Nilai Ekonomis Lahan Nilai Lahan 1. Nilai Sosial Lahan

31 Perlakuan terhadap lahan sebagai komoditas ekonomi mempertimbangkan pula fungsi lahan sebagai benda sosial dan instrumen pembangunan daerah Budiharjo, 2005: 67. Dengan demikian, hal yang menentukan nilai tanah secara sosial berhubungan dengan sifat fisik tanah dan dengan proses organisasi yang berhubungan dengan masyarakat, yang semuanya mempunyai kaitan dengan tingkat laku dan perbuatan kelompok masyarakat Jayadinata, 1999: 159. Menurut Chapin, nilai sosial lahan diturunkan dari teori-teori: 1 teori bentuk kota, teori ini memusatkan pada perancangan lingkungan fisik; 2 teori sistem aktivitas, teori ini memusatkan pada pola-pola kebiasaanperilaku dalam lingkungan tempat tinggal; dan 3 teori lingkungan sosial, teori yang memusatkan pada perancangan dan kebiasaanperilaku tetapi pada tingkat masyarakat Chapin, 1995: 42-43. Sedangkan menurut Jayadinata, lingkungan sosial penduduk yang turut mewarnai dalam pola pengunaan lahan yaitu: pola kendali, pola kegiatan sosial dan ekonomi, dan pola bina dan konstruksi, pola yang menggambarkan bentuk identitas dari bangunan yang dibangun Jayadinata, 1999: 25.

2.3.2. Nilai Ekonomis Lahan

Manusia secara langsung dan tidak langsung selalu berhubungan dengan lahan, baik kepada penggunaan atau pemilikannya, sehingga lahan menjadi salah satu faktor produksi. Nilai ekonomis lahan merupakan suatu penilaian atas kemampuan lahan secara ekonomis hubungannya dengan produktifitas dan strategi ekonominya. Lahan yang berada di pusat kota dengan kondisi lahan yang baik, aksesibilitas yang tinggi, ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap secara 32 kualitatif maupun peranan strategisnya menjadi faktor yang menentukan atas suatu nilai lahan. Dengan demikian, kepadatan dan nilai tanah semakin rendah untuk lokasi-lokasi yang semakin ke arah tepi kota Branch, 1996: 62. Lahan mempunyai pengaruh keruangan atas daerah sekitarnya, yang berkaitan dengan penyebaran penggunaan ruang tanah itu sendiri yang telah ada sebagai akibat adanya aktivitas manusia dan penyebaran penggunaan tanah itu sebagai dampak perluasan wilayah. Dengan demikian, secara fungsional bahwa nilai lahan merupakan kemampuan lahan dalam pemenuhan aktivitas manusia. Pusat kota sebagai daerah dengan aksesibilitas yang paling tinggi memiliki nilai lahan tertinggi. Daerah pusat kota ditandai dengan tingginya konsentrasi kegiatan perkotaan disektor komersialperdagangan, perkantoran, bioskop, hotel, jasa dan juga mempunyai arus lalu lintas yang tinggi Yeates, 1980: 334. Setelah pusat kota, nilai lahan tertinggi kedua adalah kawasan yang berada di jalan arteri sekunder. Kemudian terus menurun pada kawasan jalan kolektor menuju kawasan jalan-jalan lokal. Arah yang semakin menjauh dari pusat kota ini menunjukkan pergerakan lahan ke arah yang lebih rendah, sehingga lahan yang nilainya rendah akan memberikan pengaruh pada menurunnya harga lahan. Dalam perkembangan tata guna lahan kota, yang lebih berperan adalah faktor lokasi, yang meliputi aksesibilitas dan ketersediaan fasilitas dan faktor keuntungan serta tingkat kebutuhan penduduk terhadap penggunaan lahan kota. Pengembangan jaringan jalan mendorong meningkatnya harga lahan. Tingginya harga lahan kemudian menjadikan hambatan bagi penduduk untuk menguasai lahan pada daerah yang memiliki akses baik Kodoati, 2003: 7. 33 Permintaan atas lahan tergantung pada preferensi masing-masing individu, sehingga lahan yang memiliki nilai ekonomis dan bernilai tinggi akan dimanfaatkan oleh penduduk yang berani membayar tinggi. Sebaliknya, penduduk yang tidak mampu membayar tinggi akan menempati lahan yang mempunyai nilai ekonomis rendah. Dengan demikian, nilai ekonomis lahan menjadi berbeda-beda sesuai dengan jenis pemanfaatan lahan itu sendiri. Pemanfaatan lahan yang berbeda-beda ini menyebabkan harga lahan itu bervariasi.

2.4. Teori Ekonomi Lahan Perkotaan Urban Land Economic