Upaya peningkatan kepercayaan diri siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok : penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, tahun ajaran 2013/2014.

(1)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN TITIAN BALOK (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas III

SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun Ajaran 2013/2014)

Ristin Rahmawati Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kepercayaan diri siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam satu kali pertemuan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh melalui skala kepercayaan diri dan didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan pribadi sosial berlangsung, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan pre-test dan post-test, dimana terdapat peningkatan skor item dan skor subjek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok. Hasil rata-rata skor subjek pada pra siklus adalah 66,42%. Pada siklus I rata-rata skor subjek meningkat menjadi 77,61%. Pada siklus II rata-rata skor subjek meningkat menjadi 88,80%. Dari hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permaian titian balok.

Kata kunci : kepercayaan diri, bimbingan pribadi sosial klasikal, permainan titian balok


(2)

ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE STUDENTS’ SELF CONFIDENCE TROUGH

CLASSICAL SOCIAL PERSONAL GUIDANCE SERVICE USING BALANCE BEAM GAME MEDIA

(Guidance and Counselling Action Research on the Third Grade Students of SD Negeri Sruwohdukuh, Academic Year 2013/2014)

Ristin Rahmawati Sanata Dharma University

2015

The objective of this research to improve the students’ self confidence and to identify the extent of students’ self confidence through classical social personal guidance service using balance beam game media to the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh, academic year 2013/2014.

This research was an action research of guidance and counselling (PTBK) which had been done in two cycles. Each cycle in this research was done in one meeting. The subjects of the research were the 21 third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh, academic year 2013/2014, which consisted of 14 male students and 7 female students. The data was obtained from the self-confidence scale sheet and was supported with the result of observation during the social personal guidance activities, interview, and documentation.

The results of the analysis indicated that there was a difference between pre-test and post-test, where there was an increase in the item score and the subject score in each cycle. It indicated that there was a significant improvement of self-confidence of the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh after getting the classical social personal guidance using balance beam games as the media. The mean subject score of the pre-test was 66.42%. In the first cycle, the mean of the subject score increased to 77.61 %. Meanwhile, in the second cycle, the mean of the subject score increased to 88.80%. According to Wilcoxon test, the Ho was rejected. Thus, it can be concluded that there was a significant improvement of self-confidence among the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh through the classical social personal guidance using balance beam games as the media.


(3)

UPAYA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN TITIAN BALOK (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas III

SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Ristin Rahmawati

NIM: 101114047

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Karyaku ini ku persembahkan untuk orang-orang yang senantiasa

membantu, mendukung, dan selalu menyemangatiku, yaitu:

Kedua orangtuaku Sudi Mulyono dan Wiwit Sukmawati

Adikku Dedi Permana

Lutfi Fahrudin yang selalu menyemangatiku

Sahabat-

sahabatku di kos “Edelweis” Rizki Amalia,

Asti Dewi Nurhayati, dan Neliv Mike Simatupang

Sahabat-sahabatku BK 2010 B Yusika Dwi Marthafani,

Melani Dian Pratiwi, Elista Tri Winahyujati,

Kristituta Dwi Ambarsari, Fitri Naiti

dan semua yang tidak bisa kusebutkan satu persatu.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Serta semua teman dan kerabat yang selalu memberikan dukungan


(7)

MOTTO

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

(Confusius)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari

satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.

(Winston Chuchill)

Doa yang ku panjatkan disetiap sujudku adalah melihat kedua orang

tuaku tersenyum bahagia dan orang-orang terdekatku bahagia.


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL KLASIKAL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN TITIAN BALOK (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas III

SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun Ajaran 2013/2014)

Ristin Rahmawati Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa serta untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kepercayaan diri siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam satu kali pertemuan. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Data penelitian diperoleh melalui skala kepercayaan diri dan didukung oleh hasil observasi selama kegiatan bimbingan pribadi sosial berlangsung, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan pre-test dan post-test, dimana terdapat peningkatan skor item dan skor subjek pada setiap siklusnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat adanya peningkatan kepercayaan diri secara signifikan pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok. Hasil rata-rata skor subjek pada pra siklus adalah 66,42%. Pada siklus I rata-rata skor subjek meningkat menjadi 77,61%. Pada siklus II rata-rata skor subjek meningkat menjadi 88,80%. Dari hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan bahwa Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang siginifikan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permaian titian balok.

Kata kunci : kepercayaan diri, bimbingan pribadi sosial klasikal, permainan titian balok


(11)

ABSTRACT

EFFORTS TO IMPROVE STUDENTS’ SELF CONFIDENCE TROUGH CLASSICAL SOCIAL PERSONAL GUIDANCE SERVICE USING

BALANCE BEAM GAME MEDIA

(Guidance and Counselling Action Research on the Third Grade Students of SD Negeri Sruwohdukuh, Academic Year 2013/2014)

Ristin Rahmawati Sanata Dharma University

2015

The objective of this research to improve the students’ self confidence and to identify the extent of students’ self confidence through classical social personal guidance service using balance beam game media to the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh, academic year 2013/2014.

This research was an action research of guidance and counselling (PTBK) which had been done in two cycles. Each cycle in this research was done in one meeting. The subjects of the research were the 21 third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh, academic year 2013/2014, which consisted of 14 male students and 7 female students. The data was obtained from the self-confidence scale sheet and was supported with the result of observation during the social personal guidance activities, interview, and documentation.

The results of the analysis indicated that there was a difference between pre-test and post-test, where there was an increase in the item score and the subject score in each cycle. It indicated that there was a significant improvement of self-confidence of the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh after getting the classical social personal guidance using balance beam games as the media. The mean subject score of the pre-test was 66.42%. In the first cycle, the mean of the subject score increased to 77.61 %. Meanwhile, in the second cycle, the mean of the subject score increased to 88.80%. According to Wilcoxon test, the Ho was rejected. Thus, it can be concluded that there was a significant improvement of self-confidence among the third grade students of SD Negeri Sruwohdukuh through the classical social personal guidance using balance beam games as the media.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

Penulisan skripsi ini sangat membantu penulis dalam memperkaya ilmu selama melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan, bantuan, bimbingan, waktu, dan tenaga dari berbagai pihak yang memperlancar penulisan skripsi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma serta sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pendampingan bagi penulis dengan penuh kesabaran, membantu penulis dalam proses penyelesain skripsi ini.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakaprodi Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran kepada penulis dalam proses penyelesain skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan waktu dan tenaga untuk berbagi ilmu dengan penuh ketulusan dan perhatian.


(13)

4. Mas A. Priyatmoko selaku sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling atas kesabaran dalam membantu penulis mengurus administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini

5. Drs. Lanjar, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sruwohdukuh yang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Tumpuk Srilestari, S.E selaku guru kelas III SD Negeri Sruwohdukuh yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Seluruh staf guru SD Negeri Sruwohdukuh yang berkenan menerima dan memberikan saran bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh siswa SD Negeri Sruwohdukuh khususnya kelas III tahun ajaran 2013/2014 atas kesempatan, kebersamaan, dan kebahagiannya saat penulis melaksanakan penelitian.

9. Kedua orangtua tersayang, Bapak Sudi Mulyono dan Ibu Wiwit Sukmawati yang telah memberikan motivasi, doa, kasih sayang, dan segalanya bagi penulis untuk bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Adikku Dedi Permana yang selalu mendukung penulis dengan penuh kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan hingga skripsi ini dapat selesai. 11. Lutfi Fahrudin yang selalu memberikan motivasi dan semangat pada penulis

sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

12. Sahabat-sahabatku BK USD angkatan 2010 atas kesempatan, kebersamaan, bantuan, dan dukungan selama perkuliahan hingga skripsi ini selesai.


(14)

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv

HALAMAN MOTTO.. ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK . ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI. ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional Variabel ... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hakikat Kepercayaan Diri ... 11

1. Pengertian Kepercayaan Diri ... 11

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri ... 13

3. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ... 16

4. Karakteristik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri ... 17

5. Perkembangan Kepercayaan Diri pada Siswa SD ... 24

6. Upaya Peningkatan Kepercayaan pada Siswa SD ... 25

B. Hakikat Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial ... 27

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial ... 28

3. Aspek-aspek Bimbingan Pribadi Sosial ... 29

4. Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial dalam Peningkatan Kepercayaan Diri ... 30 5. Efektifitas Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dalam


(16)

C. Hakikat Permainan Titian Balok ... 32

1. Pengertian Permainan Titian Balok ... 32

2. Tujuan Permainan Titian Balok pada Siswa SD ... 32

3. Peranan Titian Balok dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SD ... 33

4. Keunggulan Permainan Titian Balok dalam Peningkatan Kepercayaan Diri ... ... 34

5. Hasil Penelitian Sebelumnya ... 35

D. Hakikat Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh Sebagai Anak pada Masa Pertengahan dan Akhir Kanak-kanak ... 37

1. Pengertian Masa Pertengahan dan Akhir Kanak-kanak . 37 2. Tugas Perkembangan Anak pada Masa Pertengahan dan Akhir Kanak-kanak ... 37

3. Karakteristik Anak Usia SD ... 38

E. Kerangka Berpikir ... 40

F. Hipotsis Tindakan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 42

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 43

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

D. Peran dan Posisi Peneliti ... 44

E. Setting Penelitian ... 45

F. Prosedur Penelitian Tindakan ... 47

G. Tahapan Penelitian ... 49

H. Teknik Pengumpulan Data ... 54

1. Skala/Angket ... 54

2. Observasi ... 54

3. Wawancara ... 55

4. Studi Dokumen ... 55

I. Instrumen Penelitian ... 55

1. Skala Kepercayaan Diri ... 55

2. Pedoman Pengamatan/Observasi ... 56

3. Pedoman Wawancara ... 57

4. Studi Dokumen ... 58

J. Analisis Uji Instrumen ... 59

1. Validitas ... 59

2. Relibilitas ... 60

K. Teknik Analisis Data ... 61

1. Data Kuantitatif ... 62

2. Data Kualitatif ... 64

L. Kriteria Keberhasilan ... 66

1. Kuantitatif ... 66


(17)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian. ... 68

1. Pra Tindakan ... 68

a. Perencanaan Tindakan Pra Tindakan ... 68

b. Pelaksanaan Tindakan Pra Tindakan ... 69

1) Observasi di Kelas ... 69

2) Bimbingan Klasikal Pra Tindakan ... 70

c. Data Hasil Pengukuran Pra Tindakan ... 73

1) Data Skor Item Kepercayaan Diri ... 74

2) Data Skor Subjek ... 76

d. Hasil Refleksi Pra Tindakan ... 78

2. Penelitian Tindakan Siklus I ... 78

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ... 78

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 80

1) Rekaman Fakta ... 81

2) Data Hasil Pengukuran Siklus I ... 86

c. Hasil Refleksi Siklus I ... 90

3. Penelitian Tindakan Siklus II ... 92

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 92

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 92

1) Rekaman Fakta ... 93

2) Data Hasil Pengukuran Siklus II ... 96

c. Hasil Refleksi Siklus II ... 102

4. Hasil Observasi dan Wawancara Setiap Siklus ... 103

a. Pra Tindakan ... 103

1) Hasil Observasi ... 103

2) Hasil Wawancara ... 105

b. Siklus I ... 106

1) Hasil Observasi ... 106

2) Hasil Wawancara ... 108

c. Siklus II . ... 109

1) Hasil Observasi ... 109

2) Hasil Wawancara ... 110

5. Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 111

6. Hasil Uji Hipotesis ... 111

B. Pembahasan ... 112

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 117

B. Keterbatasan Penelitian ... 118

C. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Tugas Peneliti dan Kolaborator ... 45

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kepercayaan Diri ... 56

Tabel 3.3 Kriteria Panduan Pengamatan ... 57

Tabel 3.4 Kriteria Panduan Wawancara ... 58

Tabel 3.5 Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas ... 61

Tabel 3.6 Kategori Skor Item ... 63

Tabel 3.7 Kategori Skor Subjek ... 64

Tabel 3.8 Kriteria Keberhasilan ... 66

Tabel 4.1 Data Skor Item Pra Tindakan ... 74

Tabel 4.2 Kategorisasi Skor Item Pra Tindakan ... 75

Tabel 4.3 Data Skor Subjek Pra Tindakan ... 76

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Subjek Pra Tindakan ... 76

Tabel 4.5 Data Skor Item Pra Tindakan dan Siklus I ... 86

Tabel 4.6 Kategorisasi Skor Item Siklus I ... 87

Tabel 4.7 Data Skor Subjek Pra Tindakan dan Siklus I ... 88

Tabel 4.8 Kategorisasi Skor Subjek Siklus I ... 89

Tabel 4.9 Data Skor Item Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 97

Tabel 4.10 Kategorisasi Skor Item Siklus II ... 98

Tabel 4.11 Data Skor Subjek Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 99

Tabel 4.12 Kategorisasi Skor Subjek Siklus II ... 100

Tabel 4.13 Rekapitulasi Data Kategori Skor Subjek ... 102

Tabel 4.14 Data Jumlah Subjek yang Mengalami Peningkatan, Penurunan, dan Tetap Antar Siklus ... 102

Tabel 4.15 Hasil Observasi Pra Tindakan ... 104

Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus I ... 107

Tabel 4.17 Hasil Observasi Siklus II ... 110

Tabel 4.18 Ketercapaian Kriteria Keberhasilan ... 111


(19)

DAFTAR GAMBAR


(20)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Skor Item Pra Tindakan ... 75

Grafik 2 Skor Subjek Pra Tindakan ... 77

Grafik 3 Perbandingan Skor Item Pra Tindakan dan Siklus I... ... 88

Grafik 4 Perbandingan Skor Subjek Pra Tindakan dan Siklus I... ... 90

Grafik 5 Perbandingan Skor Item Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 98

Grafik 6 Perbandingan Skor Subjek Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 101


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Satuan Pelayanan Bimbingan ... 123

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 138

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, dan Uji Wilcoxon ... 145

Lampiran 4. Tabulasi Data Skor Kepercayaan Diri ... 150

Lampiran 5. Presensi Siswa ... 154

Lampiran 6. Foto-foto Penelitian ... 158


(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia berlangsung melalui beberapa masa, salah satunya adalah masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa bermain dan merupakan periode perkembangan yang cepat di mana anak mengalami perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks terbentuk dari potensi diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitarnya. Pada pertengahan dan akhir masa kanak-kanak atau tahun-tahun sekolah dasar selain di rumah, anak banyak meluangkan waktu di sekolah. Pada masa sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya, di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman.

Kepercayaan diri sangat diperlukan untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat maupun teman sebaya. Kepercayaan diri dapat mengajarkan bagaimana cara untuk bertindak di lingkungan masyarakat dan dapat membantu individu ketika sedang menghadapi masalah. Masa sekolah dasar merupakan masa dimana anak memasuki dunia yang baru yang penuh dengan tuntutan-tuntutan. Keadaan ini menuntut setiap anak untuk memiliki


(23)

perkembangnnya dan menjalani kehidupan yang sehat. Salah satu kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh anak SD adalah kepercayaan diri. Pada kenyataannya, pengamatan peneliti di lapangan menunjukkan bahwa kepercayaan diri siswa SD masih kurang dan perlu ditingkatkan.

Kepercayaan diri tidak muncul begitu saja dan bukan bawaan sejak lahir. Kepercayaan diri terbentuk melalui pengalaman dan proses belajar seseorang dalam hidupnya. Orang tua dan guru sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupan awal seorang anak dan memiliki peran besar dalam pembentukan kepercayaan diri anak. Pembentukan kepercayaan diri merupakan proses yang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sejak dini, orang tua dan guru selalu membentuk dan mempertahankan kepercayaan diri anak. Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena kepercayaan diri dapat mengalami pasang surut dan dipengaruhi oleh beberapa hal.

Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang membutuhkan proses. Dibutuhkan waktu dan usaha yang cukup keras untuk dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Semuanya itu tidak lepas dari usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru sebagai sosok terdekat anak. Sebagian besar orang tidak menyadari bahwa rendahnya rasa percaya diri dapat menimbulkan hambatan besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari. Sikap orang yang tidak percaya diri antara lain, menghadapi segala sesuatu dengan keragu-raguan, tidak yakin, mudah cemas, tidak punya inisiatif, cenderung menghindar, tidak berani tampil di depan orang banyak, dan mudah menyerah.


(24)

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam melakukan bimbingan klasikal pada saat ber-PPL Bimbingan dan Konseling di SD, peneliti mengamati bahwa, kepercayaan diri pada siswa masih kurang nampak. Secara umum, siswa sudah mengerti apa itu kepercayaan diri, tetapi belum sepenuhnya dapat menunjukkan kepercayaan diri dalam melakukan sesuatu hal. Gejala kurang percaya diri tampak pada siswa SD Negeri Sruwohdukuh, khususnya kelas III, seperti pemalu, tidak berani jika disuruh maju ke depan kelas, jika ditanya hanya terdiam, saat tidak bisa mengerjakan tugas langsung putus asa, merasa takut salah dengan apa yang dilakukan, dan tidak berani bertanya ketika materi yang dijelaskan kurang dipahami.

Kepercayaan diri perlu dikembangkan untuk menghindari perasaan rendah diri. Kepercayaan diri kurang pada anak dapat disebabkan oleh beberapa hal. Beberapa penyebab yang mengakibatkan anak kurang memiliki kepercayaan diri diantaranya, orang tua terlalu banyak melarang, anak tidak dilatih untuk berani memulai dalam banyak hal, anak tumbuh tanpa mendapatkan cinta dan kasih sayang yang cukup, anak merasa terabaikan dan merasa kesulitan untuk mempercayai dan bergaul dengan orang lain. Penyebab lain kurangnya kepercayaan diri pada anak yaitu penampilan fisik. Pengembangan kepercayaan diri pada anak sangat penting. Pengembangan kepercayaan diri terutama dilakukan pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak atau tahun-tahun sekolah dasar. Peranan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan untuk membantu anak-anak atau siswa yang mengalami permasalahan yang berkaitan dengan kepercayaan diri.


(25)

Bimbingan pribadi sosial merupakan salah bentuk dari layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada individu untuk mencapai tugas perkembangan pribadi. Bimbingan pribadi sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui media permainan.

Media permainan titian balok merupakan salah satu permainan yang dapat digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kepercayaan diri. Melalui permainan titian balok, siswa dapat melatih keseimbangan tubuh, menumbuhkan keberaniaan, kesenangan, dan percaya diri. Siswa diarahkan secara beragam dan bertahap untuk lebih mampu melakukan berbagai gerakan di atas titian balok. Permainan titian balok didesain dengan tingkatan permainan, sehingga tingkat kesulitan permainan berkembang. Pelayanan bimbingan pribadi sosial dengan menggunakan media permainan titian balok diharapkan dapat membantu perkembangan rasa percaya diri anak sekolah dasar.

Berangkat dari permasalahan tersebut dan melihat fakta yang ada peniliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling dengan judul “Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal Dengan Menggunakan Media Permainan Titian Balok (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, Tahun Ajaran 2013/2014)”. Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan observasi dan wawancara kurang memiliki kepercayaan diri. Penelitian ini diharapkan


(26)

dapat menghasilkan perbaikan yang positif bagi perkembangan siswa, terutama bagi siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah dalam beraktifitas sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas terkait dengan masalah peningkatan kepercayaan diri anak, ditemukan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Ada indikasi kepercayaan diri pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh masih kurang dan perlu mendapat perhatian sebagai solusi untuk mengatasinya

2. Kehidupan manusia yang semakin kompleks, menuntut pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak atau tahun-tahun sekolah dasar memperoleh pengembangan kepercayaan diri.

3. Kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh rendah, hal ini terlihat dari perilaku mereka yang kurang percaya diri seperti tidak berani maju kedepan, jika ditanya hanya terdiam, takut salah dengan apa yang dilakukan.

4. Bimbingan yang kurang diberikan oleh guru kepada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh, sehingga menjadi salah satu penyebab kepercayaan diri siswa rendah.


(27)

5. Belum adanya game atau permainan yang disetting untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini fokus kajian diarahkan pada menjawab persoalan-persoalan yang teridentifikasi di atas khususnya menyangkut Upaya Peningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal Menggunakan Media Permainan Titian Balok Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis mangajukan rumusan masalah penelitian, yaitu:

1. Apakah kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok?

2. Seberapa baik peningkatan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok tiap siklusnya?

3. Apakah terdapat peningkatan kepercayaan diri yang signifikan pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh melalui bimbingan pribadi


(28)

sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok antar siklus?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kepercayaan diri pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok.

2. Mengukur perubahan seberapa besar peningkatan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh setelah mengikuti layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok pada setiap siklusnya.

3. Mengetahui signifikasi peningkatan kepercayaan diri siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh antar siklus.

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan bagi perkembangan pengetahuan mengenai peningkatan kepercayaan diri pada siswa SD. Dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.


(29)

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru kelas

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan masukan bagi guru untuk lebih memahami perkembangan perilaku siswanya.

b. Bagi siswa

Membantu siswa untuk meningkatkan kompetensi sosial yang mendukung seperti kepercayaan diri. Selain itu menyadarkan siswa akan perilaku dan sikapnya saat ini.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan pemahaman atau kemampuan peneliti terhadap praktek yang akan dilaksanakan. Selain itu, penelitian ini merupakan kesempatam bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah di program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(30)

d. Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain penelitian ini bermanfaat sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam kajian yang sama dalam ruang lingkup yang lebih luas.

G. Definisi Operasional Variabel

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dari judul penelitian ini, maka peneliti merasa perlu memberikan penegasan-penegasan batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian “Upaya Peningkatkan Kepercayaan Diri Melalui Layanan Bimbingan Pribadi Sosial Klasikal Menggunakan Media Permainan Titian Balok Pada Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh”, yaitu:

1. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri merupakan keyakinan yang ada pada diri yang memberikan perasaan bahwa diri dalam keadaan baik, sehingga dapat berperilaku tepat ketika berinteraksi dengan orang lain. Kepercayaan diri yang dimaksudkan dalam penelitian ini dikonstruk dari aspek-aspek: kemampuan pribadi, interaksi sosial, konsep diri, berani mengungkapkan pendapat, dan indikator sebagaimana dioperasionalkan dalam konstruk instrumen penelitian ini.

2. Layanan bimbingan pribadi sosial klasikal

Layanan bimbingan pribadi sosial yang dimaksud dalam penelitian adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu


(31)

(siswa) melalui bimbingan kelas, dimana bimbingan kelas yang diberikan mengacu pada bidang bimbingan pribadi sosial yang berguna untuk menunjang perkembangan siswa secara optimal di kelas III SD Negeri Sruwohdukuh.

3. Permainan titian balok

Permainan titian balok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah permainan yang menggunakan balok sebagai tempat titian untuk mencapai tempat yang telah ditentukan. Permainan titian balok ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh yang melibatkan proses belajar, mematuhi peraturan, mencari kesenangan, merangsang kreativitas siswa yang bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa.

4. Siswa

Siswa yaitu semua peserta didik yang terdaftar pada kelas III SD Negeri Sruwohdukuh Tahun Ajaran 2103/2014.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini berisi hakikat kepercayaan diri, layanan bimbingan pribadi sosial, permainan titian balok, siswa kelas III SD sebagai anak pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan.

A. Hakikat Kepercayaan Diri

1. Pengertian Kepercayaan Diri

Percaya diri atau dalam bahasa inggris disebut self confidence

mempunyai arti keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk mencapai target. Kepercayaan diri bukan bawaan lahir melainkan proses belajar dan dapat dilatih atau dibiasakan.

Menurut Lindenfield (1997) kepercayaan diri dibagi menjadi dua jenis yaitu percaya diri batin dan percaya diri lahir. Percaya diri batin adalah percaya diri yang memberikan perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Percaya diri lahir adalah keyakinan untuk tampil dan berperilaku sesuai keadaan diri ketika berinteraksi dengan orang lain. Kepercayaan diri merupakan sikap mental individu dalam menilai diri maupun objek sekitar sehingga individu tersebut memiliki keyakinan akan kemampuan diri dalam melakukan sesuatu sesuai kemampuan (Ghufron, 2011)


(33)

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan yang dihadapinya. Individu yang percaya diri berusaha untuk selalu berpikir positf dalam menjalani setiap kehidupannya. Hal senada diungkapkan oleh Pongky Setiawan (2014: 15) individu yang mempunyai kepercayaan diri memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mempunyai keyakinan yang kuat atas dirinya, dan mempunyai pengetahuan terhadap kemampuan yang dimiliki.

Ahli psikologi Alfred Adler (dalam Lauster, 2012: 13-14) mengungkapkan bahwa kebutuhan akan kepercayaan diri dan rasa superioritas merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan serta bagaimana individu tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada konsep dirinya.

Maslow (dalam Iswidharmanjaya, 2004:13) mengungkapkan percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi segala kemampuan dalam diri). Dengan percaya diri seorang akan mampu mengenal dan memahami diri sendiri. Seorang yang memiliki kepercayaan diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang dimilikinya.

Menurut Hakim (2005) kepercayaan diri merupakan keberanian menghadapi tantangan karena memberi suatu kesadaran bahwa belajar dari pengalaman jauh lebih penting daripada belajar dari keberhasilan


(34)

atau kegagalan. Kepercayaan diri penting untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, seperti halnya ketika bergabung dengan suatu masyarakat yang didalamnya terlibat suatu aktivitas atau kegiatan, kepercayaan diri meningkatkan keefektifan dalam aktivitas atau kegiatan.

Taylor (2009: 20) mendefinisikan bahwa kepercayaan diri adalah yakin kepada diri sendiri, saat bertindak memiliki kesadaran adanya kemungkinan gagal dan melakukan kesalahan serta memiliki keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan. Rasa percaya diri dibangun secara perlahan-lahan, tahap demi tahap. Membangun rasa percaya diri berdampak besar terhadap keyakinan, kesehatan, kesejahteraan, hubungan dekat, persahabatan, keluarga, dan kehidupan pekerjaan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan, sikap mental, keberanian individu untuk mengeksplorasi kemampuan, mencapai keberhasilan dan menghadapi tantangan sesuai dengan kemampuan. Individu yang percaya diri berusaha untuk berfikir dan berperasaan positif terhadap dirinya. Kepercayaan diri memberikan perasaan dan anggapan bahwa diri kita dalam keadaan baik, sehingga dapat tampil dan berperilaku ketika berinteraksi dengan orang lain.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri

Menurut Lindenfield (1997), kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:


(35)

a. Cinta

Anak perlu terus menerus dicintai tanpa syarat dengan cara dihargai keadaan anak sesungguhnya, bukan keadaan anak yang seharusnya atau seperti yang diinginkan orang lain. Dengan cara ini, anak mengembangkan kepercayaan diri.

b. Rasa Aman

Anak yang selalu khawatir bahwa kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi akan sulit mengembangkan pandangan positif tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan sekitarnya. Bila anak-anak merasa aman, anak-anak mengembangkan kemampuannya utntuk mengahadapi tantangan serta berani mengambil resiko dalam kehidupan sehari-hari sehingga kepercayaan diri anak akan berkembang.

c. Model Peran

Anak mengembangkan sikap dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk percaya diri dari orang-orang yang berada disekitarnya.

d. Hubungan

Anak-anak perlu mengalami beraneka ragam hubungan untuk mengembangkan rasa percaya diri. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dengan orang dekat dirumah sampai pada orang yang lebih asing. Melalui hubungan sosial anak juga membangun rasa sadar diri dan pengenalan diri.


(36)

e. Kesehatan

Anak yang memiliki kesehatan yang baik memungkinkan driinya untuk menggunakan kekuatan dan bakat yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kepercayaan diri anak berkembang, namun jika anak memiliki kurang gizi, dia tidak akan dapat belajar efektif, sehingga tidak dapat menggunakan kemampuan sepenuhnya.

f. Sumber Daya

Sumber daya seperti buku, mainan, alat musik, dan fasilitas lainnya merupakan hal yang penting dalam perkembangan kepercayaan diri anak.

g. Dukungan

Anak-anak membutuhkan dorongan dan pembinaan dalam mengembangkan sumber daya sehingga dapat mengembangkan kepercayaa dirinya.

h. Upah atau Hadiah

Anak-anak mengembangkan kepercayaan dirinya ketika anak mampu mempertahankan keinginan alamiah untuk menghadapi tantangan. Keinginan alamiah tersebut dapat dibentuk dengan memberikan upah atau barang secara teratur atas usaha anak. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah cinta, rasa aman,


(37)

model peran, hubungan, kesehatan, sumber daya, dukungan, dan upah atau hadiah.

3. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri

Menurut Lauster (2012: 1-4), aspek-aspek kepercayaan diri sebagai berikut:

a. Kemampuan pribadi, yaitu kemampuan yang dimiliki individu untuk mengembangkan diri di mana individu yang bersangkutan tidak tergantung kepada orang lain dan dapat mengenal kemampuan dirinya sendiri

b. Interaksi sosial yaitu kemampuan individu dalam berhubungan dengan lingkungannya dan mengenal sikap individu dalam menyesuiakan diri dengan lingkungan, bertoleransi, dapat menerima pendapat orang lain dan menghargai orang lain.

c. Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dan menilai dirinya sendiri secara positif atau negatif, mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

d. Berani mengungkapkan pendapat yaitu sikap individu untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat menghambat pengungkapan perasaan tersebut.


(38)

4. Karaktersitik Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri

Menurut Lindenfield (1997) karakteristik kepercayaan diri dibagi menjadi 2 yaitu karakteristik percaya diri batin dan karakteristik percaya diri lahir.

a. Percaya Diri Batin

Anak yang percaya diri batin mempunyai empat karakteristik utama, yaitu:

1) Mencintai diri sendiri, artinya peduli terhadap diri sendiri. Hal ini menimbulkan perilaku dan gaya hidup untuk memelihara diri. Anak yang memiliki percaya diri batin akan bertindak sebagai berikut:

a) Mempertahankan kecenderungan diri untuk mempertahankan kebutuhan jasmani maupun rohaninya.

b) Secara terbuka menunjukkan keinginan untuk dipuji, ditentramkan dan mendapat ganjaran, serta tidak akan mencoba memanfaatkan orang lain untuk memenuhi permintaannya.

c) Merasa senang bila diperhatikan orang lain.

d) Merasa bangga akan sifat-sifat baik yang dimilikinya dan tidak akan mengahbiskan waktu, tenaga, dan uang untuk memikirkan kekurangan-kekurangan dirinya.


(39)

e) Memiliki keinginan untuk sehat sehingga memperhatikan kebiasaan untuk menyikat gigi, makan dengan wajar, dan memelihara kebugaran. f) Berusaha untuk melakukan hal-hal yang mendukung

dirinya untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan.

2) Memahami diri, artinya sadar akan diri sendiri. Pemahaman diri diperoleh secara teratur dengan memikirkan perasaan, pikiran, dan perilaku diri sendiri, serta selalu ingin tahu mengenai pendapat orang lain tentang diri mereka sendiri. Anak yang memiliki karakteristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Menyadari kekuatan diri sendiri sehingga mampu mengembangakan kemampuannya secara optimal. b) Mengenali kelemahan dan keterbatasan diri sendiri

sehingga kecil kemungkinannya untuk membiarkan diri mengalami kegagalan berulang-ulang.

c) Memiliki kesadaran yang kokoh mengenai identitas diri sendiri, sehingga lebih mampu dan puas untuk menjadi “pribadi” dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

d) Memiliki pengertian yang sehat mengenai nilai-nilai yang dianutnya.


(40)

e) Memiliki teman-teman yang “tepat” karena telah mengetahui hal-hal yang diinginkan dalam persahabatan.

f) Bersikap terbuka menerima umpan balik yang diberikan orang lain dan tidak mudah tersinggung ketika mendapat kritik dari orang lain.

g) Memiliki kemauan dan kesediaan untuk belajar, karena menyadari dirinya bukanlah orang yang serba tahu.

3) Mampu menentukan tujuan yang jelas, artinya mengetahui dengan jelas alasan atas tindakan yang telah atau akan dilakukannya, serta mengetahui hasil tertentu yang dapat diharapkan dari tindakannya. Anak yang memiliki karakteristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Mempunyai kebiasaan untuk menentukan tujuan yang dapat dicapainya, tanpa harus bergantung pada orang lain untuk melakukan kegiatan.

b) Mempunyai motivasi diri sehingga memiliki lebih banyak energi dan semangat.

c) Lebih tekun karena menyadari bahwa langkah-langkah kecil dan terkadang membosankan memiliki tujuan.


(41)

d) Belajar menilai diri sendiri karena dapat memantau kemajuannya dilihat dari tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

e) Mudah membuat keputusan karena mereka mengetahui betul yang diinginkannya dan dibutuhkan dari hasilnya.

4) Mampu berfikir secara positif, artinya memiliki kebiasaan untuk melihat kehidupan dari sisi yang positif dan mengharapkan serta mencari pengalaman dari hasil yang baik. Anak yang mampu berfikir secara positif akan bertindak sebagai berikut:

a) Bertumbuh dengan harapan bahwa kehidupan pada umunya menyenangkan.

b) Memandang orang lain dari sisi positif, kecuali terdapat alasan khusus untuk berhati-hati.

c) Memiliki keyakinan bahwa setiap masalah dapat diselesaikan.

d) Tidak mengkhawatirkan kemungkinan hasil yang negatif.

e) Memiliki keyakinan bahwa masa depan akan baik atau bahkan lebih baik dari masa lalu

f) Memiliki kemauan untuk bekerja karena menyukai pertumbuhan dan perkembangan kegiatannya.


(42)

g) Bersedia menghabiskan waktu dan energi untuk belajar, serta melakukan tugasnya karena yakin bahwa tujuannya akan tercapai.

b. Percaya Diri Lahir

Anak yang percaya diri lahir memiliki empat karakteristik utama, yaitu:

1) Mampu berkomunikasi dengan baik. Anak yang memiliki karakteristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Mampu mendengarkan orang lain dengan tepat, tenang, dan penuh perhatian.

b) Mampu berbincang-bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis latar belakang.

c) Mengetahui kapan dan bagaimana mengganti pokok pembicaraan dari percakapan biasa menjadi percakapan yang lebih mendalam.

d) Mampu menggunakan komunikasi non verbal secara efektif, sehingga sesuai dengan bahasa verbalnya. e) Mampu membaca dan memanfaatkan bahasa non

verbal orang lain.

f) Berbincang dengan menggunakan nalar dan secara fasih.


(43)

2) Bersikap tegas. Anak yang memiliki karateristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Mampu menyatakan kebutuhannya secara langsung dan terus terang.

b) Mampu membela hak diri sendiri maupun orang lain. c) Mampu melakukan musyawarah yang dapat diterima

dengan baik.

d) Mampu memberi dan menerima pujian secara bebas dan penuh kepekaan.

e) Mampu memberi dan menerima kritik yang membangun

f) Mampu mengajukan keluhan secara efektif.

3) Mampu berpenampilan dengan baik. Anak yang memiliki karakteristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Mampu memilih gaya pakaian dan warna yang sesuai dengan kepribadian dan kondisi fisik diri sendiri. b) Mampu memilih pakaian untuk berbagai peran dan

peristiwa dengan mempertahankan gaya pribadinya. c) Mempunyai kesan pertama yang baik.

d) Menyadari dampak gaya hidupnya (misalnya pakaian, rumah, dan lain-lain) terhadap pendapat orang lain mengenai dirinya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu ingin menyenangkan orang lain.


(44)

4) Memiliki kemampuan untuk mengendalikan perasaan. Anak yang memiliki karakteristik ini akan bertindak sebagai berikut:

a) Mampu mengelola perasaan sehingga tidak khawatir akan lepas kendali.

b) Mampu mengatasai rasa takut, khawatir, dan frustasi sehingga berani menghadapi tantangan dan resiko. c) Menghadapi kesedihan secara wajar karena tidak

takut jika kesedihan itu akan membebani dan menekan diri selamanya.

d) Mampu mengatasi konfrontasi secara efektif dan membela diri terhadap pelecahan, karena dapat menyalurkan energi kemarahannya dengan cara konstruktif.

e) Mampu menemukan cara yang konstruktif untuk menahan dan mengendalikan jika mengalami perasaan yang alamiah yang cukup negatif seperti cemburu.

f) Mencari pengalaman dan hubungan yang memberi kesenangan, cinta, dan kebahagiaan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik utama individu yang memiliki kepercayaan diri adalah mencintai diri sendiri, memahami diri sendiri, mampu menentukan


(45)

tujuan yang jelas, mampu berfikir secara positif, mampu berkomunikasi dengan baik, bersikap tegas, mampu bernampilan dengan baik, serta mampu mengendalikan perasaan.

5. Perkembangan Kepercayaan Diri pada Siswa SD

Terbentuknya kepercayaan diri tidak dapat dilepaskan dari perkembangan manusia pada umumnya. Kepercayaan diri sudah terbentuk pada tahun pertama kehidupan yang diperoleh dari perlakukan orang yang mengasuh, merawat, dan memenuhi segala kebutuhan anak. Sikap orang tua yang terlalu melindungi anak menyebabkan rasa percara diri anak kurang, karena sikap tersebut membatasi ruang gerak anak (Nurihsan, 2011: 39). Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses belajar secara individu maupun sosial.

Tahap usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun disebut juga dengan usia kelompok, dimana anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap belajar. Memasuki sekolah dasar, salah satu hal penting yang perlu dimiliki oleh anak adalah kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan, keterampilan motorik, dan bahasa tetapi juga yang lain seperti kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan, dan dapat mengendalikan emosi-emosinya.

Pada masa anak sekolah ini, anak-anak mulai membandingkan dirinya dengan temannya di mana anak mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini anak


(46)

sering gagal dan merasa cemas, pada diri anak akan tumbuh rasa rendah diri, namun sebaliknya bila anak tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadadpi tuntutan masyarakat dan berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolah, akan timbul kepercayaan diri pada diri anak (Gunarsa, 1986: 14).

Menurut Yusuf (dalam Nurihsan, 2011: 36) untuk mencapai kematangan sosial dan rasa percaya diri, anak harus belajar tentang cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh melalui berbagai pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman dewasa, maupun orang dewasa lainnya. Perkembangan kepercayaan diri anak sangat dipengaruhi oleh perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma kehidupan bermasyarakat.

Pembentukan kepercayaan diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Lindenfield (1997) setidaknya ada delapan faktor yang berpengaruh dalam proses pembentukan kepercayaan diri, yaitu cinta, rasa aman, model peran, hubungan, kesehatan, sumber daya, dukungan, dan upaha atau hadiah. Bila semua kebutuhan ini dapat dipenuhi, maka anak akan memiliki kepercayaan terhadap dirinya sendiri dan mampu mengatasi tekanan-tekanan yang sedang dihadapi.

6. Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri pada Siswa SD

Lauster (2012: 15-16) memberikan beberapa petunjuk bagaimana cara untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu:


(47)

a. Mencari sebab-sebab mengapa individu merasa rendah diri. Hal ini akan memudahkan untuk mencari perbaikan untuk meningkatkan rasa percaya diri.

b. Mengatasi kelemahan. Dengan adanya kemauan yang kuat, individu akan mengatasi kelemahannya menjadi keberhasilan yang sebenarnya.

c. Mengembangkan bakat dan kemampuan secara optimal, sehingga kelemahan yang ada pada diri individu dapat teratasi.

d. Merasa bangga dengan keberhasilan yang telah dicapai dalam bidang tertentu

e. Tidak mudah terpengaruh dengan pendapat orang lain. Bertindak sesuai dengan keyakinan individu akan membuat individu merasa merdeka dalam berbuat sesuatu

f. Bersikap optimis ketika dihadapkan untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit atau yang baru dikenal.

g. Memiliki cita-cita yang realistis dalam hidup, agar kemungkinan untuk terpenuhi cukup besar.

h. Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain yang dinilai lebih baik.


(48)

B. Hakikat Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial

Menurut Yusuf (2008: 11) bimbingan pribadi sosial merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu. Bimbingan pribadi sosial diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan individu dalam menangani masalah dirinya. Bimbingan pribadi sosial diberikan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, interaksi pendidikan yang hangat, mengembangkan sikap-sikap yang positif, dan keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat.

Winkel (2012: 118) menyatakan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

Menurut Tohirin (2007: 124) bimbingan pribadi adalah suatu bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Surya (dalam Tohirin 2007: 125) menjelaskan bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan


(49)

masalah-masalah pribadi sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah-masalah konflik, mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu agar dapat mencapai tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian konflik, dan penyesuaian diri, sehingga mampu membina hubungan social yang harmonis di lingkungannya. Bimbingan pribadi sosial diberikan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif, interkasi pendidikan yang hangat, mengembangkan sikap-sikap yang positif, dan keterampilan-keterampilan sosial pribadi yang tepat.

2. Tujuan Bimbingan Pribadi Sosial

Menurut Tohirin (2007: 128) tujuan bimbingan pribadi sosial, sebagai berikut:

a. Agar individu yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan lingkungannya.

b. Membantu individu dalam memecahkan dan mengatasai kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu dapat menyesuaiakan diri secara baik dan wajar di lingkungan sekitarnya.


(50)

c. Agar individu dapat mencapai tujuan dan tugas perkembangan dan tugas pribadi.

d. Membantu inidividu mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

e. Agar individu mampu mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, dan pengisian waktu luang.

3. Aspek-aspek Bimbingan Pribadi Sosial

Menurut Surya dan Winkel (dalam Tohirin, 2007: 123), aspek-aspek persoalan individu yang membutuhkan layanan bimbingan pribadi sosial adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan individu memahami dirinya sendiri. b. Kemampuan individu mengambil keputusan sendiri.

c. Kemampuan individu memecahkan masalah yang menyangkut keadaan batinnya sendiri.

d. Kemampuan individu melakukan sosialisasi dengan lingkungannya.

e. Kemampuan individu melakukan adaptasi.

f. Kemampuan individu melakuakan hubungan sosial (interaksi sosial) dengan lingkungannya baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.


(51)

4. Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial dalam Peningkatan Kepercayaan Diri

Fungsi bimbingan pribadi sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima Puspita, 2007: 47-49) antara lain:

a. Membantu siswa agar mampu menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih percaya diri.

b. Membantu siswa agar memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam dirinya, sehingga mampu mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh.

c. Membantu siswa untuk berkomunikasi secara sehat dengan lingkungannya. Siswa diharapkan mampu menjalin komunikasi yang sehat dengan teman sebaya maupun orang lain.

d. Membantu siswa untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat. Siswa diharapkan dapat berlatih perilaku baru yang lebih sehat yang dapat menunjang aktivitasnya lingkungan sekolah maupun masayarakat salah satunya dengan membangun kepercayaan diri.

e. Membantu siswa untuk spontan, kreatif dan efektif dalam mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya. Diharapkan siswa dapat mengungkapkan perasaanya, keinginannya dengan berani.


(52)

5. Efektifitas Layanan Bimbingan Pribadi Sosial dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri

Setiap individu atau siswa mempunyai perbedaan yang khas, maka dalam proses belajar mengajarnya pasti akan menemui berbagai hambatan atau permasalah yang muncul. Permasalahan tersebut baik berasal dari dalam dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakatnya.

Melalui layanan bimbingan pribadi sosial adalah jenis bimbingan yang bertujuan membantu individu dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi sosial (Nurihsan, 2006:16). Mengingat para peserta didik merupakan individu yang berada pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak seringkali ditemui rasa tidak percaya diri. Untuk mengatasinya perlu adanya bimbingan pribadi sosial bagi anak pada masa ini.

Penanganan secara dini yang mengarah pada perbaikan dan pencegahan meluasnya permasalahan yang dihadapi siswa sangatlah dibutuhkan. Hal ini perlu perhatian yang serius dari berbagai pihak yang berkaitan dengan kegiatan belajar siswa di sekolah maupun luar sekolah. Salah satu pihak yang mempunyai kepentingan adalah guru, dalam hal ini guru memberikan layanan bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa.


(53)

C. Hakikat Permainan Titian Balok

1. Pengertian Permainan Titian Balok

Balok titian atau papan titian adalah permainan untuk melatih kesimbangan anak dan kepercayaan diri anak yang terbuat dari kayu ringan dan kuat, sehingga dapat dipindah-pindahkan di area sekolah. Balok titian dibuat dengan ukuran 15 x 120 x 20 cm dan dapat dicat dengan berbagai macam warna yang menarik. Menurut Ika PH (2010) bermaian balok titian termasuk dalam kegiatan bermain aktif. Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktvitas yang mereka lakukan sendiri, biasanya melibatkan banyak aktivitas tubuh/gerakan tubuh

2. Tujuan Permaianan Titian Balok pada Siswa SD

Pengembangan dan pembinaan motorik sangat diperlukan karena merupakan perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh yang sangat diperlukan bagi kehidupan anak. Rendahnya keseimbangan kemampuan fisik motorik ketika berjalan pada suatu papan titian membuat anak menjadi ragu dalam bermain, berlari, maupun yang dibutuhkan saat bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kegiatan berjalan di atas balok titian ini bertujuan untuk melatih keseimbangan, melatih keberanian serta menumbuhkan rasa percaya diri anak. Menurut Montolalu (2007) tujuan permainan papan titian atau balok titian tidak hanya untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar saja tetapi juga mampu mengembangkan kemampuan lain, seperti:


(54)

a. Melatih keseimbangan tubuh, keberanian, dan percaya diri

b. Sejalan dengan perkembangan kognitif, anak juga mengoperasikan kemampuan kognitifnya untuk memikirkan agar tidak jatuh

c. Aktivitas permainan ini bertujuan mengembangkan, menumbuhkan, mengasah kepekaan, kepedulian anak untuk menunjang moral dan nilai-nilai yang berlaku universal.

3. Peranan Titian Balok dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa SD

Mohammad Muhyi Faruq (2007: 72-76) menyatakan mengembangkan gerak keberanian, keseimbangan dan partisipasi anak dengan papan titian sebagai berikut: (a) melangkah di atas papan titian dengan langkah pendek, (b) melangkah di atas papan titian dengan langkah panjang, dan (c) melangkah di atas papan titian dengan langkah menyamping. Ketiga aktivitas tersebut harus dilewati siswa untuk menumbuhkan percaya dirinya. Siswa diberi kesempatan menggunakan aktivitasnya melewati papan titian sampai berhasil sehingga menemukan keberanian dan kepercayaan diri. Permainan papan titian mempunyai tujuan luas yang di dalamnya berisikan aktivitas permainan. Aktivitas tersebut disadari atau tidak, dapat membina dan meningkatkan rasa percaya diri (sefl confidence) bagi yang melakukannya (Hamidi, 2007: 45).


(55)

4. Keunggulan Permainan Titian Balok dalam Peningkatan Kepercayaan Diri

Permainan titian balok terbukti dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa. Hal ini dapat dibuktikan melalui pendapat para ahli dan penelitian-penelitian sebelumnya. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Erna Iswati (2008) bermain adalah dunia anak yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan anak. Dalam permainan papan titian, secara tidak langsung anak-anak dapat membangun relasi sosial dengan lingkungan maupun antar sesama serta menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Hal ini juga didukung oleh Sadiman (2009) yang menyatakan permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur, permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar, permainan dapat memberikan umpan balik langsung, dan permainan memungkinkan penerapan konsep-konsep atau peran-peran ke dalam situasi dan peranan yang sebenarnya di masyarakat. Dengan demikian permainan papan titian atau titian balok akan menumbuhkan kepercayaan diri dan memberikan manfaat-manfaat positif bagi siswa.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa permainan titian balok dapat digunakan sebagai upaya mengatasi masalah siswa, khususnya mengenai peningkatan kepercayaan diri.


(56)

5. Hasil Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis lakukan, diantaranya adalah:

1. Penelitian oleh Untung Sujadi (2012) yang berjudul “Penggunaan Media Balok Berjenjang dalam Pembelajaran Senam Keseimbangan pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtejo Tahun 2012”. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut sebanyak 20 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Penelitian tersebut dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menyatakan bahwa pada aspek kognitif terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yang sangat signifikan, yaitu siklus I dengan skor rata-rata 75 dan di siklus II rata-ratanya 89,5. Pada aspek psikomotor terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu pada siklus I rata-rata skor siswa 65,5 dan di siklus II rata-ratanya menjadi 91,5. Pada aspek afektif juga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu, pada siklus I rata-rata skor siswa 81,8 dan di siklus II rata-ratanya menjadi 86,5. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa senam keseimbangan telah mengalami peningkatan melalui penggunaan media balok berjenjang.


(57)

2. Penelitian oleh Selly Asna Wijayanti (2012) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri dengan Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Permainan Papan Titian pada Siswa

kelas V SD Hadipolo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Subjek dalam

penelitian ini adalah 8 siswa yang tingkat kepercayaan dirinya rendah. Setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok selama dua siklus, terdapat peningkatan kepercayaan diri pada para siswa tersebut. Pada siklus I peningkatan sebesar 40%, pada siklus II meningkat menjadi 89%. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa berdasarkan analisis yang telah dilakukan terdapat peningkatan positif, rasa percaya diri siswa yang semula rendah meningkat menjadi lebih baik.

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media balok berjenjang efektif dalam meningkatkan rasa percaya diri partisipan. Berangkat dari hal tersebut maka penggunaan media balok berjenjang atau titian balok dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa. Penggunaan media balok berjenjang atau titian balok, selain membantu anak melatih keseimbangan, titian balok mampu membuat anak senang dan percaya diri, sehingga siswa diharapkan dapat merasa senang dan percaya diri dalam belajar.


(58)

D. Hakikat Siswa Kelas III SD Negeri Sruwohdukuh Sebagai Anak Pada Masa Pertengahan dan Akhir Kanak-Kanak

1. Pengertian Masa Pertengahan dan Akhir Kanak-kanak

Menurut Santrock (2002) masa pertengahan dan akhir kanak-kanak merupakan periode perkembangan yang terentang dari usia 6-12 tahun setara dengan tahun-tahun sekolah dasar. Menurut pendidik, pada masa ini anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting, baik kepentingan kurikuler maupun kepentingan ekstrakurikuler (Hurlock, 1997). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa anak pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak adalah anak yang berusia 6-12 tahun serta berada pada usia sekolah dasar.

2. Tugas Perkembangan Anak pada Masa Pertengahan dan Akhir Kanak- Kanak

Menurut Havighurst (dalam Nurihsan, 2011: 19) tugas perkembangan anak pada masa pertengahan dan akhir kanak-kanak adalah sebagai berikut:

a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak.

b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.


(59)

d. Mulai mengembangkan peran sosial antara pria atau wanita yang tepat.

e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.

f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.

g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata tingkatan nilai

h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

i. Mencapai kebebasan pribadi. 3. Karakteristik Anak Usia SD

Sugiyanto (2010) menjelaskan ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik, khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Guru harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya.

a. Anak usia SD Senang Bermain

Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang, bermuatan permainan lebih‐lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di


(60)

dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.

b. Anak usia SD Senang Bergerak

Orang dewasa dapat duduk berjam‐jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.

c. Anak usia SD Senang Bekerja dalam Kelompok

Anak usia SD dalam pergaulannya dengan kelompok sebaya, mereka belajar aspek‐aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan‐aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang lain, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif). Untuk ini, guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3‐4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.

d. Anak SD Senang Merasakan atau Melakukan/memperagakan Sesuatu Secara Langsung.

Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep‐konsep baru dengan


(61)

konsep‐konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep‐konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi‐fungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

E. Kerangka Berpikir

Peneliti menggunakan bimbingan pribadi sosial klasikal melalui metode permainan titian balok sebagai upaya perbaikan terhadap kepercayaan diri siswa SD kelas III. Selama ini guru telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa, namun dalam kenyataannya belum bisa meningkatkan kepercayaan diri siswa. Siswa cenderung malu atau bersikap tertutup dalam mengungkapkan masalah. Rendahnya kepercayaan diri siswa bila dibiarkan akan menjadikan seseorang memiliki sikap rendah diri. Tanpa adanya kepercayaan diri, siswa tidak memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu, selain itu siswa juga akan sulit berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu perlu adanya sebuah upaya yang dapat membuat kepercayaan diri siswa meningkat. Salah satu metode yang dimungkinkan untuk meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah metode bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok. Permainan titian balok memiliki keunggulan dalam melatih keseimbangan


(62)

dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Jika kepercayaan diri siswa sudah tumbuh, hal ini akan berdampak pada perilaku positif siswa di kelas.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Ha : Kepercayaan diri pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok. 2. Ho : Kepercayaan diri pada siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh

tidak dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal dengan menggunakan media permainan titian balok.


(63)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, waktu dan tempat penelitian, setting penelitian, prosedur penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan indikator keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan bimbingan dan konseling (PTBK) yang dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan berasal dari bahasa inggris yaitu action research.

Menurut Mertler (dalam Dede Rahmat, 2012:12) action research sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, serta melakukan perbaikan atas suatu program sekolah atau kelas yang khusus. Penelitian tindakan merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah, dengan adanya rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Dede Rahmat, 2012:12). Menurut Arikunto (2009:3), penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Reserach) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.


(64)

untuk mempelajari suatu masalah, mencari solusi, dan memberikan perbaikan dengan langkah melakukan perencanaan, melakukan tindakan, melakukan pengamatan, dan melakukan refleksi, sehingga dapat menghasilkan proses pengembangan dalam bidang bimbingan dan konseling di suatu sekolah. Penelitian ini mengkaji masalah kepercayaan diri siswa yang masih rendah. Selanjutnya diberikan tindakan perbaikan berupa layanan bimbingan pribadi sosial yang diaplikasikan dalam permainan titin balok sebagai upaya peningkatan kepercayaan diri siswa dalam PTBK.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Sruwohdukuh. Berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan. Objek penelitian ini adalah meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui layanan bimbingan pribadi sosial klasikal menggunakan media permainan titian balok.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada jam pembelajaran jam ke 1, yaitu pukul 07.00 WIB, setiap hari Rabu dan Sabtu tiap minggunya. Pelaksanaannya pada semester II atau genap tahun ajaran 2013/2014 di bulan Mei hingga Juni. Tempat penelitian ini adalah di kelas III SD Negeri Sruwohdukuh. Lokasi SD Negeri Sruwohdukuh terletak di Desa Sruwohdukuh, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo.


(65)

D. Peran dan Posisi Peneliti

Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak luar yang sedang mengadakan penelitian dan ingin memberikan kontribusi dalam konteks layanan bimbingan pribadi sosial klasikal di kelas III. Oleh karena itu, terlebih dahulu peneliti membicarakan peran dan tugs masing‐masing dengan pihak yang berwenang di kelas tersebut yaitu guru wali kelas III. Berdasarkan hak tersebut, diterapkan kesepakatan sebagai berikut:

1. Pelakasanaan Tindakan (Sebagai mahasiswa peneliti)

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri, sekaligus sebagai pelaksana tindakan perbaikan yang direncanakan. Peneliti terlibat penuh dalam penerapan layanan bimbingan pribadi sosial klasikal.

2. Kolaborator/pengamat

Kolaborator berperan sebagai pihak yang membantu peneliti mengumpulkan data penelitian dan merencanakan tindakan perbaikan untuk setiap pertemuan yang akan diadakan. Tugas inti kolaborator ketika pelaksanaan tindakan adalah sebagai observer proses. Kolaborator yang dilibatkan adalah guru wali kelas III sebagai pihak yang paling memahami kondisi siswa dan pembelajaran di kelas III.


(66)

Tabel 3.1

Tugas Peneliti dan Kolaborator Peran Deskripsi Tugas Peneliti a. Mengumpulkan data awal

sebagai dasar penelitian

b. Membuat desain penelitian dan rencana perbaikan

c. Pelaksana pelayanan bimbingan pribadi sosial klasikal

d. Mengamati proses tindakan Kolaborator a. Bersama peneliti membuat

desain penelitian dan rencana perbaikan

b. Mengamati dan membagi informasi hasil observasi

c. Bersama peneliti mendiskusikan hasil observasi

E. Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting kelas dan setting halaman sekolah. Data diperoleh pada saat proses bimbingan klasikal di dalam kelas dan luar kelas.

1. Partisipan dalam Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif, yaitu:

a. Mitra Kolaboratif 1

Nama : Tumpuk Srilestari, S.E NIP : ‐

Pangkat/Gol : ‐


(67)

b. Mitra Kolaboratif 2

Nama : Wiwit Sukmawati, S.Pd NIP : 19640320 199403 2 003 Pangkat/Gol : III d

Jabatan : Wali kelas VI

2. Topik Bimbingan

Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Masing‐masing siklus berlangsung dalam satu pertemuan layanan bimbingan klasikal selama 60 menit. Adapun topik bimbingan pada siklus‐siklus perbaikan adalah sebagai berikut:

a. Siklus 1

1) Fokus Penelitian : Meningkatkan kepercayaan diri siswa 2) Topik Bahasan : Percaya Diri

3) Waktu : 31 Mei 2014 Pukul 07.00–08.00 WIB 4) Tempat : Ruang kelas III dan halaman dekat

perpustakaan 5) Jumlah Siswa : 21 Orang b. Siklus 2

1) Fokus Penelitian : Meningkatkan kepercayaan diri siswa 2) Topik Bahasan : Aku Bisa

3) Waktu : 4 Juni 2104 Pukul 09.00 – 10.00 WIB 4) Tempat : Ruang kelas III dan halaman dekat


(68)

perpustakaan 5) Jumlah Siswa : 21 Orang

F. Prosedur Penelitian Tindakan

Sejalan dengan model Hopkins (dalam Dede Rahmat, 2012: 16) penelitian tindakan dilakukan dalam bentuk siklus atau putaran. Setiap siklus terdiri dari empat langkah yang berurutan. Keempat langkah utama tersebut yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan

(observing), (4) refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya, 2011: 54) PELAKSANAAN

SIKLUS 1 PENGAMATAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN IDENTIFIKASI

MASALAH

PERENCANAAN PERENCANAAN


(69)

Bagan PTK di atas menunjukkan bahwa setiap tahapan penelitian wajib dilakukan agar memperoleh hasil yang sesuai dengan kriteria keberhasilan PTK. Berdasarkan bagan PTK dapat diketahui bahwa kegiatan penelitian diawali dengan tahap identifikasi masalah. Pada tahap identifikasi masalah, peneliti melakukan analisis situasi untuk mendapatkan data permasalahan awal yang ada di kelas tersebut, melalui wawancara dan observasi. Kegiatan tersebut berguna untuk memperoleh data awal yang terjadi pada kelas tersebut. Selanjutnya peneliti merancang suatu tindakan dengan mengacu dari permasalahan yang ada. Tahap perencanaan disusun berdasarkan hasil identifikasi masalah.

Pada tahap tindakan, peneliti melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada tahap tindakan ini peneliti memberikan tindakan kepada siswa sesuai dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Pada pelaksanaan tahapan tindakan ini peneliti melakukan observasi, wawancara kepada beberapa siswa, dan membagikan angket di akhir kegiatan untuk mengetahui hasil yang dicapai melalui tindakan yang diberikan. Selanjutnya peneliti melakukan olah data terhadap alat pengumpul data yang telah diberikan dan membuat refleksi setiap siklusnya.

Tahap terakhir yang dilakukan adalah membuat refleksi setelah melakukan tindakan. Peneliti melakukan penilaian tentang proses yang telah dijalankan, yaitu menuliskan kelebihan dan kekurangan selama tindakan dalam penelitian. Hal ini berguna untuk membuat perencanaan dalam tindakan yang akan diberikan pada siklus perbaikan atau siklus selanjutnya.


(70)

G. Tahapan Penelitian

Tahap awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu identifikasi masalah dengan melakukan analisis situasi yang terjadi di kelas III SD Negeri Sruwohdukuh. Selain itu, pada tahap berikutnya peneliti mulai menyusun rancangan penelitian dan mendesain tindakan yang akan diberikan.

1. Identifikasi Masalah

Sebelum menyusun rencana penelitian, terlebih dahulu peneliti mengidentifikasi masalah melalui analisis situasi dengan melakukan kegiatan pengumpulan data awal. Tujuannya agar mendapatkan gambaran yang sesungguhnya mengenai permasalahan yang ada di kelas III. Peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas III, melakukan observasi ketika guru mengajar dikelas. Hasil dari wawancara dan observasi kemudian dianalisis untuk menentukan tindakan selanjutnya. 2. Rancangan Siklus Penelitian (Siklus I)

a. Perencanaan Tindakan

Pada kegiatan penelitian ini peneliti membuat perencanaan yaitu: 1) Mempersiapkan Satuan Layanan Bimbingan (SPB) beserta

materi yang mendukung kegiatan bimbingan. Materi berjudul “Percaya Diri”.

2) Mempersiapkan jenis dan alat permainan “Titian Balok”. 3) Mempersiapkan instrumen penelitian berupa angket, lembar


(71)

4) Memastikan mitra kolaborator untuk siap memberikan pengamatan.

5) Mempersiapkan peralatan dokumentasi berupa kamera b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun.

1) Pembukaan

a) Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar. b) Pemberian Ice breaking untuk penyegar suasana. 2) Inti Kegiatan

a) Tanya jawab pembuka sebagai pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.

b) Pemberian materi bimbingan.

c) Kegiatan inti berupa permainan “Titian Balok” di luar kelas.

d) Pemberian kesimpulan.

e) Pemberian penguatan (reinforcment).

3) Penutup

a) Mengisi lembar refleksi

b) Pemberian dan pengisian angket c) Menutup kegiatan


(72)

c. Observasi

Observasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan dan sikap peneliti selama memberikan bimbingan.

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selama bimbingan berlangsung. Hal yang dijadikan sebagai bahan refleksi yaitu kelebihan dan kekurangan selama proses bimbingan berlangsung.

3. Siklus II

Siklus ini dilakukan sebagai upaya perbaikan pada siklus I. Perencanaan pada siklus ini berdasarkan refleksi yang dilakukan oleh peneliti, observasi mitra kolaboratif dan diskusi antara peneliti dan mitra kolaboratif. Siklus II meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi kegiatan, dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus II ini sama dengan perencanaan tindakan pada siklus I. Pada siklus II peneliti memberikan topik bimbingan “Aku Bisa”.


(73)

b. Pelakasanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah disusun.

1) Pembukaan

a) Peneliti memberikan salam pembuka dan pengantar. b) Pemberian Ice breaking untuk penyemangat kegiatan. 2) Inti Kegiatan

Pelaksanaan upaya perbaikan pada siklus II dilakukan sesuai tahapan dalam SPB dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I. Layanan bimbingan klasikal pada siklus II diharapkan siswa lebih terlibat dalam seluruh kegiatan dan aktif.

a) Tanya jawab pembuka sebagai pengantar masuk pada kegiatan bimbingan.

b) Pemberian materi bimbingan.

c) Kegiatan inti berupa permainan “Titian Balok” di luar kelas.

d) Pemberian kesimpulan.

e) Pemberian penguatan (reinforcment)

3) Penutup

a) Mengisi lembar refleksi

b) Pemberian dan pengisian angket c) Menutup kegiatan


(74)

Adapun urutan kegiatan topik bimbingan pada tiap siklusnya, disusun dalam Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB), yang termuat pada lampiran 1.

c. Observasi

Observasi dilakukan selama proses kegiatan bimbingan berlangsung. Hal ini dilakukan guna mengamati pelaksanaan tindakan. Hal yang diobservasi yaitu perilaku anak selama mengikuti kegiatan bimbingan dan sikap peneliti selama memberikan bimbingan. Saat melakukan observasi, peneliti dibantu mitra kolaboratif dalam mengamati proses jalannya kegiatan bimbingan.

d. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti berdiskusi bersama mitra kolaboratif mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan selama bimbingan berlangsung. Hal yang dirasa masih kurang optimal akan diperbaiki. Setelah tindakan dilakukan, peneliti segera mengolah data yang telah didapatkan melalui angket, observasi, dan wawancara dari setiap siklusnya untuk kemudian dianalisis.

Refleksi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terjadi saat bimbingan tiap siklusnya. Hasil dari diskusi bersama mitra kolaborator dan identifikasi melalui alat pengumpul data, akan digunakan sebagai


(1)

LAMPIRAN 6


(2)

Foto Penelitian

Pra Tindakan


(3)

Siklus II


(4)

LAMPIRAN 7


(5)

(6)