G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
“Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Karanganyar, Kebumen dengan Menggunakan Media Komik Tanpa Kata”,
hasil penelitian Rina Kurniasari 2011 menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan bercerita pada siswa
kelas VII C SMP Negeri 2 Karanganyar. Perbedaan penelitian terletak pada media yang digunakan yaitu media komik tanpa kata dan media kartu
bergambar. Persamaan penelitian terletak pada metode yang digunakan yaitu metode penelitian tindakan kelas dan konsentrasi pada keterampilan bercerita.
2. “Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1
Prambanan Sleman dengan Menggunakan Media Boneka Tangan” hasil penelitian Teny Wulan Sudaniti 2011 yang menyimpulkan bahwa media
boneka tangan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran bercerita. Persamaan penelitian adalah menggunakan metode penelitian tindakan kelas
dan kosentrasi pada keterampilan bercerita. Perbedaaan penelitian terletak pada media yang digunakan yaitu media boneka tangan dan media kartu
bergambar. 3.
“Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Menggunakan Teknik Peta Konsep pada Siswa Kelas X6 SMA Negeri 1 Imogiri Bantul” hasil penelitian
Ari Nur Solekhah 2011 yang terbukti lebih meningkatkan hasil bercerita siswa. Persamaan dalam penelitian adalah metode penelitian tindakan kelas
dan fokus pada keterampilan bercerita. Perbedaan penelitian pada teknik peta konsep dan media kartu bergambar.
H. Kerangka Pikir
Berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan, dan perasaan. Keterampilan bercerita merupakan bagian dari keterampilan berbicara yaitu suatu kegiatan yang menjelaskan hal, peristiwa,
kejadian, atau pengalaman seseorang baik sungguh-sungguh terjadi atau hanya
sebuah cerita fiksi.
Hasil observasi di SMP N 2 Prambanan Klaten menunjukkan keterampilan bercerita merupakan salah satu aspek keterampilan berbicara yang
dianggap sulit karena siswa terlihat malu, grogi, kurang ekspresif, dan kurang percaya diri saat bercerita. Untuk dapat bercerita dengan baik, siswa dituntut
mampu menguasai unsur linguistik ketepatan bahasa dan kelayakan konteks. Secara praktik keterampilan bercerita membutuhkan latihan dan pengarahan
pembelajaran yang intensif. Namun demikian, pembelajaran bercerita di sekolah pada kenyataannya mendapat porsi yang minimal. Selain keterbatasan waktu,
lemahnya kemampuan bercerita dipengaruhi metode pembelajaran yang kurang
efektif.
Fenomena pembelajaran umumnya masih menggunakan metode tradisional. Penyampaian materi dilakukan dengan metode ceramah dan interaksi
hanya terjadi satu arah. Untuk mengatasi hal tersebut, hendaknya menggunakan