1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia berlangsung melalui beberapa masa, salah satunya adalah masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa bermain
dan merupakan periode perkembangan yang cepat di mana anak mengalami perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Perkembangan anak
merupakan proses yang kompleks terbentuk dari potensi diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Pada pertengahan dan akhir masa
kanak-kanak atau tahun-tahun sekolah dasar selain di rumah, anak banyak meluangkan waktu di sekolah. Pada masa sekolah ini, anak-anak
membandingkan dirinya dengan teman-temannya, di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman.
Kepercayaan diri sangat diperlukan untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat maupun teman sebaya. Kepercayaan diri dapat
mengajarkan bagaimana cara untuk bertindak di lingkungan masyarakat dan dapat membantu individu ketika sedang menghadapi masalah. Masa sekolah
dasar merupakan masa dimana anak memasuki dunia yang baru yang penuh dengan tuntutan-tuntutan. Keadaan ini menuntut setiap anak untuk memiliki
kompetensi sosial yang mendukung agar mampu melewati masa
perkembangnnya dan menjalani kehidupan yang sehat. Salah satu kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh anak SD adalah kepercayaan diri. Pada
kenyataannya, pengamatan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa SD masih kurang dan perlu ditingkatkan.
Kepercayaan diri tidak muncul begitu saja dan bukan bawaan sejak lahir. Kepercayaan diri terbentuk melalui pengalaman dan proses belajar
seseorang dalam hidupnya. Orang tua dan guru sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupan awal seorang anak dan memiliki peran besar
dalam pembentukan kepercayaan diri anak. Pembentukan kepercayaan diri merupakan proses yang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sejak dini,
orang tua dan guru selalu membentuk dan mempertahankan kepercayaan diri anak. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena kepercayaan diri dapat
mengalami pasang surut dan dipengaruhi oleh beberapa hal. Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang membutuhkan
proses. Dibutuhkan waktu dan usaha yang cukup keras untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Semuanya itu tidak lepas dari
usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru sebagai sosok terdekat anak. Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa rendahnya rasa
percaya diri dapat menimbulkan hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sikap orang yang tidak percaya diri antara lain, menghadapi
segala sesuatu dengan keragu-raguan, tidak yakin, mudah cemas, tidak punya inisiatif, cenderung menghindar, tidak berani tampil di depan orang banyak,
dan mudah menyerah.
Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melakukan bimbingan klasikal pada saat ber-PPL Bimbingan dan Konseling di SD, peneliti
mengamati bahwa, kepercayaan diri pada siswa masih kurang nampak. Secara umum, siswa sudah mengerti apa itu kepercayaan diri, tetapi belum
sepenuhnya dapat menunjukkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu hal. Gejala kurang percaya diri tampak pada siswa SD Negeri Sruwohdukuh,
khususnya kelas III, seperti pemalu, tidak berani jika disuruh maju ke depan kelas, jika ditanya hanya terdiam, saat tidak bisa mengerjakan tugas langsung
putus asa, merasa takut salah dengan apa yang dilakukan, dan tidak berani bertanya ketika materi yang dijelaskan kurang dipahami.
Kepercayaan diri perlu dikembangkan untuk menghindari perasaan rendah diri. Kepercayaan diri kurang pada anak dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Beberapa penyebab yang mengakibatkan anak kurang memiliki kepercayaan diri diantaranya, orang tua terlalu banyak melarang, anak tidak
dilatih untuk berani memulai dalam banyak hal, anak tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup, anak merasa terabaikan dan
merasa kesulitan untuk mempercayai dan bergaul dengan orang lain. Penyebab lain kurangnya kepercayaan diri pada anak yaitu penampilan fisik.
Pengembangan kepercayaan diri pada anak sangat penting. Pengembangan kepercayaan diri terutama dilakukan pada masa pertengahan
dan akhir kanak-kanak atau tahun-tahun sekolah dasar. Peranan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan untuk membantu anak-anak atau siswa yang
mengalami permasalahan yang berkaitan dengan kepercayaan diri.
Bimbingan pribadi sosial merupakan salah bentuk dari layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu untuk mencapai tugas
perkembangan pribadi. Bimbingan pribadi sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui media
permainan. Media permainan titian balok merupakan salah satu permainan yang
dapat digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri. Melalui permainan titian balok, siswa dapat melatih keseimbangan tubuh,
menumbuhkan keberaniaan, kesenangan, dan percaya diri. Siswa diarahkan secara beragam dan bertahap untuk lebih mampu melakukan berbagai
gerakan di atas titian balok. Permainan titian balok didesain dengan tingkatan permainan, sehingga tingkat kesulitan permainan berkembang.
Pelayanan bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan media permainan titian balok
diharapkan dapat membantu perkembangan rasa percaya diri anak sekolah dasar.
Berangkat dari permasalahan tersebut dan melihat fakta yang ada peniliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan bimbingan dan
konseling dengan judul “Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal Dengan Menggunakan Media
Permainan Titian Balok Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun Ajaran 20132014
”. Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan observasi
dan wawancara kurang memiliki kepercayaan diri. Penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan perbaikan yang positif bagi perkembangan siswa, terutama bagi siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah dalam
beraktifitas sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.
B. Identifikasi Masalah