EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009 2010

(1)

commit to user EFEKTIVITAS METO

HASIL BELAJAR G MENGANALIS TERHADAP K

KELAS T

In

FAKULTAS KEG UNIVE

i

TODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT P R GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR LISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA P KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA

S X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi Disusun Oleh :

Innastiti Listalining Rahayu K 5405023

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

PADA AR


(2)

commit to user

ii

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR

MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA

KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :

Innastiti Listalining Rahayu K 5405023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STAD DAN TGT PADA HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Februari 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran TGT pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran TGT dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil dengan teknik sampling acak sederhana. Sampel yang terpilih adalah Kelas X-1, Kelas X-3, dan Kelas X-5. Teknik pengumpulan data hasil belajar siswa menggunakan teknik tes dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran STAD, TGT, dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (2) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (3) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, (4) Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

Innastiti Listalining Rahayu, K5405023. “THE EFFECTIVENESS OF STAD AND TGT LEARNING METHOD AGAINST GEOGRAPHIC LEARNING RESULT ON BASIC COMPETENCY OF HYDROSPHERE ANALYSING AND IMPACT TO THE LIFE IN THE EARTH FOR CLASS X STUDENTS AT STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR OF 2009/2010”. Thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. February 2011.

The aims of this research was to know : (1) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method, TGT, and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) The difference of Geographic learning result between using STAD learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) The difference of Geographic learning result between using TGT learning method and Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta.

This research used an experimental research method. The population was all student of Class X at State Senior High School 2 Surakarta in academic year of 2009/2010. Sampels were taken by simple random sampling technique. The selected samples were Class X-1, Class X-3, and Class X-5. Data collection techniques of the students result learning used test technique s in the form of multiple choice objective test. The data was analysed by Covarian Analyse (Ancova).

The result of this research showed : (1) There were difference in Geographic learning result between using STAD learning method, TGT learning method, and Lecture Question Answer learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (2) Geographic learning result with tht STAD learning method was as effective as TGT learning method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (3) Geographic learning result with STAD learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta. (4) Geographic learning result with TGT learning method was more effective than Lecture Question Answer method on basic competent of hydrosphere analysing and impact to the life in the earth for Class X students at State Senior High School 2 Surakarta.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu

yang tidak difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau tidak ada perhatian

untuknya.

(Sayidina Ali Karamallahu Wajhah)

Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup.

(Anonymous)

"Di tiap jengkal kehidupan, sang hujan memang harus tercurahkan.

Kadang hari-hari memang harus dilalui dalam selingkup awan kelabu dan kedukaan,

tetapi jangan menjadi pohon kaku yang mudah patah.

Jadilah bambu yang mampu bertahan, melengkung melawan terpaan angin.

(Anonymous)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya; hidup di tepi jalan dan dilempari

orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Sebentuk karya kecil ini dipersembahkan kepada :

Bapak & mama tercinta, orang tua terhebatku,

Terima kasih tak terkira atas do’a dan kesabarannya yang tiada bertepi.

Malaikatku...Abdi Eka Wicaksono.

Mas Harso.

Bang Edy Wibowo,beribu terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

Sahabat terbaik sepanjang masa...Geografi Brotherhood ’05,

Terima kasih atas persaudaraan hangat yang tercipta...

Almamater yang kubanggakan.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Pembelajaran STAD dan TGT pada Hasil Belajar Geografi pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan Geografi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Selain karena kemudahan yang telah diberikan oleh-Nya, keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberikan ijin dan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, khususnya dalam penyususan skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

3. Drs. Partoso Hadi, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin, dukungan, serta petunjuk bagi penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

4. Setya Nugraha, S.Si, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah begitu sabar memberikan motivasi, saran, dan pembelajaran hidup yang tidak mungkin akan penulis lupakan selamanya. Semoga penulis mampu meneladani beliau.


(10)

commit to user

x

5. Drs. Sugiyanto, M.Si, M.Si, selaku pembimbing pertama yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Dr. Sarwono, M.Pd, selaku pembimbing kedua yang telah begitu sabar memberikan bimbingan, motivasi, arahan, saran, petunjuk, dan dukungan bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

7. Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang begitu sabar telah memberikan pengarahan maupun motivasi kepada penulis selama belajar di UNS.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNS yang telah memberi limpahan ilmu selama penulis belajar di UNS.

9. Drs. Sukardjo, MA, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 10. Agus Sugiarto, S.Pd, selaku Guru Geografi SMA Negeri 2 Surakarta atas

beribu bantuan, arahan dan masukannya selama pengambilan data.

11. Siswa – siswi SMA Negeri 2 Surakarta atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data.

12. Petugas Perpustakaan Prodi Pendidikan Geografi, Perpustakaan FKIP UNS, Perpustakaan Pusat UNS, terima kasih atas segala bantuan yang diberikan. 13. Keluarga kecilku di Solo : Arum Wulandhanie, Monik Arumi, Nova

Prahastowati, Rahmi Alfiyanti NK, Widi Astuti, Oktaviyani Dwi Lestari, terima kasih tak terkira atas segala warna dan kenangan indah yang tak terlupakan.

14. Kakak – kakak dan adik-adik Geografi angkatan 2003, 2004, 2006, 2007, dan 2008. Terima kasih atas indahnya kebersamaan dan besarnya segala bantuan yang diberikan. Semoga Allah swt selalu memberikan kemudahan kepada kalian.

15. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu kelancaran penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis


(11)

commit to user

xi

sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Geografi.

Surakarta, Februari 2011


(12)

commit to user

xii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN... iii

PENGESAHAN……… iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR PETA………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I. PENDAHULUAN... ... 1

A. Latar Belakang Masalah... ... 1

B. Identifikasi Masalah... ... 6

C. Pembatasan Masalah... ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... ... 8

F. Manfaat Penelitian... ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI... ... 10

A. Tinjauan Pustaka... 10

1. Metode Pembelajaran... 10

2. Materi Pembelajaran ... 34

3. Hasil Belajar ... 34

B. Penelitian yang Relevan ... ... 38

C. Kerangka Pemikiran ... 43


(13)

commit to user

xiii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 47

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 47

1. Tempat Penelitian... 47

2. Waktu Penelitian... 47

B. Populasi dan Sampel... 47

C. Teknik Pengumpulan Data... 48

1. Variabel Penelitian... 48

2. Teknik Pengumpulan Data... 49

3. Instrumen Penelitian... 50

D. Rancangan Penelitian... 58

E. Teknik Analisis Data... 60

1. Uji Prasyarat Analisis... 60

2. Pengujian Hipotesis... 60

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 64

A. Deskripsi Lokasi………... 64

B. Pembelajaran dengan Metode STAD……… 69

C. Pembelajaran dengan Metode TGT……… 81

D. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Tanya Jawab………… 94

E. Hasil Penelitian ………... 106

1. Deskripsi Data………. 106

2. Analisis Hasil Penelitian………. 111

F. Pembahasan Hasil Penelitian... 117

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN……… 125

A. Kesimpulan………... 125

B. Implikasi……… 125

1. Implikasi Teoritis………. 126

2. Implikasi Praktis……….. 126

C. Saran……….. 127

DAFTAR PUSTAKA... ... 128


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual………. 20

Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian yang Relevan……….. 40

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……… 47

Tabel 3.2 Kisi – kisi Soal Instrumen Penelitian……… 51

Tabel 3.3 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Pretest……….. 52

Tabel 3.4 Ringkasan Hasil Uji Validitas Item Soal Posttest ………53

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Pretest……….. 54

Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Item Soal Posttest………. 54

Tabel 3.7 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Pretest……… 55

Tabel 3.8 Ringkasan Hasil Uji Daya Pembeda Item Soal Posttest………….. 56

Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Pretes………….... 57

Tabel 3.10 Ringkasan Hasil Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest………….. 57

Tabel 3.11 Rancangan Penelitian………... 59

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMA Negeri 2 Surakarta……….. 65

Tabel 4.2 Rancangan Pembelajaran Kelompok STAD……… 69

Tabel 4.3 Rancangan Pembelajaran Kelompok TGT……… 82

Tabel 4.4 Rancangan Pembelajaran Kelompok Ceramah Tanya Jawab………. 94

Tabel 4.5 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok STAD... 107

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok STAD.. 107

Tabel 4.7 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok TGT... 108

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok TGT... 108

Tabel 4.9 Data Statistik Pretest dan Posttest Kelompok Ceramah Tanya Jawab... 109

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest dan Posttest Kelompok CTJ... 110

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas... 111

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Pretest……….112

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Posttest………112


(15)

commit to user

xv

Tabel 4.15 Rangkuman Jumlah dan Rata-rata Hitung………114 Tabel 4.16 Rangkuman Keputusan Uji……….. 114


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ……… 21

Gambar 2.2 Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT... 25

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran... 45

Gambar 4.1 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok STAD... 107

Gambar 4.2 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok TGT ………… 109

Gambar 4.3 Histogram nilai pretest dan posttest kelompok Ceramah Tanya Jawab………. 110

Gambar 6.1 Siklus Hidrologi Kecil……….. 208

Gambar 6.2 Siklus Hidrologi Sedang……….. 208

Gambar 6.3 Siklus Hidrologi Panjang………. 209

Gambar 6.4 Proses Evaporasi……….. 210

Gambar 6.5 Proses Transpirasi………. 211

Gambar 6.6 Evapotranspirasi……… 212

Gambar 6.7 Kondensasi……… 212

Gambar 6.8 Tiupan Angin Kencang……… 213

Gambar 6.9 Awan……….... 214

Gambar 6.10 Hujan Konvektif………. 216

Gambar 6.11 Hujan Frontal……… 216

Gambar 6.12 Hujan Orografik……… 217

Gambar 6.13 Infiltrasi……… 218

Gambar 6.14 Run off ……….. 218

Gambar 6.15 Perkolasi……… 219

Gambar 6.16 Puncak Kubah yang Tererosi………. 220

Gambar 6.17 Puncak Antiklinal yang Tererosi……… 221

Gambar 6.18 Dataran Pesisir………... 221

Gambar 6.19 Pola Aliran Dendritik……… 222

Gambar 6.20 Kenampakan Sungai Berpola Dendritik………... 222

Gambar 6.21 Pola Aliran Trellis………. 223


(17)

commit to user

xvii

Gambar 6.23 Pola Aliran Radial Sentrifugal………. 224

Gambar 6.24 Gunung Merapi………. 224

Gambar 6.25 Pola Aliran Radial Sentripetal……….. 224

Gambar 6.26 Danau Singkarak……… 225

Gambar 6.27 Pola Aliran Anullar……….. 225

Gambar 6.28 Kenampakan Sebuah Dome di Manicouagan, Kanada……… 225

Gambar 6.29 Pola Aliran Rectangular……….. 226

Gambar 6.30 Sungai Luk Ulo, Kebumen……….. 226

Gambar 6.31 Sungai Influent………. 227

Gambar 6.32 Sungai Effluent………. 227

Gambar 6.33 Sungai Intermitten……… 228

Gambar 6.34 Meander Sungai………... 228

Gambar 6.35 Delta Sungai Nil……….. 229

Gambar 6.36 Danau Great Salt………. 230

Gambar 6.37 Danau Laut Tawar……….. 231

Gambar 6.38 Danau Obruk Gol……… 231

Gambar 6.39 Danau Lembah Gletser……… 232

Gambar 6.40 Danau Vulkanik………... 232

Gambar 6.41 Danau Karst……….. 233

Gambar 6.42 Waduk Gajahmungkur……….. 234

Gambar 6.43 Proses Terbentuknya Danau Tapal Kuda………. 234

Gambar 6.44 Danau Tapal Kuda……… 235

Gambar 6.45 Rawa yang Airnya Selalu Tergenang……… 236

Gambar 6.46 Ekositem Rawa yang Airnya Tidak Selalu Tergenang………. 236

Gambar 6.47 Rawa Gambut………... 237

Gambar 6.48 Rawa Air Tawar……… 238

Gambar 6.49 Daerah Aliran Sungai……… 239

Gambar 6.50 Penampang Daerah Aliran Sungai……… 240

Gambar 6.51 DAS Bulu Radial... 241

Gambar 6.52 DAS Berbentuk Paralel... 242


(18)

commit to user

xviii

Gambar 6.54 Groundwater………. 243

Gambar 6.55 Air Tanah……… 243

Gambar 6.56 Banjir... 244

Gambar 6.57 Shore………. 246

Gambar 6.58 Apungan Tepi Laut Membentuk Bura (Spit) pada Teluk……. 247

Gambar 6.59 Tombolo……… 247

Gambar 6.60 Permukiman di Timur Cilacap……….. 248

Gambar 6.61 Batas-batas Fisik Wilayah Pesisir……….. 249

Gambar 6.62 Klasifikasi Laut Berdasarkan Zonasinya……….. 249

Gambar 6.63 Laut Pertengahan di Indonesia………. 250

Gambar 6.64 Laut Hitam……… 250

Gambar 6.65 Laut Jepang……… 251

Gambar 6.66 Laut Arafuru……….. 251

Gambar 6.67 Palung Mariana……….. 252

Gambar 6.68 Pantai Utara Jawa……….. 252

Gambar 6.69 ZEE dan Zona Laut Territorial Indonesia……… 253

Gambar 6.70 Relief Dasar Laut……….. 255

Gambar 6.71 Gelombang Laut……… 257

Gambar 6.72 Apabila Gelombang Laut Mengenai Dasar Laut yang Dangkal, Terjadilah Empasan Gelombang……….. 258

Gambar 6.73 Swash dan Back Wash……… 258

Gambar 6.74 Apungan Arus Membujur Tepi Laut………. 259

Gambar 6.75 Biasan Gelombang Sepanjang Pantai Berteluk………. 260

Gambar 6.76 Biasan Gelombang pada Garis Tepi Laut yang Lurus……….. 260


(19)

commit to user

xix

DAFTAR PETA

halaman Peta 1 Citra Lokasi SMA negeri 2 Surakarta Tahun 2010 ... …. 67 Peta 2 Lokasi SMA Negeri 2 Surakarta Tahun 2010……… 68


(20)

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Silabus ... 131

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen .. 134

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen 2..158

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 184

Lampiran 5 Materi dan Media Pembelajaran Hidrosfer Kelas X SMA .... 207

Lampiran 6 Kisi – kisi Soal Pretest ... 264

Lampiran 7 Soal Pretest ... 265

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Pretest ... 272

Lampiran 9 Kisi – kisi Soal Posttest ... 273

Lampiran 10 Soal Posttest ... 274

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 282

Lampiran 12 Lembar Jawaban ... 283

Lampiran 13 Soal Kuis ... 284

Lampiran 14 Kunci Jawaban Soal Kuis ... 293

Lampiran 15 Soal Diskusi ... 294

Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal Diskusi ... 299

Lampiran 17 Aturan Permainan Roda Impian ... 306

Lampiran 18 Soal Permainan Roda Impian ... 307

Lampiran 19 Kunci Jawaban Soal Permainan Roda Impian... 316

Lampiran 20 Daftar Nilai Individu Kelas STAD ... 326

Lampiran 21 Daftar Nilai Kelompok Kelas STAD……….. 327

Lampiran 22 Daftar Nilai Individu Kelas TGT ... 330

Lampiran 23 Daftar Nilai Kelompok Kelas TGT ... 331

Lampiran 24 Daftar Nilai Individu Kelas CTJ ... 333

Lampiran 25 Uji Validitas Item Soal Pretest Tahap I ... 334

Lampiran 26 Uji Validitas Item Soal Posttest Tahap I ... 336

Lampiran 27 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat Kesukaran Item Soal Pretest ... 338


(21)

commit to user

xxi

Lampiran 28 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat

Kesukaran Item Soal Posttest……… 340

Lampiran 29 Contoh Perhitungan Validitas, Reliabilitas, Daya pembeda, dan Tingkat Kesukaran Item Soal Posttest ... 342

Lampiran 30 Data Induk Penelitian ... 350

Lampiran 31 Uji Normalitas ... 351

Lampiran 32 Uji Homogenitas Varians Pretest antara Kelompok TGT, Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ... 357

Lampiran 33 Uji Homogenitas Varians Posttest antara Kelompok TGT, Kelompok STAD dan Kelompok Kontrol ... 360

Lampiran 34 Tabel Kerja Perhitungan Analisis Kovarian ... 363

Lampiran 35 Uji Hipotesis dengan Analisis Kovarian ... 364

Lampiran 36 Uji Lanjut Pasca Analisis Kovarian ... 369

Lampiran 37 Daftar Kelompok ... 372

Lampiran 38 Lembar Skor Kuis STAD ... 374

Lampiran 39 Lembar Rangkuman Tim STAD ... 376

Lampiran 40 Skor Individu dalam Turnamen TGT ... 379

Lampiran 41 Rekap Poin Kelompok TGT ... 381

Lampiran 42 Daftar Kehadiran Siswa ... 384

Lampiran 43 Contoh Perhitungan Nilai Tes……… 387


(22)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Opini yang berkembang dalam dunia pendidikan kita saat ini, yaitu berkenaan dengan peningkatan mutu pendidikan, baik pada lingkup pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Salah satunya adalah dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat mengantisipasi dan memberikan solusi terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan utama KTSP adalah memandirikan dan memberdayakan sekolah dalam pengembangan kompetensi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan lingkungan. KTSP memberi peluang bagi kepala sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas, dan profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian, pada KTSP ini guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memilih serta mengembangkan metode dan media pembelajaran yang akan diberikan di sekolah. Metode dan media yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus dapat memilih metode pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya karena merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan metode mengajar yang bervariasi dan efektif merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus sebagai indikator peningkatan kualitas pendidikan.


(23)

commit to user

Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta termasuk dalam salah satu mata pelajaran yang kurang diminati oleh sebagian besar siswa karena bersifat hafalan. Pelajaran Geografi acap kali dianggap membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep pada materi tersebut. Proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial yang merupakan esensi penting dalam pembelajaran geografi. Hal tersebut membuat siswa menjadi pasif, memiliki kecakapan spasial yang rendah, kurang merangsang siswa untuk belajar mandiri, serta tidak mampu melejitkan potensi dan kemampuan yang ada pada diri mereka. Metode ini kurang tepat dan efektif untuk diterapkan dalam pengembangan KTSP karena disini guru hanya memberi penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan, sehingga tujuan yang ditetapkan tidak tercapai secara optimal. Ketepatan dalam menggunakan metode mengajar yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajar yang digunakan tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya.

Faktor permasalahan yang tidak kalah penting adalah kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang telah disediakan pihak SMA Negeri 2 Surakarta. Media ini sangat penting dalam menunjang penanaman kecakapan berpikir spasial siswa dalam pembelajaran geografi. Seharusnya dengan memanfaatkan fasilitas tersebut dan ditunjang dengan metode pembelajaran yang tepat, guru mampu mengemas materi geografi ke dalam sebuah proses pembelajaran yang menarik dan mampu meningkatkan motivasi serta minat siswa, sehingga berpengaruh positif terhadap kecakapan berpikir spasial dan hasil belajar siswa.

Esensi geografi yang memandang obyek dan fenomena secara spasial mengharuskan guru untuk menguasai materi pembelajaran dari sudut pandang spasial pula. Maksudnya adalah guru geografi diharapkan memiliki intelegensi


(24)

commit to user

spasial yang diimplementasikan dalam ketrampilan spasial. Intelegensi spasial inilah yang ikut memberikan saham kepada pengembangan kemampuan berfikir peserta didik. (http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id).

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut diharapkan para guru di sekolah tersebut mampu menyajikan materi-materi Geografi dengan lebih menarik, kreatif, inovatif serta mampu menumbuhkan motivasi siswa untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran seoptimal mungkin sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.Dengan adanya media, bahan belajar yang abstrak dapat dikongkritkan, bahan belajar yang tidak menarik manjadi lebih menarik.

Berdasarkan kenyataan di atas, sistem pembelajaran khususnya di SMA Negeri 2 Surakarta harus diubah menuju suatu kreativitas pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep secara maksimal sesuai dengan KTSP. Hal tersebut karena pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar, tidak hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke murid, sebab keduanya kini bersama-sama dalam suasana dialogis menjawab pertanyaan dunia sekelilingnya. Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut di atas, diperlukan suatu tindakan pada materi pembelajaran yang bersangkutan, yaitu pemanfaatan media pembelajaran, strategi, pendekatan, metode atau cara untuk memperoleh hasil yang efektif. Metode mengajar yang baik adalah metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana dan prasarana yang tersedia serta tujuan pengajarannya. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya kritis dalam menentukan metode mengajar yang efektif untuk digunakan pada pokok bahasan tertentu. Di SMA Negeri 2 Surakarta, siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid, sehingga pembelajaran pun menjadi kurang efektif dan siswa kurang aktif. Untuk itu, diperlukan sebuah revolusi dalam pengajaran di kelas menuju sebuah proses


(25)

commit to user

pembelajaran yang efektif, salah satunya yaitu melalui pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2005: 4). Di dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, membantu teman, dan meningkatkan rasa harga diri. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran, sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, juga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Student Team-Acheivement Division (STAD) dan Teams Games-Tournament (TGT) merupakan dua jenis metode di antara sekian banyak metode dalam cooperative learning. STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD terdiri atas lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim (kelompok), kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143). TGT secara umum hampir sama dengan STAD, satu-satunya perbedaan antara keduanya adalah STAD menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pelajaran, sementara TGT menggunakan game-game akademik. Sistem permainan dalam TGT yang dipakai pada penelitian ini adalah Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan merupakan cara belajar anak yang efektif, sebab anak akan bertambah pengetahuan dan pengalamannya. Melalui bermain, anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, dan fisik (Andang Ismail, 2006: 23). Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar Geografi serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana


(26)

commit to user

kerja sama sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan bermain, anak secara tidak langsung akan mengikuti peraturan, tata tertib, dan disiplin yang tinggi.

Kompetensi dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” merupakan salah satu materi yang disuguhkan pada pelajaran Geografi. Materi ini diberikan sebagai materi terakhir Geografi di kelas X. Materi ini dipilih dalam penelitian karena materi ini membutuhkan daya hafalan dan pemahaman yang cukup tinggi mengenai materi siklus hidrologi, jenis-jenis perairan darat, dan perairan laut. Selain itu, materi ini mempunyai peranan yang penting, dimana materi ini saling berkaitan dengan materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya dari awal semester, sehingga diharapkan siswa akan mampu mengaitkan materi Hidrosfer dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Penelitian Snider (1986) yang dilakukan pada siswa Grade – 9 untuk mata pelajaran Geografi di Amerika menemukan, bahwa penggunaan model cooperative learning sangat mendorong peningkatan prestasi belajar siswa dengan perbedaan hamper 25% dengan kemajuan yang dicapai oleh siswa yang diajar dengan menggunakan system kompetisi. (Solihatin dan Raharjo, 2007 : 13).

Metode pembelajaran STAD dan TGT sangat cocok digunakan untuk materi yang sarat akan konsep – konsep, sehingga materi pada kompetensi dasar ini sesuai dengan karakteristik pada metode pembelajaran tersebut. Dengan melakukan diskusi, siswa dapat bertukar pikiran dan saling membantu satu sama lainnya mengenai konsep materi yang dianggap sulit. Dengan metode ini semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk menyumbangkan yang terbaik untuk kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok dituntut untuk benar - benar memahami materi yang dipelajari. Metode TGT dan STAD menuntut siswa untuk berdiskusi dengan sungguh-sungguh, tidak hanya mengandalkan pada siswa yang pandai karena mereka akan mengahadapi kuis dan kompetisi pada saat permainan. Penggunaan metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan permainan pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi ini diharapkan efektif dalam meningkatkan


(27)

commit to user

motivasi, minat, dan keaktifan, sehingga berimbas positif terhadap hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk mengadakan suatu penelitian yang akan menguraikan efektivitas metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Teams Games-Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Geografi merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep-konsep pada materi tersebut yang bersifat hafalan

2. Kurang tepat dan efektifnya metode pembelajaran yang disampaikan guru karena proses pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru (teacher centre), transfer pengetahuan maupun pola interaksi hanya berlangsung satu arah, dan guru kurang membekali siswa dengan kecakapan berpikir spasial

3. Siswa cenderung belajar sendiri (perseorangan) sebagai akibat proses pembelajaran yang berlangsung satu arah antara guru dan murid

4. Mata pelajaran Geografi di SMA Negeri 2 Surakarta kurang diminati oleh sebagian besar siswa, salah satunya akibat kurangnya metode pembelajaran dalam suasana kerjasama dan permainan seperti dalam pembelajaran STAD dan TGT

5. Kurang optimalnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multimedia yang tersedia di SMA Negeri 2 Surakarta.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terfokus dan terarah, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi


(28)

commit to user

masalah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-Tournament (TGT) pada hasil belajar Geografi pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan

metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-Tournament (TGT), dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta?


(29)

commit to user E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD), Team-Games-Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode pembelajaran Team-Games-Tournament (TGT) dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar ”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya teori tentang metode pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-Tournament (TGT) yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


(30)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan gambaran kepada guru dan siswa, bahwa metode pembelajaran kooperatif Student Team-Achievement Division (STAD) dan Team-Games-Tournament (TGT) dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. b. Guru mendapat referensi baru berupa metode pembelajaran kooperatif

yang sesuai sehingga dapat membuat suasana belajar menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan. Di sisi lain dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

c. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.


(31)

commit to user

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran

Guru harus memiliki strategi di dalam proses belajar - mengajar agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus dapat menguasai teknik-teknik penyajian, atau yang biasa disebut metode pembelajaran.

Sumantri dan Johar Permana (2001: 114) mengemukakan bahwa “Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan”, dan menurut Surakhmad (1990: 96) “Metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan”.

Metode pembelajaran menurut Roestiyah (2008: 1) yaitu “Suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru (instruktur) atau dapat juga dikatakan teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik”. Metode pembelajaran dapat disebut juga metode mengajar.

Istilah pembelajaran menurut Purwadarminta dalam Gino dkk (1993: 30) sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan.

Alvin W. Howard dalam Roestiyah (1989: 16) menyatakan bahwa “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan keterampilan, tingkah laku, cita-cita, penghargaan, dan pengetahuan.

Usman (1995: 6) mengemukakan “Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan belajar-mengajar atau mengandung


(32)

commit to user

pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas, yang menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Aunurrahman (2009: 34) menjelaskan bahwa “Mengajar merupakan suatu keadaan atau suatu aktivitas untuk menciptakan suatu situasi yang mampu mendorong siswa untuk belajar”. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap, kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi sebagai pribadi baik atau positif, menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik.

Kesimpulan berdasarkan beberapa pendapat di atas, yaitu bahwa metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi pelajaran dapat dipahami dan dimengerti siswa dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Semakin baik metode itu, maka semakin efektif pula pencapaian tujuannya. Dengan memiliki pengertian secara umum mengenai sifat berbagai metode mengajar, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun mengenai kelemahan-kelemahannya, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi khusus yang dihadapinya. Metode pembelajaran dibuat sebagai suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas atau tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran, serta mengarahkan kita didalam mendesain pembelajaran.


(33)

commit to user

Margono (1995 : 8) mengemukakan bahwa agar dapat menentukan metode mengajar yang baik dan efisien, maka perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu : ”(1) Tujuan pengajaran. Berisi tentang perumusan pola tingkah laku yang berupa kemampuan, keterampilan serta sikap yang diharapkan dapat dimiliki setelah kegiatan belajar selesai. Tujuan ini sangat menentukan pemilihan metode yang tepat. Makin terperinci suatu tujuan pengajaran, maka akan semakin mudah didalam menentukan metode yang tepat untuk digunakan. (2) Materi Pelajaran. Tiap bidang studi memiliki isi serta struktur yang berbeda. Sebagai contoh materi-materi atau pokok bahasan didalam mata pelajaran IPS akan sangat berbeda dengan materi-materi serta pokok bahasan dalam pelajaran IPA. Hal ini akan memberikan corak yang khusus dengan metode pembelajaran yang digunakan. (3) Siswa. Perlu memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas, perbedaan kemampuan belajar siswa, tingkat perkembangan, perbedaan kesempatan kecepatan serta berbagai cara belajar siswa. (4) Guru. Guru hendaknya memiliki kemampuan profesional, kepribadian, serta teknik mengajar yang digunakan. (5) Fasilitas. Perlu juga untuk mempertimbangkan ketersediaan alat, media, ruangan dan penggunaan waktu yang dimiliki oleh siswa”.

Perpaduan pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan metode mana yang paling baik untuk secara optimal berpengaruh atas dan terhadap faktor-faktor tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris “efectifity” (kata sifat) yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya, dapat membawa hasil, berhasil guna). (Peter Salim dan Yani Salim, 1991: 376). Dengan demikian, efektivitas berarti ada efeknya (pengaruh, akibatnya) yang menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai atau tidaknya suatu sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan metode pembelajaran yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi


(34)

commit to user

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas metode pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar yang efektif yaitu metode mengajar yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini digunakan metode STAD dan TGT sebagai alternatif metode yang diharapkan efektif dalam melaksanakan pengajaran Geografi.

Stufflebeam (1974) dalam Tayibnafis (2000:3) mengemukakan bahwa untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan penilaian terhadap manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian terhadap manfaat atau daya guna disebut juga dengan evaluasi. Dalam menilai efektivitas suatu program, terdapat berbagai pendekatan evaluasi, salah satunya yaitu dengan pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu dengan mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program. (http://sambasalim.com/pendidikan/konsep-efektivitas-pembelajaran.html).

Selain melalui pendekatan eksperimental, Suryosubroto (1997:36) mengemukakan bahwa efektifvitas guru mengajar dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menguasai apa yang diajarkan guru itu. Adapun indikator yang dapat dilihat untuk menentukan apakah pembelajaran itu berhasil atau tidak dapat dilihat dari dua segi yaitu: a) Mengajar guru, menyangkut sejauh mana tujuan pembelajaran yang direncanakan tercapai. b) Belajar murid, mengungkapkan sejauh mana tujuan pembelajaran yang ingin tercapai melalui kegiatan belajar mengajar atau yang sering disebut dengan ketuntasan belajar dilakukan dengan tes evaluasi.

Mengacu pada pernyataan di atas, efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini diukur selain menggunakan pendekatan ketuntasan belajar


(35)

commit to user

(Kriteria Ketuntasan Minimal), juga menggunaan pendekatan eksperimen, yaitu dengan membandingkan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sebelum perlakuan diberikan, kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa, kemudian setelah itu siswa mengikuti pembelajaran pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi dengan metode pembelajaran yang berbeda. Pada kelompok kontrol, siswa diajar menggunakan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab, kelompok eksperimen 1 menggunakan metode pembelajaran STAD, dan kelompok eksperimen 2 menggunakan metode pembelajaran TGT. Setelah selesai mengikuti pembelajaran, masing-masing siswa mengikuti posttest untuk mengetahui hasil belajar siswa pada kompetensi dasar tersebut.

Hasil nilai pretest dan posttest dari kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka dapat diketahui efektivitas perlakuan metode pembelajaran tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif jika hasil belajar kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol dan nilai rata-rata pada kelompok eksperimen mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah.

a. Metode Pembelajaran Student Teams - Achievement Divisions

Lie (2004: 22) meyebutkan bahwa pada dasarnya ada tiga model pembelajaran, yaitu model kompetisi, model individual, dan model kooperatif. Di antara ketiga model pembelajaran tesebut yang sekarang sedang memasyarakat untuk diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah belajar kelompok atau belajar dalam team. Sedangkan Slavin (2008: 4) mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi


(36)

commit to user

untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. (Johnson dalam Isjoni, 2007: 15-16).

Lebih lanjut, Djahiri K dalam Isjoni (2007 : 19) menyebutkan “Cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa yang sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif, dan efisien ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive)”.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen - elemen yang saling terkait. Lie dalam Sugiyanto (2009: 40-42) mengemukakan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut : “(1) Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. (2) Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. (3) Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya


(37)

commit to user

dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual, selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. (4) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa”.

Slavin dalam Isjoni (2007: 21-22) mengemukakan tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu: “(1) Penghargaan kelompok. Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. (2) Pertanggungjawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas -tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. (3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. Pembelajaran kooperatif menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan


(38)

commit to user

peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode scoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya”.

Sugiyanto (2009: 43-44) mengemukakan adanya nilai pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah : “(1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. (2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. (3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. (4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. (5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. (6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. (8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. (9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif. (10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. (11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas”.

Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2007 : 25) mengemukakan bahwa “Kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, di samping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. (2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. (3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif”.

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa


(39)

commit to user

untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Jadi, tekanan utama metode ini adalah keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan. STAD ini merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Armstrong (2008) mengemukakan “STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as STudent Team Learning Methods. In the STAD approach students are assigned to four or five member teams reflecting a heterogeneous grouping of high, average, and low achieveing students of diverse ethnic backgrounds and different genders. Each week, the teacher introduces new material through a lecture, class discussion, or some form of a teacher presentation. Team members then collaborate on worksheets designed to expand and reinforce the material taught by the teacher”.

Ada tiga konsep dalam metode pembelajaran ini, yaitu : Pertama, penghargaan terhadap tim, hal ini dapat diperoleh jika tim berhasil memperoleh poin tertinggi dalam periode tertentu. Kedua, pertanggungjawaban individu yang mengacu pada fakta bahwa siklus tim sangat tergantung pada peran masing -masing individu pendukungnya. Untuk setiap anggota tim harus mampu dan bersedia menjadi tutor bagi rekannya agar siap menghadapi soal atau kuis yang diberikan. Ketiga, adanya kesempatan yang sama untuk sukses. Kesempatan yang sama untuk sukses berarti bahwa apa yang diberikan anggota tim merupakan perbaikan kesalahan yang pernah dibuat. Anggota yang semula mendapat nilai kuis rendah harus berusaha mencapai nilai rata - rata.

Siswa yang terlibat dalam pembelajaran STAD dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas 4-5 orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, semua siswa mengerjakan kuis mengenai


(40)

commit to user

materi secara sendiri-sendiri, saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan skor pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas. (Slavin, 2008: 11-12).

Slavin (2008: 143-146) mengemukakan bahwa metode pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Komponen yang pertama adalah presentasi kelas. Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi kelas dapat dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi dapat juga presentasi menggunakan audio visual. Prasentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian, siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

Komponen yang kedua dalam STAD adalah tim atau kelompok. Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Setelah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal ini, siswa mendiskusikan masalah atau kesulitan yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim dan membetulkan


(41)

commit to user

kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

Komponen yang ketiga dalam pembelajaran STAD adalah kuis. Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individual. Siswa tidak diperbolehkan saling membantu dalam mengerjakan kuis. Jadi, setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan.

Komponen yang keempat adalah skor kemajuan individual. Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari nilai kinerja siswa tersebut sebelumnya. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. Perhitungan skor kemajuan individual dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Skor Kemajuan Individual

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 - 1 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 Sumber : Slavin (2008 : 159)

Komponen yang kelima dalam pembelajaran STAD adalah rekognisi tim atau penghargaan tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk


(42)

commit to user

penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa.

Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe STAD ditunjukkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Sumber : Slavin (2008 : 143)

Gambar 2.1. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran STAD memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut : (1) Kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan aturan tertentu sehingga kemampuan dan perkembangan siswa dapat terpantau dan tergali dengan baik, (2) Adanya penghargaan individu maupun kelompok akan mampu memotivasi belajar siswa, baik secara individu maupun kelompok, (3) Terciptanya suasana kompetitif untuk menghasilkan yang terbaik antara siswa dalam kelompok maupun antarkelompok dalam kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih hidup, (4) Transfer atau perpindahan ilmu tidak hanya terjadi dari guru atau buku ke siswa melainkan juga terjadi antarsiswa, (5) Siswa

Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)

Kegiatan Kelompok

(belajar kelompok dan mengerjakan soal kelompok) Presentasi Kelas

(guru menyampaikan materi pelajaran)

Kuis oleh masing-masing individu

Skoring individual dan kelompok


(43)

commit to user

mendapat kemudahan dalam memahami materi, (6) Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma dalam belajar kelompok, (7) Siswa aktif membantu dan mendorong semangat siswa lain dalam kelompoknya untuk sama - sama berhasil, (8) Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya, (9) Terjadi interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: (1) Pekerjaan administratif guru menjadi lebih banyak, (2) Waktu kegiatan belajar mengajar sedikit banyak akan terkurangi, karena untuk menyusun tempat duduk kelompok, (3) Konstribusi dari siswa yang berprestasi rendah menjadi kurang, (4) Siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan, (5) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya maka siswa akan kurang dapat bekerja sama dalam memahami materi maupun penyelesaian tugas, (6) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok, (7) Apabila ada siswa yang malas maka usaha kelompok untuk mendapatkan penghargaan akan terlambat.

b. Metode Pembelajaran Team - Games - Tournament

Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward. Metode TGT merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. (Slavin, 2008:13). Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antarkelompok dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini mengandung persaingan menurut aturan - aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan. Menggunakan TGT di kelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi di antara murid-murid, yang diharapkan menghasilkan peningkatan motivasi dan prestasi jangka panjang.


(44)

commit to user

van Wyk (2010) mengemukakan bahwa “TGT uses the same teacher presentations and team work as in STAD, but replaces the quizzes with weekly tournaments, in which students play academic games with members of other teams to contribute points to their team scores. Student playthe games at three-person “tournament tables” with others with similar past records in mathematics. A “bumping” procedure keeps the games fair”. Metode pembelajaran TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, teman yang lain tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual.

Pembelajaran kooperatif dengan metode TGT ini memiliki kesamaan dengan metode STAD dalam pembentukan kelompok dan penyampaian materi tetapi menggantikan kuis dengan turnamen dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota lain untuk meyumbangkan poin bagi skor timnya. (Slavin, 2008: 13). Beberapa keuntungan dari teknik permainan dalam situasi belajar kelompok, yakni bermanfaat khususnya untuk mengajarkan aspek-aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis, dengan adanya persaingan untuk mendapatkan kemenangan maka akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi siswa, dan dengan teknik permainan ini terbentuk suatu situasi belajar yang menyenangkan yang tentu saja sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan pemahamannya.

Terdapat lima komponen dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. (Slavin, 2008 :161). Komponen pertama adalah presentasi kelas atau pengamatan langsung. Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru membagi kelompok siswa serta menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat


(45)

commit to user

untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka menjawab soal – soal pada saat kompetisi dalam permainan.

Komponen kedua dalam pembelajaran TGT adalah belajar tim. Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk dapat menjawab soal pada saat permainan dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan atau meteri lainnya. Pembelajaran tim sering melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Pada metode TGT ini, poin penting yang perlu ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

Komponen ketiga adalah permainan. Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan -pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran koopertaif metode TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah Roda Impian (Wheel of Fortune).

Komponen keempat dalam pembelajaran TGT adalah pertandingan atau turnamen. Tournament adalah sebuah struktur dimana permainan berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor


(46)

commit to user

tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian.

Komponen terakhir dalam pembelajaran TGT adalah penghargaan tim. Gunakan imajinasi, kreativitas, dan variasikan penghargaan dari waktu ke waktu. Hal yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang mereka buat daripada sekedar memberikan hadiah besar.

Adapun skema pembelajaran kooperatif tipe TGT ditunjukkan pada Gambar 2.2 berikut ini :

Sumber : Slavin (2008 : 166).

Gambar 2.2. Skema Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, meskipun proses belajar mengajar dilakukan secara berkelompok, akan tetapi prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar materi Geografi, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya.

Pembentukan kelompok secara heterogen (beranggotakan 4-6 orang)

Kegiatan Kelompok

(belajar kelompok dan diskusi kelompok) Presentasi Kelas

(guru menyampaikan materi pelajaran)

Game oleh masing-masing kelompok

Turnamen tim


(1)

commit to user

pembelajaran Ceramah Tanya Jawab terhadap prestasi belajar siswa. Hasil ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.

4. Hipotesis Keempat

Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar dengan metode TGT adalah 77,06 sedangkan nilai rata-rata posttest Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab adalah 69,17. Hal ini berarti hasil belajar geografi siswa yang diajar dengan metode TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab. Setelah dilakukan uji lanjut pasca Anakova menggunakan BRS dapat diketahui bahwa beda rata-rata (gainscore) antara A1

(metode pembelajaran TGT) dan A3 (metode pembelajaran Ceramah Tanya

Jawab), yaitu 7,32 adalah lebih besar dibandingkan harga BRS (yaitu 4,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan kelompok Ceramah Tanya Jawab menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Kesimpulannya, hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Dari kesimpulan tersebut dapat diinterpretasikan bahwa metode pembelajaran TGT lebih efektif daripada metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan metode TGT dalam meningkatkan hasil belajar siswa tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-rata posttest siswa yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00 sedangkan nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab belum memenuhi KKM (di bawah standar KKM). Hal ini berarti sejalani dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil belajar Geografi dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.


(2)

commit to user

123 Metode pembelajaran TGT memiliki kelebihan, dimana metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih mengaktualisasikan diri, sehingga siswa merasa lebih dihargai. Terlebih, dengan sistem turnamen, siswa menjadi termotivasi untuk memenangkan setiap turnamen. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam metode pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Selain itu, metode ini mampu meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan, sehingga mendorong siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Pertandingan atau turnamen membuat siswa lebih bersemangat untuk belajar Geografi, karena adanya persaingan antarkelompok membuat mereka termotivasi untuk memenangkan pertandingan, sehingga setiap siswa akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempelajari materi yang disampaikan pada saat proses belajar - mengajar berlangsung. Dalam permainan Roda Impian tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi hidrosfer seutuhnya. Agar dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama pada saat belajar tim karena kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran merupakan modal untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas, siswa dapat menjawab pertanyaan dengan mudah. Hal inilah yang secara tidak langsung menimbulkan ketergantungan positif antaranggota dalam kelompok, yaitu saling ketergantungan bahan atau sumber materi pelajaran, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah, dan saling ketergantungan mencapai tujuan, demi keberhasilan kelompoknya.

Proses pembelajaran yang berlangsung seperti di atas menjadikan metode TGT lebih efektif daripada metode Ceramah Tanya Jawab. Pembelajaran dengan metode Ceramah Tanya Jawab pada Kelas X-3 yang diajar dengan metode Ceramah Tanya Jawab kurang menarik bagi siswa serta membuang waktu bila peserta didik tidak responsive terhadap pertanyaan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari banyaknya siswa yang masih bercanda saat kegiatan pembelajaran sedang


(3)

commit to user

berlangsung dan suasana kelas menjadi tidak kondusif, oleh karena itu perhatian siswa akan materi pembelajaran menjadi kurang sehingga hasil belajar siswa kurang maksimal. Selain itu, akibat kurang terbiasa, metode pembelajaran ini menimbulkan rasa gugup pada peserta didik yang tidak memiliki keberanian menjawab dan bertanya (kemampuan lisan). Akibatnya siswa menjadi tertekan dan tidak memiliki minat terhadap kegiatan pembelajaran.

Hasil penelitian sebelumnya tentang penggunaan metode pembelajaran TGT telah dilakukan oleh Indah Kusumawati (2009 : 106) diperoleh hasil bahwa metode pembelajaran TGT dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal ini berarti sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.


(4)

commit to user 125 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan hasil belajar Geografi antara yang menggunakan metode

pembelajaran Student Team-Achievement Division (STAD),

Team-Games-Tournament (TGT), dan Ceramah Tanya Jawab pada kompetensi dasar

”Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

2. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

3. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD lebih efektiv daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. 4. Hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih efektiv

daripada hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.

B. Implikasi

Implikasi merupakan suatu dampak yang ditimbulkan dari hasi penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, penulis akan menyampaikan implikasi yang bermanfaat secara teoritis maupun praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar Geografi :


(5)

commit to user

1. Implikasi Teoritis

Dari kesimpulan telah dinyatakan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar “Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi” siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta. Kelompok siswa yang diajar dengan metode TGT sama baiknya dengan hasil belajar Geografi kelompok siswa yang diajar dengan model STAD. Kedua metode tersebut sama – sama memberikan hasil yang positif pada hasil belajar siswa. Struktur dari kedua metode tersebut sama-sama dapat meningkatkan motivasi, keaktifan dan hasil belajar siswa, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran Geografi pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi serta dapat menambah pengetahuan sebagai dasar pengembangan metode pembelajaran STAD dan TGT dalam penelitian selanjutnya.

2. Implikasi Praktis

Kesimpulan menunjukkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT sama efektivnya dengan hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa pada materi tersebut. Pengajaran dengan metode STAD dan TGT dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi. Hal tersebut terutama karena kedua metode pembelajaran dapat lebih meningkatkan motivasi, keaktifan, dan aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain, metode pembelajaran TGT dan STAD dapat menjadi pembelajaran alternatif yang efektif dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.


(6)

commit to user

127

C. Saran

Dalam rangka turut mengembangkan pemikiran yang berkenaan dengan peningkatan hasil belajar geografi dan berdasarkan kesimpulan serta implikasi penelitian di atas, maka dapat dirumuskan saran sebagai berikut :

1. Guru sebagai fasilitator proses pembelajaran geografi hendaknya melakukan variasi terhadap metode pembelajaran yang digunakan. Salah satu alternatifnya dengan menggunakan metode pembelajaran STAD atau TGT yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar geografi siswa pada kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi.

2. Dalam pelaksanaan pembelajaran geografi menggunakan metode STAD dan TGT hendaknya guru mempersiapkan proses pembelajaran tersebut secara matang, karena banyak sekali instrumen pembelajaran yang harus dipersiapkan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan efektif.

3. Pihak sekolah sebaiknya melakukan langkah – langkah peningkatan mutu siswa di bidang geografi, di antaranya dengan penambahan fasilitas penunjang pembelajaran geografi dengan menggunakan metode STAD dan TGT sehingga mempermudah siswa dalam pemahaman kompetensi yang dipelajari.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KOMPETENSI DASAR KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI DI KELAS VII SMP NEGERI I GATAK TAHUN PELAJARA

0 3 62

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUK

0 3 100

STUDI KOMPARASI ANTARA METODE PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2009 2010

0 10 67

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING DAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA PADA KOMPETENSI DASAR ATMOSFER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI MUKA BUMI

0 8 100

Bab 7 Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Bumi

0 14 38

(ABSTRAK) PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH UNTUK HASIL BELAJAR GEOGRAFI DALAM MATERI POKOK BAHASAN HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA N 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010.

0 0 2

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH UNTUK HASIL BELAJAR GEOGRAFI DALAM MATERI POKOK BAHASAN HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN PADA SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA N 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2009/ 2010.

0 0 95

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN PENDEKATAN OUTDOOR UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI (Materi Pokok Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi Peserta didik Kelas X-8 SMA Negeri 2 Boyolali Tahun Ajaran 2014/

0 0 26

Efektivitas Model Problem Based Instruction dan Guided Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 (Kompetensi Dasar Hidrosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan di Muka Bumi).

0 0 20

EFEKTIVITAS METODE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20142015 (Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya Terh

0 0 18