Metode eksperimen juga memiliki kelemahan. Menurut Djajadikastra, beberapa kelemahan pembelajaran dengan metode ekperimen adalah:
a. Tidak semua mata pelajaran dapat diajarkan dengan metode eksperimen.
b. Suatu eksperimen dapat tidak berhasil seperti yang diharapkan. Lebih-
lebih jika kita bekerja dengan zat-zat kimia dan baru pertama kali melakukan eksperimen.
c. Mahalnya alat-alat praktikum merupakan hambatan untuk melakukan
eksperimen-eksperimen di laboratorium sekolah. Eksperimen terpaksa dikerjakan berkelompok yang berarti tidak semua murid dapat mengalami
sendiri suatu eksperimen.
4. Penggunaan Teknik Eksperimen
Menurut Roestiyah 2001, agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, perlu pelaksana memperhatikan hal-hal berikut:
a. Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka
jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa b.
Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi
alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. c.
Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama;
sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
d. Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih; maka perlu
diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan
sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
e. Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan,
seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena terbatasnya suatu alat,
sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Motivasi Belajar C.
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere” yang berarti menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang.
Wlodkowski 1985 menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, serta memberi arah dan
ketahanan persistence pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini bernafaskan behaviorisme Siregar, 2011: 49.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan, terdapat
tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi, yaitu: motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan
affective arousal, dan motivasi ditandai dengan reaksi –reaksi untuk mencapai
tujuan Hamalik, 2001: 158. Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, Keller 1983 telah
menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut ARCS model yaitu Attention perhatian, Relevance
relevansi, Confidence kepercayaan diri dan Satisfaction kepuasan dalam proses belajar dan pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat
penting dipraktikan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran. Attention perhatian yaitu dorongan rasa ingin
tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen- elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif kompleks.
Relevance relevansi yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi awal siswa. Confidence kepercayaan diri
yaitu merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkatsejalan dengan
meningkatnya harapan untuk berhasil. Satisfaction kepuasan merupakan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, siswa
akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa Siregar, 2011: 52.
2. Jenis-Jenis Motivasi