Tujuan METODE Strength kekuatan

B. Tujuan

Adapun tujuan mengikuti PBLK ini adalah di Ruangan RA2 RSUP Haji Adam Malik Medan mahasiswa akan mampu: a. Mengelola manajemen pelayanan keperawatan melalui proses pengorganisasian kegiatan keperawatan secara efektif dan efesien dalam pelayanan keperawatan. b. Memberikan pelayanan yang komprehensif terhadap pasien dengan penyakit Diabetes Melitus dengan komunikasi yang efektif, memperhatikan aspek legal, memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien, memperhatikan kebijakan rumah sakit terhadap pasien, menjalin hubungan interpersonal baik dengan pasien maupun tim medis lainnya serta pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan pasien sampai akhir hidupnya.

C. Manfaat 1. Mahasiswa Keperawatan

Manfaat PBLK terhadap mahasiswa adalah sebagai wadah latihan dan gambaran menjadi perawat professional ynag dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien. Selain itu juga melatih mahasiswa mengelola manajemen keperawatan secara efektif dan efesien.

2. Institusi Pendidikan

Manfaat PBLK bagi institusi pendidikan adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan institusi dan menghasilkan tugas akhir dalam bentuk karya ilmiah. Universitas Sumatera Utara

3. Lahan Praktek

Selama kegiatan PBLK maka lahan praktek dapat menggunakan tenaga mahasiswa untuk meningkatkan mutu pelayanan lahan praktek dengan penerapan intervensi kasus sesuai dengan kasus kelolaan mahasiswa sehingga dapat menambah intervensi perawat ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif. Universitas Sumatera Utara

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN

Dalam bagian ini akan dibahas bebarapa aspek yaitu bagian pertama mengenai manajemen keperawatan di lahan praktik khususnya manajemen ruangan di Ruang Rawat Inap Terpadu RA2 Interna Pria Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang meliputi pengkajian Man, Methode, Material dan Money. Sedangkan bagian kedua tentang Manajemen Kasus Keperawatan di ruangan meliputi pengkajian, perumusan masalah, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Konsep Dasar 1. Defenisi Manajemen

Manajemen berasal dari kata Manus yang artinya tangan, maka diartikan secara singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat Gillies, 1998. Menurut Huber 1996 manajemen adalah koordinasi dan integrasi sumber-sumber melalui perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan dan pengawasan dalam mencapai tujuan. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif Universitas Sumatera Utara dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial Muninjaya,2004. Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para staf untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen asuhan keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal, maka diperlukan suatu Standar Asuhan Keperawatan SAK yang akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan keperawatan. Seluruh aktifitas manajemen baik kognitif, efektif dan psikomotor berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2. Fungsi Manajemen

Dalam manajemen, diperlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing. Oleh sebab itu, diperlukan adanya fungsi- fungsi yang jelas mengenai manajemen. Ada empat fungsi manajemen yang harus diperhatikan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Sedangkan dalam manajemen keperawatan ada beberapa elemen utama berdasarkan fungsinya yaitu planning perencanaan, organizing pengorganisasian, staffing kepegawaian, directing pengarahan dan controlling pengendalian evaluasi. Universitas Sumatera Utara a. Planning Perencanaan Swansburg 1999 mengatakan bahwa perencanaan adalah satu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya memodifikasi rencana yang diperlukan. Perencanaan formal menekankan pada apa yang akan dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya yang didasarkan pada komitmen bersama Robbin, 1997. Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen karena perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam perencanaan ditentukan seberapa luas yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya dan siapa yang melakukannya Swanburg, 2000. Dalam proses keperawatan perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan serta pelayanan ini diberikan oleh pekerja keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan. Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan Siagian, 1999. Adapun tujuan perencanaan adalah: 1 sebagai upaya koordinasi dalam memberikan arahan sehingga semua anggota paham akan kondisi organisasi dan mengerti kontribusinya dalam mencapai tujuan baik secara mandiri maupun tim, 2 mengurangi dampak perubahan, 3 memininimalkan hasil yang sia-sia, tidak efektif dan tidak efisien serta menghindari pengulangan kegagalan, 4 Universitas Sumatera Utara menetapkan standar pengontrolan pengendalian: membandingkan kinerja dan tujuan, deviasi dan tindakan korektif yang diperlukan, 5 menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan, 6 efektif dalam hal biaya. b. Organizing Pengorganisasian Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan atau menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan defenisi tersebut, fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk memadukan sinkronisasi dan mengatur semua kegiatan yang ada kaitannya dengan personil, finansial, material, dan tata cara untuk mencapai tujuan organisasi yang telah disepakati bersama Swansburg, 2000. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi man, money, material, method, machine akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan Muninjaya, 2004. Melalui pengorganisasian dapat diketahui: 1 pembagian tugas untuk perorangan atau kelompok, 2 hubungan organisatoris antar manusia yang menjadi anggota atau staf sebuah organisasi, 3 pendelegasian wewenang, dan 4 pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. c. Actuating Pengarahan Douglas dalam Swanburg 2000 mendefinisikan pengarahan sebagai pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja mamahami apa yang diharapkan darinya, dan pedoman serta pandangan pekerja sehingga ia dapat berperan secara efektif dan efisien untuk mencapai obyektif Universitas Sumatera Utara organisasi. Pengarahan merupakan hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian kerja yang efektif untuk tujuan yang nyata. Ada beberapa tujuan dari fungsi pengarahan antara lain menciptakan kerjasama yang efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf, menimbulkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan, mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja serta membuat organisasi berkembang dan dinamis. Ada 12 aktivitas teknis atau obyektif yang berhubungan dengan fungsi pengarahan pada manajemen tingkat pertama atau rendah Douglas dalam Swanburg, 2000. Aktivitas-aktivitas ini adalah bagian dari fungsi pengarahan manajer perawat yang mencakup: 1 merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk klinik kesehatan pasien dan personal perawatan, 2 memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan, 3 melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan oleh bagian penunjang, 4 mengidentifiaksi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf perawatan, 5 memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan, 6 mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas- tugas yang bervariasi dan pengembangan staf perawatan, 7 memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi, 8 mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka sepakati, 9 menginterpretasikan protokol untuk berespon terhadap hal-hal insidental, 10 menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam Universitas Sumatera Utara keadaan darurat, 11 memberikan laporan ringkas dan jelas, 12 menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja individu dan kelompok kerja staf perawatan. d. Controlling Pengawasan Fungsi pengawasan dan pengendalian controlling merupakan fungsi yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai dengan rencana yang ditetapkan disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat disepakati Fayol, 1998. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan Mockler, 2002. Manfaat fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat, maka akan dapat diketahui : 1 apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan standar atau rencana kerja, 2 adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya, 3 apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar, 4 staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan latihan lanjutan. Universitas Sumatera Utara

3. Standar Asuhan Keperawatan

Standar asuhan keperawatan telah dijabarkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1998 mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. a. Standar I : Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan. Komponen pengkajian keperawatan meliputi : 1 Pengumpulan data, kriteria: a menggunakan format yang baku, b sistematis, c diisi sesuai item yang tersedia, d aktual, e valid 2 Pengelompokan data, kriteria: a data biologis, b data psikologis, c data sosial, d data spiritual 3 Perumusan Masalah, kriteria: a kesenjangan antara status kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan, b perumusan masalah ditunjang oleh data yang telah dikumpulkan b. Standar II: Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data kasus kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien. Kriteria : 1 diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, 2 dibuat sesuai dengan wewenang perawat, Universitas Sumatera Utara 3 komponennya terdiri dari masalah, penyebab dan gejala PES atau terdiri dari masalah dan penyebab PE, 4 bersifat aktual apabila masalah kesehatan pasien sudah nyata terjadi, 5 bersifat potensial apabila masalah kesehatan pasien kemungkinan besar akan terjadi, 6 dapat ditanggulangi oleh perawat. c. Standar III: Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan. Komponen perencanaan keperawatan meliputi: 1 Prioritas masalah, kriteria: a masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama, b masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua, c masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga. 2 Tujuan asuhan keperawatan, kriteria: a spesifik, b bisa diukur, c bisa dicapai, d realistik, e ada batas waktu. 3 Rencana tindakan, kriteria: a disusun berdasarkan tindakan tujuan asuhan keperawatan, b melibatkan pasienkeluarga, c mempertimbangkan latar belakang bidaya pasien keluarga, d menentukan alternatif tindakan yang tepat, e mempertimbangkan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku, lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang ada, f menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien, g kalimat instruksi, ringkas, tegas dengan bahasanya yang mudah dimengerti. d. Standar IV: Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang Universitas Sumatera Utara mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan, serta pemulihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya. Kriteria : 1 dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, 2 menyangkut keadaan bio- psiko-sosio spiritual pasien, 3 menjelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien keluarga, 4 sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 5 menggunakan sumber daya yang ada, 6 menerapkan prinsip aseptik dan antiseptik, 7 menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privasi dan mengutamakan keselamatan pasien, 8 melaksanakan perbaikan tindakan berdasarkan respon pasien, 9 merujuk dengan segera bila ada masalah yang mengancam keselamatan pasien, 10 mencatat semua tindakan yang telah dilaksanakan, 11 merapikan pasien dan alat setiap selesai melakukan tindakan, 12 melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan. e. Standar V: Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis dan berencana untuk menilai perkembangan pasien. Kriteria: 1 setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, 2 evaluasi hasil menggunakan indikator yang ada pada rumusan tujuan, 3 hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan, 4 evaluasi melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan, 5 evaluasi dilakukan sesuai dengan standar. f. Standar VI: catatan asuhan keperawatan Catatan asuhan keperawatan dilakukan secara individual. Kriteria: 1 dilakukan selama pasien dirawat inap dan rawat jalan, 2 dapat digunakan Universitas Sumatera Utara sebagai bahan informasi, komunikasi dan laporan, 3 dilakukan segera setelah tindakan dilaksanakan, 4 menulisannya harus jelas dan ringkas serta menggunakan istilah yang baku, 5 sesuai dengan pelaksanaan proses keperawatan, 6 setiap pencatatan harus mencantumkan inisial paraf nama perawat yang melaksanakan tindakan dan waktunya, 7 menggunakan formulir yang baku, 8 disimpan sesuai dengan pengaturan yang berlaku.

4. Model Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, model asuhan keperawatan yang yang lazim dipakai meliputi metode kasus, metode fungsional, tim keperawatan, keperawatan primer dan sistem manajemen kasus Kozier Erb, 1990 dikutip dari Priharjo R, 1995. 1. Metode kasus Disebut juga sebagai perawatan total total care yang merupakan metode paling awal. Pada metode ini seorang perawat bertanggung jawab untuk memberikan perawatan pada sejumlah pasien dalam waktu 8-12 jam setiap shift. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda pada setiap pergantian shift, metode ini banyak dipakai pada keadaan kurang tenaga perawat. Jalan keluarnya adalah dengan merekrut tenaga perawat yang baru. 2. Metode fungsional Sistem tugas mengacu pada ilmu manajemen dalam bidang administrasi bisnis yang berfokus pada tugas yang harus diselesaikan. Perawat dengan pendidikan kurang akan melakukan tindakan yang lebih ringan dibandingkan dengan perawatan profesional. Dalam model ini dibutuhkan pembagian tugas job Universitas Sumatera Utara description, prosedur, kebijakan dan alur komunikasi yang jelas. Metode ini cukup ekonomis dan efisien serta mengarahkan pemusatan pengendalian. Kelemahan dari metode ini adalah munculnya fragmentasi keperawatan dimana pasien menerima perawatan dari berbagai kategori tenaga keperawatan. Skema 1 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Fungsional 3. Metode tim Metode ini dirancang oleh Elanor Lambertson pada tahun 1950-an yang digunakan untuk mengatasi fragmentasi dari metode orientasi pada tugas dan memenuhi peningkatan tuntutan kebutuhan perawat profesional yang muncul karena kemajuan teknologi, kesehatan dan peralatan. Tim keperawatan terdiri dari perawat profesional registered nursing, perawat praktis yang mendapat izin serta pembantu perawat. Tim bertanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan kepada sejumlah pasien selama 8-12 jam. Metode ini lebih menekankan segi manusiawi pasien dan para perawat anggota dimotivasi untuk belajar Nursalam, 2002. Kepala Ruangan Pasien klien Perawat: Injeksi Perawat: Merawat luka Perawat: Merawat Perawat: Pengobatan Universitas Sumatera Utara Hal pokok yang harus diketahui adalah konfrensi tim yang dipimpin ketua tim, rencana asuhan keperawatan dan keterampilan kepemimpinan. Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari memperkenalkan semua personil adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengidentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu menyusun dan memenuhi standar asuhan keperawatan Gillies, 1998. Skema 2 : Sistem pemberian asuhan keperawatan Tim 4. Keperawatan Primer Metode ini merupakan sistem dimana perawat bertanggung jawab selama 24 jam sehari, 7 hari minggu. Ini merupakan metode yang memberikan perawatan secara komprehensif, individual dan konsisten. Metode keperawatan primer membutuhkan pengetahuan dan keterampilan manajemen. Perawat primer Kepala Ruangan Ketua Tim Staf Perawat Pasien Klien Ketua Tim Staf Perawat Pasien Klien Ketua Tim Staf Perawat Pasien Klien Universitas Sumatera Utara mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan pasien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Keperawatan primer melibatkan semua aspek peran profesional termasuk pendidikan kesehatan, advokasi, pembuatan keputusan dan kesinambungan perawatan. Perawat primer merupakan manejer garis terdepan bagi perawatan pasien dengan akuntabilitas dan tanggung jawab yang menyertainya. Skema 3 : Sistem pemberian keperawatan ”Primary Nursing” 5. Sistem Manejemen Kasus Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus case manager bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti : 1 Dengan dokter dan pasien tertentu 2 Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit Dokter Kepala ruangan Sarana RS Perawat primer PP pagi PP sore PP malam Universitas Sumatera Utara 3 Dengan mengadakan diagnosa Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi. Skema 4 : Sistem pemberian keperawatan Manajemen Kasus 6. Model Praktek Keperawatan Profesional MPKP Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan menentukan kualitas produksi jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud. Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu: 1 standar, 2 proses keperawatan, 3 pendidikan keperawatan, dan 4 system MAKP. Dalam menetapkan suatu model, maka keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan, karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kepala Ruangan Staf Perawat PasienKlien Staf Perawat Staf Perawat PasienKlien PasienKlien Universitas Sumatera Utara Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode system pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. a. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Mc Laughin, Thomas, dan Barterm 1995 mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan keperawatan, terapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah Asuhan Keperawatan Total, keperawatan Tim, dan Keperawatan Primer. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Karena setiap perubahan akan berakibat suatu stress, maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan Marquis Huston, 1998:143. 1. Sesuai dengan Visi dan Misi Institusi Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. 2. Dapat diterapkannya Proses Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Proses keperawatan merupakan unsure penting terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. Universitas Sumatera Utara 3. Efisien dan Efektif Penggunaan Biaya Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna. 4. Terpenuhinya Kepuasan Klien, Keluarga, dan Masyarakat Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan klien. 5. Kepuasan Kinerja Perawat Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menanbah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya. 6. Terlaksananya Komunikasi yang Adekuat antara Perawat dan Tim Kesehatan Lainnya Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model Asuhan Keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatatan lainnya. b. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional MAKP Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant Massey 1997 dan Marquis Huston 1998 Universitas Sumatera Utara Model Deskripsi Penanggung Jawab Fungsional • Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan • Perawat melaksanakan tugas tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada • Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi misalnya, merawat luka keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Perawat yang bertugas pada tindakan tertentu Kasus • Berdasarkan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan • Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu • Rasio: 1:1 pasien-perawat. • Setiap pasien dilimpahkan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat mereka dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intensive care. Manager keperawatan Tim • Berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan • Enam-tujuh orang perawat professional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim group yang terdiri atas tenaga professional, teknikal, dan pembantu dalam satu group kecil yang saling membantu. Ketua Tim Primer • Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan. • Perawat bertanggung jawab terhadap semua Perawat Primer Universitas Sumatera Utara aspek asuhan keperawatan, dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengoordinasi asuhan keperawatan. • Rasio 1:4 1:5 perawat: pasien dan penugasan metode kasus. Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien, mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat. Tabel 1 . Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant Massey 1997 dan Marquis Huston 1998 c. Model Praktik Keperawatan Profesional MPKP 1. Pengertian MPKP Suatu sistem struktur, proses dan nilai-nilai professional yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut Hoffart and Woods, 1996. 2. Lima Komponen dalam MPKP 1 Nilai-nilai professional yamg merupakan inti dari MPKP 2 Hubungan antar professional 3 Metode pemberian asuhan keperawatan 4 Pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan 5 System kompensasi dan penghargaan Universitas Sumatera Utara 3. Nilai-nilai Profesional MPKP 1 Nilai-nilai tentang penghargaan atas otonomi pasien 2 Penghargaan atas harkat dan martabat klien sebagai manusia 3 Melakukan yang baik bagi klien 4 Tidak merugikan klien 5 Komitmen pada pendidikan belajar secara berkelanjutan Nilai-nilai harus terus ditingkatkan, diperlukan pemahaman dan komitmen perawat yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Sikap perawat untuk terus belajar sehingga selalu dapat memberikan asuhan kepewatan sesuai perkembangan IPTEK. 4. Jenis MPKP Menurut Ratna Sudarsono 2000, berdasarkan pengalaman mengembangkan MPKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu MPKP yang disebut MPKP Pemula PKPP. Ada beberapa jenis MPKP, yaitu: 1 MPKP Tingkat Pemula Merupakan tahap awal untuk menuju MPKP: a Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat pemula b Pada model ini terdapat tiga komponen utama yaitu ketenagan keperawatan, metode pemberia asuhan keperwatan dan dokumen asuhan keperawatan. Universitas Sumatera Utara 2 MPKP Tingkat I a Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat 1 b Diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan c Metode pemberian asuhan keperawatan adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer. 3 MPKP Tingkat II a Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat II b Pada ketenagaan terdapat perawat kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu c Perawat spesialis berfungsi memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialinya d Melakukan dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan auhan keperawatan e Jumlah perawat spesialis direncanakan 1:10 4 MPKP Tingkat III a Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional tingkat III b Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doctor dalam keperawatan klinik Universitas Sumatera Utara c Berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

5. Struktur Organisasi MPKP

PA PA PA PA PA PA Skema 5 . Struktur organisasi MPKP

1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANG RAWAT

b. Mengobservasi dan member masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang diberikan PP kepada PA c. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA d. Mempresentasikan isu-isu beru terkait dengan asuhan keperawatan e. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian f. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian KEPALA RUANG RAWAT C.C.M PP 1 PP 2 PP 3 Universitas Sumatera Utara g. Menerapakan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan h. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP i. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan untuk perbaikan j. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi penelitian tentang asuhan keperawatan k. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrument evaluasi implementasi MPKP oleh CCM

2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PERAWAT PELAKSANA

a. Melakukan kontrak dengan klien keluarga pada awal masuk ruangan, sehingga tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat melakukan pengkajian tindakan kepada klien keluarga. b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malamm atau libur c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standart renpra sesuai dengan hasil pengkajian d. Menjelaskan instrument yang ditetapkan kepada PA dibawah tangguang jawanya sesuai dengan klien yang dirawat preconference Universitas Sumatera Utara e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab setiap shift f. Pembagian klien didasarkan pada jumlah klien, tingkat ketergantungan klien, dan tempat tidur yang berdekatan g. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan keperwatan, apakah sesuai dengan SOAP h. Memonitor dokumentasi yang telah dilakukan oleh PA i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat diakukan oleh PA j. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium k. Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung jawabnya, bila PP tidak ada, visite didampingi oleh PA sesuai dengan timnya l. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan setiap hari m. Melakukan pertemuan dengan klien keluarga minimal 2hari untuk membahas kondisi keperawatan klien n. Bila PP cuti atau libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk wakil PP dengan bimbingan kepala ruang gawat atau CCM o. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien keluarga p. Membuat perencanaan pulang q. Bekerjasama dengan clinic care manager CCM dalam mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehinnga tercipta evidence based practice LBP Universitas Sumatera Utara

3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PA

a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP b. Membina hubungan terapeutik dengan klien keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP c. Menerima klien baru kontrak dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi klien keluarga jika PP tidak ada ditempat d. Melakukan tindakan keperawatan kepada kliennya berdasarkan renpra e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia f. Melakukan visite dokter bila PP tidak ada ditempat g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan h. Membuat laporan pergantian dinas bila melakukan masalah yang perlu diselesaikan i. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan, dan tindakan j. Berperan serta dalam pemberian kesehatan pada klien sekeluarga yang diberlakukan oleh PP k. Melakukan inventarisasi fasilitas yang terkait dengan timnya l. Membantu tim lain yang membutuhkan m. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP Universitas Sumatera Utara

5. Klasifikasi Pasien

Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas 1984 Leveridge Cummings 1996 klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu: perawatan minimal memerlukan wakti 1-2 jam 24 jam, perawatan intermedit memerlukan waktu 3-4 jam 24 jam dan perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam 24 jam. 1. Minimal Care a Pasien bias mandiri hamper tidak memerlukan bantuan b Mampu naik turun tempat tidur c Mampu ambulasi dan berjalan sendiri d Mampu mandi sendiri mandi sebagian dengan bantuan e Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan f Status psikologis stabil g Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic h Operasi ringan 2. Intermediate Care Parsial a Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian b Mambutuhkan bantuan satu orang untuk naik turaun tempat tidur c Membutuhkan babtuan untuk ambulasi berjalan d Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan e Membutuhkan bantuan untuk makan disuap f Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut Universitas Sumatera Utara g Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan h Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK i Post operasi minor 24 jam j Melewati fase akut dari post operasi mayor k Fase awal dari penyembuhan l Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam m Gangguan emosional ringan 3. Total Care a Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama b Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur kekereta dorong kursi roda c Membutuhkan latihan pasif d Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena infuse atau NGT e Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut f Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan g Dimandikan perawat h Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter i 24 jam jam post operasi mayor j Pasien tidak sadar k Kedaan pasien tidak stabil l Observasi TTV setiap kurang dari jam Universitas Sumatera Utara m Perawatan luka bakar n Perawatan kolostomi o Menggunakan alat bantu pernafasan p Menggunakan WSD q Irigasi kandung kemih secara terus-menerus r Menggunakan alat traksi s Fraktur dan atau pasca operasi tulang belakang leher t Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi

B. Analisis Ruang Rawat 1. Pengkajian

Pengkajian sistem manajemen di Ruangan RA2 dilakukan dengan analisa situasi ruangan pada tanggal 18 - 23 Juni 2012 melalui metode wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan, CI, dan beberapa perawat pelaksana, observasi yang dilakukan pada shift pagi, melalui observasi situasi dan kondisi ruangan, pelayanan asuhan keperawatan, penyediaan sarana dan prasarana, sistem kerja, dan komunikasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 15 Juni 2012 kepada perawat yaitu kuesioner kepuasan kerja perawat, pasien juga diberi kuesioner yaitu tentang tingkat kepuasan pasien. Kuesioner kepuasan kerja perawat dibagi kepada 20 orang perawat dan kuesioner kepuasan pasien dibagi kepada 30 orang responden . Berdasarkan kuesioner yang didadap bahwa pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat kepada pasienkeluarga di ruangan RA2 Universitas Sumatera Utara masih rendah 60, pemberian pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus kepada pasien penyakit diabetes mellitus masih rendah 65 dan latihan senam kaki kepada pasien diabetes mellitus tidak pernah dilakukan kepada pasien diabetes mellitus. 1.1. Man Jumlah Tenaga Keperawatan di RA2 Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di ruangan RA2 didapatkan kondisi Sumber Daya Manusia berdasarkan kualitas dan kuantitas antara lain: No Jabatan Pendidikan Jumlah 1 Kepala Ruangan S1 Keperawatan 1 orang 2 Ketua Tim S1 Keperawatan 2 orang 3 Perawat pelaksana S1 Keperawatan D3 Keperawatan 2 orang 12 orang 4 CI S1 Keperawatan 1 orang TOTAL 19 orang Tabel 2 . Jumlah tenaga keperawatan di ruangan RA2 Perekrutan Tenaga Kerja Perawat di RA2 Untuk proses perekrutan perawat pegawai negeri di ruang RA2 dilakukan melalui ujian penerimaaan pegawai dari Depkes pusat, sedangkan untuk pegawai honorer perekrutan dilakukan melalui ujian lansung dari RSUP Haji Adam Malik Medan. Pegawai yang diterima akan mengikuti orientasi ruangan 3 bulan. Pada awal dinas semua pegawai baru dijadwalkan untuk dinas pagi selama 2 minggu – 1 bulan sehingga kinerjanya dapat dinilai langsung oleh Karu dan kemudian dilaporkan ke Kapokja. Kriteria pegawai yang diterima di ruang RA2 adalah berdasarkan hasil ujian, penilaian selama proses orientasi dan peminatan yang diinginkan oleh calon pegawai baru. Universitas Sumatera Utara Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Kerja Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan. Analisis beban kerja berdasarkan tingkat ketergantungan pasien di ruangan RA2 dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian ketergantungan pasien menurut Orem : Total, Partial, dan Minimal care. Menurut Douglas, Lovevidge, dan Cunnings Menurut Douglas, Lovevidge, dan Cunnings klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori, yaitu perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam24 jam, perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam24 jam, perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam24 jam. Data pengkajian tanggal 20 Juni 2012 didapatkan rata-rata kondisi tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga sebagai berikut: Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Tk.Ketergantungan Jumlah Pasien Pagi Sore Malam Minimal 10 orang 10 x 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10 x 0,07 = 0,7 Partial 26 orang 26 x 0,27 =7,02 26 x 0,15 = 3,9 26 x 0,10 =2,6 Total 9 orang 9 x 0,36 = 3,24 9 x 0,36 =3,24 9 x 0,20 =1,8 Jumlah 45 orang 11,96= 12orang 8,54= 9 orang 5,1= 5 orang Tabel 3 . Perhitungan jumlah tenaga perawat menurt Douglas Shift pagi : 12 orang Shift siang : 9 orang Shift malam : 5 orang Universitas Sumatera Utara Maka jumlah perawat untuk ruangan RA2 dari perhitungan: dinas pagi + dinas siang + dinas malam + liburcuti jumlah perawat satu shift yang terbanyak + 1 kepala ruangan : 12+9+5+12+1= 39 orang. Gillies dan Depkes Tingkat Ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga Tk.Ketergantungan Jumlah Pasien Pagi Sore Malam Minimal 10 orang 10 x 0,17 = 1,7 10 x 0,14 = 1,4 10 x 0,07 = 0,7 Partial 26 orang 26 x 0,27 =7,02 26 x 0,15 = 3,9 26 x 0,10 =2,6 Total 9 orang 9 x 0,36 = 3,24 9 x 0,36 =3,24 9 x 0,20 =1,8 Jumlah 45 orang 11,96= 12orang 8,54= 9 orang 5,1= 5 orang Tabel 4 . Perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Gillies Shift pagi : 12 orang Shift siang : 9 orang Shift malam : 5 orang Total : 26 orang Gillies : 25 libur, cuti, dll = 26 x 25 jumlah=6 org Depkes : 25 untuk tindakan keperawatan = 32 orang x 25 jumlah = 8 org Total= 40org Dengan metode TIM maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah: Perawat Pelaksana : 40 orang Katim : 3x3 = 9 orang Karu : 1 orang Jadi total pegawai yang dibutuhkan ruang RA2 adalah 50 orang. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil perhitungan, maka kebutuhan tenaga perawat ruang RA2 39-50 orang. Menurut hasil perhitungan tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah tenaga perawat yang ada di ruang RA2 saat ini yang berjumlah 19 orang didapat kekurangan tenaga perawat sebanyak 20-30 orang. Hasil wawancara dengan Karu dan beberapa perawat pelaksana mereka juga mengeluhkan kekurangan tenaga perawat, karena perawat selain melakukan tugas keperawatan, mereka juga harus melakukan tugas non keperawatan seperti mengambil obat ke depo farmasi, melipat kasa, mengurus surat keterangan kematian, mengurus surat jaminan, dan terkadang ikut melakukan kebersihan ruangan. BOR Bed Occupation Rate BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit, dengan standar normal 60 – 85 . Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan jumlah pasien rata-rata per bulan sekitar 45 orang dengan jumlah tempat tidur 62 buah. Maka didapatkan BOR sebesar 72,58 . 1.2 Material Dari hasil observasi dan wawancara dengan kepala ruangan, ruangan RA2 terletak dilantai 1 di gedung instalasi Rawat inap terpadu A. Ruangan RA2 terdiri dari Nurse Station dan 25 kamar. Kamar untuk merawat pasien adalah 12 kamar ruangan khusus penyakit dalam, penyakit rendah imun. Ruangan-ruangan tersebut dikelompokkan atas beberapa kelas yaitu kelas I, II dan III, ruangan Universitas Sumatera Utara diagnostik, ruangan CI, ruangan Kepala Ruangan, ruangan perawat, ruangan CaAss, ruangan PPDS, dan gudang. RA2 sudah memiliki tempat sampah terpisah untuk sampah infeksi berwarna kuning dan non infeksi yang berwarna hitam, tempat sampah untuk setiap troli juga sudah tersedia. Selain itu terdapat juga jerigen untuk tempat sampah benda tajam. Di setiap depan ruangan tersedia handsrub sebagai pencuci tangan alternatif yang dapat digunakan perawat, dokter maupun keluarga pasien. Semua pasien sudah memiliki identitas berupa gelang pasien yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin dan nomor rekam medik. 1.3 Metode Moto Pelayanan Keperawatan: Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan harus bersikap senyum yang manis, sapa yang ramah, sentuh dengan kasih sayang Visi keperawatan: Menjadi unggulan pelayanan dan asuhan keperawatan untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal tahun 2010 Misi Keperawatan: 1. Memberi pelayanan dan asuhan keperawatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 2. Melaksanakan bimbingan pelaksanaan pelayanan dan asuhan keoperawatan untuk menghasilkan sumber daya manusia keperawtan yang profesional dengan penggunaan logistik keperawatan secara efisien dan efektif. Falsafah Pelayanan Keperawatan Universitas Sumatera Utara Memberi bantuan paripurna dan efektif untuk memenuhi kebutuhan bio- psiko-sosial-spiritual dan kultural yg komprehensif dengan mengutamakan kepentingan pasien melalui pendekatan proses keperawatan oleh tenaga keperawatan. Metode Asuhan Keperawatan Metode Asuhan Keperawatan yang dianjurkan pihak rumah sakit adalah metode tim, namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan beberapa perawat pelaksana ruang RA2, beberapa perawat juga menjalankan tugas non keperawatan seperti pendokumentasian resep dan mengurus surat kematian, sehingga dalam pelaksanaannya ditemukan tenaga keperawatan fungsional. Ketua tim akan melimpahkan beberapa tugas kepada perawat pelaksana dan perawat pelaksana akan melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua tim, sedangkan kepala ruangan akan mengawasi semua tugas yang dilaksanakan oleh ketua tim dan perawat pelaksana. Jika terdapat konflik dalam ruangan, kepala ruangan beserta staf-stafnya mendiskusikan masalah tersebut melalui pertemuan saat pergantian shift dan segera diselesaikan Timbang terima Prosedur timbang terima overan, selama ini telah dilakukan setiap shift jaga, meliputi: isi timbang terima masalah keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis, terapi yang diberikan dan rencana terapi yang akan diberikan, diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh salah seorang perawat, kemudian kepala ruangan membagi tugas, lalu pegawai malam melaporkan rawatan dan Universitas Sumatera Utara melihat langsung kondisi pasien. Kegiatan timbang terima ini dilakukan pada shift pagi, sedangkan pada shift sore dan malam dilakukan dengan serah terima antara perawat. Pendokumentasian Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara dengan kepala ruangan, RA2 telah memiliki standar asuhan keperawatan SAK dan Standar Operasional Prosedur SOP. Sejak diberlakukannya JCIA, telah disosialisasikan kepada perawat mengenai catatan terintegrasi RM 14 dimana catatan dokter dan perawat berada dalam satu lembar catatan yang terintegrasi sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pemberian terapi medis dan tindakan keperawatan. Pemberian pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sudah dilaksanakan pada saat dokter melakukan visite dan bed side teaching namun hanya dalam bentuk lisan belum menggunakan media dan tidak didokumentasikan. Supervisi Kepala ruangan juga berperan sebagai supervisor, dilakukan dengan cara pengontrolan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh anggotanya setiap hari pada pergantian shift dari mulai pengontrolan pasien bed to bed beserta pembacaan rawatan, pemberian asuhan yang optimal, pengontrolan alat-alat keperawatan kebersihan ruangan sampai pada kegiatan mahasiswa yang praktik atau dinas di ruang RA2. Universitas Sumatera Utara Supervisi juga dilakukan oleh ketua tim yang telah didelegasikan oleh kepala ruangan untuk shift yang tidak ada kepala ruangan. Pertemuan ruangan diadakan setiap pagi saat pergantian shift, yang diikuti oleh seluruh perawat di ruang RA2 yang bertujuan untuk membahas masalah yang terjadi pada semua pasien yang dirawat di ruangan termasuk penyelesaiannya. 1.4 Money Ruangan RA2 memiliki sistem budgeting yang diatur langsung oleh rumah sakit baik untuk pelayanan maupun untuk pendanaan kesehatan bagi petugas kesehatan. Perbaikan dan kelengkapan alat diatur dengan cara membuat permohonan kepada instansi melalui kapokja sarana. Tenaga perawat memperoleh insentif atau jasa medik sesuai dengan golongan jabatan masing-masing. Pembayaran ruang rawat inap untuk setiap pasien diatur berdasarkan golongan pasien masuk, untuk pasien umum maka pembiayaan ditanggung pihak keluarga termasuk biaya obat-obatan dan dokter . Pasien Jamkesmas, Askes dan JKA ditanggung oleh instalasi atau pemerintah daerah. Berikut adalah tarif untuk ruang rawat inap pasien umum berdasarkan kelas ruangan + dokter: 1. Kelas I Rp. 240.000 2. Kelas II Rp. 150.000 3. Kelas III Rp. 65.000 Perawat ruang RA2 mempunyai pengutipan dana STM yang diatur langsung dari Rumah Sakit sebesar Rp. 10.000,- perbulan yang dipotong langsung dari gaji setiap pegawai dan ditambah biaya PPNI Sebesar Rp. 5000,- per bulan. Universitas Sumatera Utara Dana STM dan PPNI ini digunakan apabila ada anggota yang sakit, diopname, tertimpa musibah atau kemalangan dan apabila ada anggota yang mengadakan acara pesta. Perawat yang berprestasi mendapat reward dari hasil pemotongan perawat yang bermasalah terlambat, tidak hadir tanpa pemberitahuan, sering meninggalkan tempat pada jam kerja. Perawat yang terlambat, dan tidak memakai atribut yang lengkap akan diberikan sanksi sebesar Rp. 3000,-. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

3. ANALISA SITUASI SWOT A. MAN

Strenght Kekuatan Weakness Kelemahan Opportunity Kesempatan Threatened Ancaman 1. Rumah sakit tipe A sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan dan rmerupakan salah satu rumah sakit untuk akreditasi JCIA Joint Committee International Association sehingga dituntut untuk meberikan pelayanan yang maksimal 2. Ruang RA2 memiliki tenaga perawat yang terdiri dari S1 Keperawatan 5 orang. 3. Ruang RA2 merupakan salah satu ruang percontohan untuk JCIA sehingga dituntut untuk meberikan pelayanan yang maksimal 4. Rekruitmen perawat melalui ujian pegawai negeri sesuai dengan aturan Rumah Sakit dan perekrutan tenaga honorer melalui Rumah Sakit yang 1. Kurangnya jumlah tenaga perawat di Ruangan RA2, dimana jumlah tenaga perawat termasuk Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana adalah 19 orang. Sedangkan dari hasil perhitungan jumlah tenaga perawat menurut Douglas adalah orang, sehingga RA2 kekurangan 20 orang perawat dan hal ini menyebabkan beban kerja di ruangan RA2 cukup tinggi. 1. Adanya mahasiswa Kedokteran, Akper, Akbid, dan S1 Keperawatan serta tenaga praktek di ruangan RA2. 1. Era globalisasi yang menuntut tenaga keperawatan yang profesional dan memiliki kompetensi pada bidang pelayanan keperawatan. 2. Anggapan masyarakat bahwa Rumah Sakit HAM Medan merupakan Rumah Sakit pendidikan, yang menjadikan pasien sebagai lahan praktek. 3. Adanya asumsi masyarakat bahwa Rumah Sakit swasta jauh lebih baik dibandingkan dengan Rumah Sakit pemerintah. Universitas Sumatera Utara disesuaikan dengan tingkat kebutuhan masing-masing ruangan kemudian pegawai baru diorientasikan selama 3 bulan. 5. Pihak Rumah Sakit memberikan kesempatan pada perawat untuk melanjutkan jenjang pendidikan hingga selesai dan pelatihan di bidang keperawatan 6. Adanya sanksi kepada staf pegawai yang melakukan pelanggaran dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan membuat surat pernyataan dan dikenakan denda bila terlambat hadir. 7. Berdasarkan angket yang disebarkan tingkat kepuasaan pasien diperoleh hasil 85 yang menyatakan Puas Universitas Sumatera Utara

B. METODE Strength kekuatan

Weakness kelemahan Opportunity kesempatan Threat ancaman 1. Ruangan RA2 memiliki struktur organisasi dengan metode tim. 2. Ruangan RA2 memiliki alur pendelegasian yang jelas dengan metode tim, dimana terdapat 2 tim yang telah dibagi berdasarkan ruangan. 3. Kepala ruangan melakukan supervisi kepada staf pegawainya serta mahasiswa yang sedang praktek, selain Kepala Ruangan, CI juga melakukan bimbingan kepada mahasiswa. 4. Jika ada masalah dalam ruangan langsung diselasaikan oleh kepala ruangan dan stafnya yang bermasalah dengan musyawarah. 5. Pengaturan jam berkunjung sudah ada 6. Ruangan sudah memiliki SAK dan SOP berdasarkan bentuk 1. Pengaturan jadwal jam besukpengunjung belum dilakukan dengan optimal 2. Peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga sudah dilaksanakan, namun tidak menggunakan media yang memadai dan tidak didokumentasikan. 1. Adanya SK MENKES No. 502MENKESSKIX1991 yang menyatakan bahwa RSUP. H. Adam Malik Medan sebagai Rumah Sakit Pendidikan 2. Berdasarkan SK MENKES No. YM.01.10III369610 tentang pemberian status akreditasi penuh tingkat lengkap kepada RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal 2010 3. Adanya SK MENKES No. 244MENKESPERIII2008 tanggal 11 Maret 2008 tentang struktur organisasi tata kelola RS PPK-BLU RSUP H. Adam Malik Medan. 1. Adanya tuntutan akan pelayanan yang lebih baik dan profesional. 2. Munculnya rumah sakit dengan sistem yang sama rumah sakit pendidikan yang memungkinkan akan memberikan persaingan yang ketat. Universitas Sumatera Utara gangguan yang terjadi. 7. Ruangan RA2 memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien Askes, Jamkesmas, dan Umum. 8. Adanya supervisi kepala ruangan kepada pasien, seperti pengontrolan pasien bed to bed yang dilakukan setiap hari. 9. RSUP H Adam malik medan terpilih dalam JCIAA dan ruang Bedah saraf terpilih sebagai ruang percontohan. Universitas Sumatera Utara

C. MATERIAL Strength