B. Pembahasan
Berdasarkan usia responden berada pada rentang usia 40-60 tahun yaitu termasuk usia dewasa akhir. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian diabetes
mellitus tinggi pada usia akhir. Selain itu pendidikan seluruh responden 100 adalah tamatan SMA sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat
pengetahuan. Dengan demikian mahasiswa memberikan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus. Latar belakang budaya seperti suku juga mempengaruhi
perilaku dalam memelihara kesehatan seperti jenis makanan, peran dalam keluarga, dan tradisi adat istiadat. Seluruh pasien juga telah menderita diabetes
mellitus lebih dari tiga tahun dan mempunyai riwayat DM pada keluarga. Sebelum melakukan tindakan senam kaki, terlebih dahulu praktikan
memberikan pendidikan kesehatan mengenai DM dan senam kaki kepada pasien dan keluarga pasien , kemudian mengukur TTV, dan CRT pasien. Untuk tekanan
darah diukur dua kali yaitu di dorsalis pedis dan brachialis. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai ABPI sistol dorsalis pedissistol brachialis. Kemudian,
paktikan mendemonstrasikan gerakan-gerakan senam kaki kepada pasien dengan durasi 15-20 menit untuk masing-masing kaki kanan dan kiri. Senam kaki
dilakukan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Untuk senam kaki tahap pertama didampingi oleh praktikan, tetapi untuk senam tahap kedua dilakukan oleh pasien
sendiri dibantu oleh keluarga pasien. Untuk mengingat gerakannya, praktikan memberi leaflet kepada pasien.
Kegiatan senam kaki dilakukan secara teratur oleh pasien selama 7 hari dengan atau tanpa pengawasan dari praktikan, dalam hal ini pasien tidak
Universitas Sumatera Utara
mengalami kesulitan saat melakukan gerakan-gerakan senam. Hal yang dinilai dalam pelaksanaan senam kaki ini adalah nilai ABPI pre-post senam kaki dan
CRT pre-post senam kaki. Setelah kuang lebih 5 hari melakukan senam, praktikan kembali mengukur ABPI dan CRT pasien.
Hasil pengukuran CRT ekstremitas kanan sebelum diberikan foot exercise pada kelompok intervensi didapatkan data 3 pasien 60 dalam kategori baik,
dan setelah diberikan foot exercise hari ke-5 meningkat menjadi 5 pasien 100 dalam kategori baik. Sedangkan Nilai CRT pada ekstremitas kiri sebelum
dilakukan intervensi sebanyak 3 pasien 60 CRT baik dan meningkat menjadi 4 pasien 90 yang diukur kembali pada hari ke-5. Hal ini sesuai dengan penelitian
Tara 2003 yang mengatakan senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi
darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan
juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Adapun tujuan yang diperoleh setelah melakukan senam kaki ini adalah memperbaiki sirkulasi darah pada kaki
pasien diabetes, sehingga nutrisi lancar kejaringan tersebut Wibisono, 2009. Neuropati diabetik yang tidak segera dikelola maka akan dapat
menyebabkan terjadinya ulkus diabetik. Kurang lebih 15 pada orang dengan DM tipe 1 menderita ulkus diabetik dan 14-24 berisiko ulkus diabetik. Ulkus
diabetik terjadi akibat menurunnya vaskularisasi perifer dengan diawali terjadinya neuropati diabetik. Kejadian Neuropati diabetik dapat dinilai dengan adanya tanda
penurunan nilai Ankle Brachial Pressure Index ABPI, sensibilitas dan Capilary Refilling.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lamone dan Burke 2008 Neuropati diabetik merupakan suatu kondisi kerusakan saraf akibat adanya gangguan metabolisme yaitu peningkatan
kadar gula darah. Neuropati diabetik timbul sebagai dampak dari adanya hiperglikemi yang menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu yang kemudian dirubah menjadi sorbitol yang merupakan penyebab kerusakan dan perubahan fungsi sel atau jaringan dimana sorbitol tersebut
terakumulasi. Menurut Soegondo, et al, 2004, Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki dan mencegah
terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan pergerakan sendi. Senam kaki
sangat dianjurkan untuk penderita diabetes yang mengalami gangguan sirkulasi darah dan neuropati di kaki, tetapi disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
tubuh penderita. Sedangkan berdasarkan hasil 3rd National Diabetes Educators Training Camp 2005, senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah
di kaki. Bisa mengurangi keluhan dari neuropati sensorik seperti: rasa pegal, kesemutan, gringgingen di kaki Guyton Hall, 2006.
Setelah dilakukan senam kaki pada penderita DM diperoleh hasil pengukuran sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki selama
lima hari. Melalui penilaian ABPI maka dapat diketahu tingkat kelancaran sirkulasi darah. Sebelumnya perlu diketahui nilai sirkulasi darah normal pada
pasien tersebut dengan menggunakan rumus : ABPI =
Pα P
1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : ABPI
: Indeks Tekanan Brakial pada Pergelangan Kaki, Normalnya : 1.0 P
1
: Tekanan tertinggi yang diperoleh dari kedua tangan Pα
: Tekanan tertinggi yang diperoleh dari pembuluh darah pergelangan kaki
Berikut ini adlah nilai ABPI An Ancle Brakial blood Pressure Index yaitu :
ABPI 1.0 maka sirkulasi darah pada tahap normal ABPI 0.9 maka resiko tinggi luka pada kaki
ABPI 0.5 dan 0.9 perlu perawattindak lanjut Berdasarkan nilai ABPI diperoleh bahwa sirkulasi darah pada kelima
pasien meningkat atau nilai ABPI di atas 1.0 sehingga diperoleh sirkulasi darah pada tahap normal. Selain itu juga pasien juga dievaluasi terhadap tingkat
kenyamanan dan status emosi pasien. Menurut pernyataan masing-masing pasien sebelum dilakukan senam kaki, pasien mengeluh nyeri dan pegal pada kedua kaki
dan setelah dilakukan senam kaki pesien merasa nyaman dan nyeri berkurang dengan skala nyeri sebelum senam antara 4-5 nyeri ringan – sedang dan seelah
senam kaki skala nyeri 4-5 nyeri ringan. Dengan demikian penting dilakukan senam kaki pada pasien yang mengalami gangguan perfusi jaringan terutama pada
pasien DM sehingga sirkulasi darah tidak terhambat dan komplikasi kaki diabetik
Universitas Sumatera Utara
dapat dicegah karena keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan amputasi kaki
Prabowo, 2010. Selain itu pemberian asuhan keperawatan secara optimal dan adanya pengelolaan manajemen kasus dengan pemberian discharge planning
kepada pasien dengan gangguan sistem kardiovaskuler dapat memberikan manfaat besar kepada pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya setelah pulang ke
rumah baik melalui pengobatan yang benar, pembatasan makanan, pembatasan aktivitas, mengubah kebiasaan buruk yang merusak kesehatan, maupun melaluui
latihan secara teratur untuk mengontrol kadar gula darah Nita, 2008. Menurut Dr.dr. Aris Wibudi, Sp.PD komplikasi kaki diabetik sebenarnya
dapat dicegah dengan menerapkan strategi yang menggabungkan upaya pencegahan, perawatan jika terjadi ulkus pada kaki, penanganan medis yang
sesuai, kadar gula darah yang terkendali, serta edukasi terhadap penyandang diabetes dan tenaga medis dapat menurunkan kemungkinan resiko amputasi
sampai 85. Diakhir latihan pada hari kelima praktikan mengevaluasi keadaan kelima
pasien. Dengan memberikan instrumen kepuasan kepada kelima pasien praktikan mendapat hasil 80 pasien mengatakan merasa puas mendapat pelayanan. Hasil
wawancara dengan kelima pasien mengatakan bahwa pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita, informasi dan latihan senam kaki yang dilakukan
sangat membantu kesiapan pasien pulang ke rumah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan praktik PBLK mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners di ruang Rindu RA2 RSUP HAM Medan, sebagai
berikut : 1.
Pengelolan Manajemen Pelayanan Keperawatan a.
Teridentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen kasus berdasarkan pengkajian di
ruang Rindu RA2 yaitu belum optimal. b.
Telah dilakukan upaya untuk mengoptimalkan pelayanan keperawatan yang dapat mendukung asuhan keperawatan
antara lain : memfasilitasi ruangan terkait senam kaki, dan menyediakan leaflet senam kaki.
c. Kendala yang ditemukan selama menerapkan manajemen
ruangan di Ruang Rindu A2 adalah ruang Rindu A2 sedang menjalankan akreditasi JCA, sehingga ketentuan ruangan
masih belum belum jelas..
Universitas Sumatera Utara