commit to user 117
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar Geografi yang menggunakan metode pembelajaran Student Team
Achievement Divisions
STAD, metode
pembelajaran Teams-Games-
Tournaments TGT, dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab CTJ pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap
Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 20092010. Pengujian Anakova menunjukkan hasil Fo = 6,681 lebih besar dari
Ftabel =3,090; sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar geografi yang menggunakan metode
pembelajaran STAD, metode pembelajaran TGT, dan metode pembelajaran Ceramah Tanya Jawab. Selanjutnya, untuk mengetahui rerata mana yang lebih
baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari ketiga metode pembelajaran tersebut, dilakukan uji lanjut dengan mencari harga Beda Rata-rata yang masih
Signifikan atau BRS.
2. Hipotesis Kedua
Hasil posttest menunjukkan bahwa nilai rata-rata Kelas X-3 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran STAD adalah 76,64
sedangkan nilai rata-rata Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta yang diajar menggunakan metode pembelajaran TGT adalah 77,06. Hal ini berarti rerata nilai
posttest siswa pada kelompok eksperimen TGT lebih tinggi daripada hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen STAD. Namun demikian, hasil uji pasca
analisis kovarian menggunakan uji BRS menunjukkan bahwa beda rata-rata gainscore antara A
1
metode pembelajaran TGT dan A
2
metode pembelajaran STAD, yaitu sebesar 0,15 adalah jauh lebih kecil dibandingkan harga BRS yaitu
sebesar 4,00, sehingga dapat disimpulkan bahwa rerata hasil belajar kelompok TGT dan kelompok STAD tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Hal tersebut berarti hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran TGT sama baiknya dengan hasil belajar geografi dengan metode pembelajaran STAD pada
kompetensi dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di
commit to user 118
Muka Bumi siswa Kelas X di SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 20092010. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedua metode pembelajaran tersebut
sama efektifnya dalam meningkatkan hasil belajar Geografi siswa pada materi Hidrosfer. Keefektivan kedua metode tersebut juga dapat terlihat dari nilai rata-
rata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT tersebut yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang
ditetapkan pihak sekolah, yaitu 7,00. Dalam hal ini, nilai rata-rata posttest siswa yang diajar dengan metode pembelajaran STAD dan TGT lebih tinggi dari standar
KKM. Hal ini berarti tidak sesuai dengan hipotesis yang menyebutkan bahwa hasil belajar Geografi dengan metode pembelajaran TGT lebih baik daripada hasil
belajar Geografi dengan metode STAD pada Kompetensi Dasar Menganalisis Hidrosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi siswa Kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta. Kesamaan pengaruh pada hasil belajar Geografi tersebut karena langkah-
langkah pembelajaran pada metode pembelajaran TGT dan STAD hampir sama. Perbedaanya hanya terletak pada sistem evaluasi, dimana pada metode STAD
menggunakan sistem kuis, sedangkan pada metode TGT menggunakan turnamen akademik. Adanya games dan turnamen pada pembelajaran TGT yang semula
diharapkan dapat lebih menarik minat para siswa Kelas X-1 SMA Negeri 2 Surakarta ternyata tidak memberikan hasil belajar yang lebih baik apabila
dibandingkan dengan hasil belajar siswa Kelas X-3 yang menggunakan metode pembelajaran STAD. Menurut beberapa penelitian yang dikembangkan oleh
Universitas John Hopkins dalam Slavin 1995, pembelajaran dengan metode TGT dan metode STAD memberikan efek yang serupa terhadap prestasi belajar
siswa. Siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta sedang berada dalam tahap
perkembangan usia remaja. Masa - masa tersebut merupakan masa dimana para remaja seringkali bermain, membuat sebuah kelompok atau komunitas sendiri,
saling sharing dengan teman sebaya, dan berkompetisi dalam hal - hal tertentu. Dengan menilik kondisi siswa yang demikian tersebut, maka metode STAD dan
TGT sangat sesuai untuk diterapkan pada saat pembelajaran di sekolah. Kedua
commit to user 119
metode tersebut menawarkan pembelajaran yang menarik, terbukti pada saat penelitian di lapangan, peneliti menemukan siswa yang lebih aktif, lebih antusias,
dan jauh dari kesan tegang selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dengan metode STAD menjadikan materi yang terlihat sulit
menjadi menarik untuk dipelajari dan dipecahkan bersama. Setiap anggota kelompok memiliki tanggungjawab untuk memastikan bahwa teman satu
kelompok mereka menguasai materi yang sedang dipelajari. Di sinilah suasana kebersamaan kelompok sedang tercipta. Mereka menyadari bahwa skor kuis
mereka nanti sangat menentukan keberhasilan tim, sehingga memotivasi kelompoknya untuk menjadi tim yang terbaik. Hal tersebut juga tercermin dalam
pembelajaran TGT yang menampilkan permainan Roda Impian yang ringan dan menarik,
sehingga mampu
memunculkan suasana
kegembiraan dan
menghilangkan kejenuhan. Tanpa disadari, semua komponen kelas sedang berkompetisi dalam suasana permainan. Metode pembelajaran STAD dan TGT
juga mampu memberikan suasana dan gaya belajar yang lebih inovatif dari cara belajar konvensional yang hanya berpusat pada guru dan buku teks, serta mampu
menghilangkan kesan menggurui pada siswa. Kedua metode pembelajaran tersebut merupakan metode yang dapat dikategorikan baru bagi siswa kelas X
SMA Negeri 2 Surakarta. Pada umumnya guru hanya terpaku pada metode pembelajaran ceramah dan sedikit Tanya jawab. Guru kurang melakukan inovasi
terhadap proses pembelajaran di kelas, akibatnya siswa menjadi antusias ketika pembelajaran disuguhkan dalam suasana belajar kelompok dan permainan.
Meskipun metode pembelajaran STAD dan TGT terbukti berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, namun pada kenyataannya di lapangan, peneliti
menemui sedikit kesulitan. Salah satunya, yaitu bahwa waktu yang dihabiskan untuk diskusi dan turnamen cukup banyak, sehingga kadang kala melewati waktu
yang sudah ditetapkan. Di samping itu, tanpa kontrol dan pengaturan yang baik, suasana diskusi, permainan dan turnamen akan membuat kelas menjadi gaduh dan
sulit dikendalikan. Hal tersebut tentunya menjadi bahan evaluasi bagi guru untuk mengatasi
kekurangan penerapan
kedua metode
pembelajaran, serta
mengupayakan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih baik lagi.
commit to user 120
3. Hipotesis Ketiga