yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kompensasi dengan kinerja guru. Persamaannya terletak pada variabel
kompensasi yang memuat pembahasan mengenai gaji,insentif, dan tunjangan. Sedangkan perbedaan yang mendasar pada sripsi ini adalah mengenai kinerja
guru yang lebih mengarah kepada empat kompetensi guru, bukan pada salah satunya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Yayu Humaero 2014 dalam skripsi yang berjudul: “Sistem Kompensasi di Madrasah Al-Ihsan Pandeglang
Banten” program Manajemen Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan sistem
kompensasi yang ada pada Madrasah Al-Ihsan belum efektif, karena dalam menentukan kompensasi madrasah hanya memberikan berdasarkan waktu dan
tidak ditentukan berdasarkan latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengajar serta kompensasi tidak memberikan dampak yang berarti
kepada produktivitas kerja guru. Persamaannya terletak pada pembahasan mengenai sistem imbalan yakni yang meliputi gaji, insentif, dan imbalan.
Namun perbedaan yang mendasar pada skripsi ini adalah hanya fokus terhadap pembahasan mengenai sistem imbalan. Sedangkan penulis
memfokuskan terhadap dua variabel yakni mencari hubungan antara sistem dengan kompetensi profesional guru.
C. Kerangka Berpikir
Seseorang yang bekerja pada instansilembaga pasti berharap untuk mendapatkan imbalan sebagai balas jasa atas kontribusi mereka terhadap
instansilembaga tersebut, tidak terkecuali guru. Guru merupakan sebuah profesi yang memerlukan keahlian tertentu dan
tanggung jawab yang harus dikerjakan secara profesional. Sehingga menjadi seorang guru tidaklah mudah. Dengan hanya bermodalan penguasaan materi
dan menyampaikannya kepada siswa dirasakan belum cukup dapat dikatakan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional. Karena menjadi seorang
guru harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Guru sebagaimana manusia lainnya pasti mempunyai sebuah kebutuhan dalam hidupnya. Seorang guru pasti ingin memberikan yang terbaik dalam
bekerja termasuk dalam proses belajar mengajar terhadap peserta didik. Namun tidak dapat dipungkiri ada salah satu faktor yang mendukung
seseorang mempunyai semangat dalam bekerja yaitu pemberian imbalan. Dengan memperoleh imbalan yang sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya seorang guru pasti akan menekuni profesinya secara utuh, sehingga mereka tidak perlu mencari pekerjaan sampingan demi memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari.Sebaliknya, jika seorang guru tidak memperoleh imbalan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya besar kemungkinan dia tidak
akan maksimal menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. Dengan demikian dapat diduga terdapat hubungan antara sistem imbalan
dengan kompetensi profesional guru. Semakin tinggi imbalan yang diterima guru maka semakin baik tingkat kompetensi profesionalnya. Sebaliknya
semakin rendah imbalan yang diterima maka semakin rendah kompetensi profesionalnya.
Tabel 2.1 Kerangka Berfikir
11 Sistem Imbalan
1. Gaji
2. Insentif
3. Tunjangan
Kompetensi Profesional 1.
Penguasaan materibahan pelajaran
2. Mengelola Program
Belajar Mengajar 3.
Pengelolaan Kelas 4.
Penggunaan Media dan Sumber Pembelajaran
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dijelaskan maka dapat
dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sistem imbalan dengan kompetensi profesional guru
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sistem imbalan dengan kompetensi profesional guru