikan di Lampung Selatan masih menggunakan alat- alat yang sederhana sehingga selektivitas ikan yang diperoleh belum maksimal.

5.2.3 Sensitivitas opsi pengembangan unit penangkapan ikan terpilih