commit to user 34
Mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir itu sendiri adalah bertanya, 4 Menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang
baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik, 5 Memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas”.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana 2001: 122 mengemukakan Kekurangan metode Tanya Jawab, yaitu : 1 Pada kelas besar pertanyaan tidak
dapat disebarkan kepada seluruh peserta didik, sehingga peserta didik tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjawab maupun bertanya, 2 Peserta
didik yang tidak aktif tidak mempertahankan bahkan tidak terlibat secara mental, 3 Menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian
menjawab dan bertanya kemampuan lisan, 4 Dapat membuang waktu bila peserta didik tidak responsif terhadap pertanyaan”.
2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran Geografi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah pada Kompetensi Dasar “menganalisis hidrosfer dan dampaknya terhadap
kehidupan di muka bumi”. Materi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 158 - 214. Indikator yang harus dicapai siswa setelah mengikuti
pembelajaran ini adalah sebagai berikut : a Menjelaskan siklus hidrologi, b Menentukan jenis air tanah, c Mengklasifikasi jenis-jenis danau, d
Mendeskripsikan manfaat rawa, e Mengklasifikasi ciri sungai dan jenis pola aliran sungai, f Menganalisis faktor penyebab kerusakan, serta upaya
pelestarian Daerah Aliran Sungai, g Menjelaskan perbedaan pesisir dan pantai, h Mengklasifikasi jenis-jenis laut, i Mengidentifikasi morfologi laut, j
Menjelaskan gerakan air laut, k Mengidentifikasi kualitas air laut di Indonesia, m Menjelaskan manfaat perairan laut.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana 2008: 22 adalah “Kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”
commit to user 35
dan menurut Hasibuan dan Moedjiono 1988: 3-4 “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.”
Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, maupun
ketrampilan motorik dan di sekolah, hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Sukmadinata, 2003:
102. Masidjo 1995: 25 mengemukakan bahwa ”Hasil belajar merupakan
hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, bisa dinyatakan
dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagian bahan pelajaran untuk mencapai
sebagian bidang hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan 2, yang isinya
merupakan sebagian dari bahan pelajaran”. Kesimpulan dari pendapat di atas, yaitu bahwa hasil belajar adalah hasil
yang menunjukkan penguasaan siswa akan materi pelajaran yang ditempuhnya. Hasil belajar siswa tidak akan tampak jika siswa belum melakukan suatu usaha
yang diperoleh melalui aktivitas belajar. Belajar memegang peranan yang sangat penting dalam proses
pengajaran. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas yaitu
mengalami. Belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dan
mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, para ahli berusaha menjelaskan pengertian belajar menurut sudut pandang yang berbeda-beda, walaupun
demikian terdapat juga persamaan dalam definisi-definisi tersebut. Lester D Crow dan Alice Crow dalam Roestiyah 1989: 141
mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan,
commit to user 36
pengetahuan, dan sikap”. Jadi, seseorang dikatakan belajar jika ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai ilmu pengetahuan. Belajar dalam
hal ini merupakan suatu proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal
yang perlu kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama pengalaman belajar itu berlangsung.
Burton dalam Aunurrahman 2009: 35 menyebutkan bahwa “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.
Sukmadinata 2003: 155-156 mengemukakan beberapa definisi belajar dari para ahli, antara lain :
Witherington 1952: 165: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang
baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Hilgard 1962: 252: “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu
situasi”. Di Vesta and Thompson 1970: 112: “Belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Wragg dalam Aunurrahman 2009: 36 mengemukakan bahwa “Terdapat ciri umum dalam kegiatan belajar, yaitu: 1 Belajar menunjukkan
suatu aktifitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, 2 Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungannya dalam hal
ini dapat berupa manusia atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang pernah
diperoleh atau ditemukan sebelumnya, akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi. 3
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”. Jadi, kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat di atas
yaitu, bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku, baik melalui latihan dan pengalaman yang
commit to user 37
menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Hasil belajar siswa diukur melalui tes sehingga dapat ketahui keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Rakhmat dan Didi
Suherdi 2001: 56 “Tes hasil belajar adalah alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa”.
Tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan
secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai. Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang
dilaporkan oleh suatu tes hasil belajar, dengan demikian fungsi utama tes hasil belajar adalah mengukur keberhasilan belajar siswa dan sekaligus pula
mengukur keberhasilan guru dalam mengajar suatu mata pelajaran. Masidjo,1995: 39-40.
Sudijono 2005: 67 menyatakan bahwa “Tes dalam dunia evaluasi pendidikan adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu
ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaan -
pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran
tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee”.
Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana 2008: 22 ”Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan baik tujuan kurikuler maupun
tujuan instruksional pengklasifikasian hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan rahah psikomotorik”.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesia dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
commit to user 38
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau refleksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilam dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yaitu : a gerak reflek, b
keterampilan gerakan dasar, c kemampuan perseptual, d keharmonisan atau ketepatan, e gerakan keterampilam kompleks, dan f gerakan ekspresif dan
interpretatif . Ketiga ranah tersebut menjadi aspek penilain hasil belajar. Di antara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis :
Nuswantoro 2008 melakukan penelitian tentang “Efektivitas Metode Pembelajaran Student Teams Achievement and Division, Group Investigation,
Ceramah Tanya Jawab terhadap Prestasi Belajar IPS Geografi Siswa SMP Negeri I Cepogo Boyolali Tahun Ajaran 20082009”. Penelitian menggunakan
metode penelitian eksperimen dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali tahun ajaran 20082009. Sampel yang
terpilih adalah kelas VIIA, B, dan C. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dengan jenis tes obyektif. Teknik analisis data dengan menggunakan
anava 1 jalan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan : 1 Terdapat perbedaan yang signifikan antara metode pembelajaran STAD, metode pembelajaran GI
dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar IPS Geografi siswa kelas VII SMP Negeri I Cepogo Boyolali dengan harga F
obs
F
tab F0,05;2: 111
yaitu 50,406 3,08 ; 2 Penggunaan metode Gi lebih efektif dari pada metode STAD dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi belajar
siswa kelas VII SMP N I Cepogo Boyolali dengan harga F
obs
= 9,55 F
tab F0,05;1: 74
= 3,94; 3 Penggunaan metode STAD lebih efektif dari metode Ceramah Tanya Jawab dalam pembelajaran IPS Geografi terhadap prestasi