Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan

(1)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS KURIKULUM 2013 DI SMPN 03 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

OLEH:

DEBY UTAMI RIZKI

1110011000020

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i ABSTRAK Nama : Deby Utami Rizki

NIM :1110011000020

Judul Skripsi: Implementasi Pembelajaran PAI Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan

Penelitian ini tentang Implementasi Pembelajaran PAI Berdasarkan Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan metode kualitatif, yakni penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan pembelajaran PAI berdasarkan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar pada tahap persiapan pelaksanaan pembelajaran guru-guru PAI menyusun berbagai program secara mandiri yaitu program tahunan, program semester, program remedial, pengayaan dan pengembangan diri dan penyusunan RPP. Pada proses pelaksanaan pembelajaran sebagian besar guru terutama guru PAI telah mengurangi menggunakan metode ceramah dalam mengajar dan memilih metode yang sesuai dengan materi. Pada tahap evaluasi pembelajaran, guru melakukan penilaian diri atau penilaian sikap dan penilaian autentik serta melaksanakan remedial bagi siswa yang belum mencapai KKM.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taifiq serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti

sekarang ini. Do’a dan salam semoga terlimpahkan kepada keluarga, sahabat, dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penyusunan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dihadapi dan dialami penulis, baik menyangkut pengaturan waktu, pengumpulan data, maupun biaya dan sebagainya. Namun dengan kerja keras dan kesungguhan hati serta dorongan dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr.Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dr. Dimyati, MA. Dosen Pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan dorongan kepada penulis.

5. A. Irfan Mufid, MA. Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis.

6. Segenap Dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarief Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan, semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.


(7)

iii

7. Bpk Maryono, SE. M. M.Pd, Kepala sekolah SMP N 3 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

8. Ibu Chairunnisa, S.Pd., bpk Rendra, S.pd, dan bpk. Anwar, S.Pd Guru PAI di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah membantu dalam proses pelaksanaan penelitian.

9. Ibu dan Bapak tercinta, juga Mama dan Papa tersayang terimakasih

atas segala do’a, nasehat, kesabaran, luapan kasih sayang,

pengorbanan, dorongan moral maupun material, dan spiritual yang selalu diberikan kepada penulis.

10.Suami tercinta Fahmi Fathruh Zain, Anakku tersayang Fawwaz Avicenna Zain yang selalu menemani dan selalu memberikan semangat dan mewarnai hidupku.

11.Sahabat-sahabatku tersayang Reren, Eva, Fitri, Ziah, Wiwit, Teman-teman kelas A angkatan 2010 dan Teman-Teman-teman PAI Angkatan 2010 terimakasih atas segala masukan, motivasi dan dukungan dari kalian semua.

Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan, harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah

SWT, Amin Jakarta, 12 Maret 2015


(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

DAFTAR ISI ……… iii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan Masalah …..……….. 6

C. Rumusan Masalah ……… 6

D. Tujuan Penelitian ……… 6

E. Manfaat Penelitian ……… 7

BAB II KAJIAN TEORITIS ……… 8

A. Kurikulum 2013 ………. 8

1. Pengertian Kurikulum ……….……… 8

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013 ……… 12

3. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013 ……… 15

B. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 ………. 20

1. Pengertian Implementasi ...………. 20

2. Implementasi Kurikulum 2013 dalam Proses Belajar Mengajar …... 21

3. Pengertian Penilaian dan Penilaian Autentik ………. 34

4. Prinsip dan Pendekatan Penilaian……… 43

5. Ruang Lingkup, Teknik dan Instrumen Penilaian ……… 37

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 39

BAB III METODELOGI PENELITIAN ……… 41


(9)

v

B. Metodelogi Penelitian ……… 41

C. Sumber Data ……… 42

D. Teknik Pengumpulan Data ……… 43

E. Teknik Analisis Data ……… 45

BAB VI HASIL PENELITIAN ……… 53

A. Profil SMP Negri 03 Tangerang Selatan ……… 47

B. Implementasi Pembelajaran PAI Berdasarkan Kurikulum 2013… 55

BAB V PENUTUP ……… 73

A. Kesimpulan ……… 73

B. Saran ……… 74

DAFTAR ISI ... 75 LAMPIRAN


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan ujung tombak kemajuan sebuah bangsa. Bangsa akan menjadi maju apabila Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas atau bermutu tinggi. Adapun mutu bangsa di kemudian hari tergantung pada pendidikan yang diberikan generasi masa kini, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan berjangka panjang, di mana berbagai aspek yang tercakup dalam proses saling erat berkaitan satu sama lain dan bermuara pada terwujudnya manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan keterampilan hidup. Untuk mengsukseskan tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Sebab dalam prosesnya banyak hal yang harus diperhatikan, di antaranya kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan direalisasikan, visi, misi dan tujuan pendidikan yang jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang matang dan mudah diakses oleh seluruh pelaksana pendidikan di berbagai satuan pendidikan.1

Hakikatnya, pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan sebagai proses dan upaya untuk mentransformasikan manusia muda menjadi manusia yang dilekati dengan kemanusiaan sesuai dengan kodratnya, yakni bermanfaat bagi dirinya, sesama, dan dalam lingkungannya. Dalam hakikat yang mulia tersebut, pada praktiknya lembaga pendidikan menemui sejumlah tantangan yang wajib diperhatikan. Tantangan berat salah satunya ialah

1

Mida Latifatul.M, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, (Surabaya: Kata Pena, 2013), cet. Ke-1, h.5-6


(11)

2

perubahan zaman yang terus berubah. Respons dunia pendidikan terhadap perkembangan zaman ialah dengan melakukan pergantian kurikulum. Ini merupakan salah satu faktor mengapa secara berkala, kurikulum pendidikan diperbaharui untuk dikembangkan dengan menonjolkan aspek yang dipandang lebih baik dan meminimalisasi kelemahan atau kekurangan dari kurikulum sebelumnya. Jadi, secara lebih jelas, kurikulum terbaru merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.2

Upaya penyempurnaan kurikulum tidak lain, demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3

Perlu disadari juga bahwa pendidikan Agama Islam atau PAI sebagaimana naturenya harus lebih diarahkan untuk sampai pada proses internalisasi nilai menjadi sikap dan kepribadian peserta didik. walaupun kita sadari sepenuhnya bahwa proses internalisasi itu haruslah didahului oleh proses transfer of knowlage, transfer of competences. Sebagaiman dirasakan bersama bahwa kecenderungan pendidikan Agama Islam hari ini dominan kognitif. Sebagai substansi konsep ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan konsep kurikulum sebelumnya, namun dalam kurikulum 2013 ini lebih bertumpu kepada kualitas guru sebagai implementator di lapangan.

2

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.5

3

Mida Latifatul.M, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, (Surabaya: Kata Pena, 2013), cet. Ke-1, h.7


(12)

3

Oleh karenanya, mau tidak mau setiap pendidik, satuan pendidikan, maupun pihak-pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan wajib mengenal dan memahami seluk-beluk kurikulum 2013 tersebut. entah masih banyak pro dan kontra mengenai penerapan kurikulum ini, namun yang pasti kurikulum 2013 wajib dilaksanakan dan perlu didukung oleh semua pihak, agar pendidikan di negeri ini semakin maju dan meningkat kualitasnya sehingga mampu bersaing di tengah-tengah persaingan global. memiliki kemampuan

soft skills dan hard skills yang seimbang sehingga mampu beadaptasi di mana pun dan kapan pun mereka berada. Kedua kemampuan tersebut dianamkan kepada peserta didik melalui kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan memiliki bekal tersebut, harapan ke depannya dapat meraih kesuksesan dan keberhasilan, serta mampu membawa negara Indonesia tercinta menjadi lebih baik, maju, makmur, dan sejahtera. Akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan nasional dapat terwujud sesuai yang diharapkan.4

Kurikulum 2013 memang disusun untuk mengantisipasi perkembangan. Masalahnya sekarang, seberapa siapkah sistem pendidikan kita dalam mengadopsi dan menerapkan kurikulum 2013 ini. Kesiapan itu menyangkut soaialisasi kepada para guru, kepala sekolah, praktisi pendidikan, dan para pemangku kepentingan lain. Sosialisasi ini bukan sekedar tahu, tetapi juga mengerti dan menghayati maka sulit untuk mencapai tujuan yang sebenarnya yang diinginkan dari implementasi kurikulum 2013 itu sendiri. selain itu juga diharapkan adanya dukungan tenaga, sumber daya, perangkat teknis, dana, dan berbagai hal konkret lain. Mekanisme sosialisasi sudah dipikirkan oleh pemerintah dan penerapannyadilakukan dengan model koordinasi dan keterwakilan. mereka yang dipilih inilah nantinya akan

4

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(13)

4

kembali membagi kerangka kerja dan model implementasi yang harus dilakukan oleh guru di sekolah masing-masing. Untuk mendkung efektifias dan efisiensi pelaksanaan kurikulum pendidikan dasar dan menengah pada tahun pelajaran 2013/2014, jajaran Kemendikbud/ Kemenag melalui perangkatnya memberikan bantuan implementasi kurikulum untuk semua satuan pendidikan. Bimbingan Teknis (Bimtek) merupakan salah satu bentuk bantuan pelaksanaan kurikulum yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman, penguasaan, kemampuan guru dan kepala sekolah dari latar belakang hingga sistem penilaian serta aplikasinya dalam implementasi kurikulum secara nasional.5

SMPN 03 Tangerang Selatan, sekolah ini merupakan sekolah unggulan atau favorit dan berprestasi diberbagai bidang di Tangerang Selatan sendiri. Sekolah ini juga merupakan sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2013 sekitar 1 tahun dan termasuk sekolah percontohan bagi sekolah lain di daerah Tangerang Selatan sebagai sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2013.6 Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas mutu lulusan, kompetensi guru dan kualitas output siswanya, sekolah ini telah menerapkan konsep kurikulum 2013 dalam pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pelaksanaan kurikulum 2013 sudah dimulai dari tahun ajaran 2013-2014 sekitar 1 tahun, berbagai macam masalah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran PAI dengan menggunakan kurikulum 2013 diantaranya yaitu seperti kurangnya sosialisasi kurikulum 2013 dari dinas setempat sehingga memberikan dampak dalam proses penyusunan kurikulum seperti: guru kurang terarah, tidak berani menyusun kurikulum secara mandiri, tidak jarang hanya berpatokan pada apa yang

5

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.137-138

6

Hasil wawancara dengan kepala sekolah, H.Maryono, SE. M.Mpd di ruang kepala sekolah SMPN 03 Tangerang Selatan. Tanggal 2 Oktober 2014


(14)

5

dituliskan pemerintah pusat. Hampir semua guru terutama guru PAI masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan pelajaran, karena mereka mengaku siswa masih bingung jika harus belajar sendiri, mereka harus diberi penjelasan dulu tentang apa yang akan dipelajarinya baru mereka bisa melanjutkan materi yang akan dipelajari.

Mengenai sarana dan prasarana di sekolah ini sudah terbilang memadai dan mendukung terlaksananya kurikulum 2013, hanya saja guru yang sudah agak sepuh masih kesulitan jika harus mengajar menggunakan media seperti laptop dan infokus saat menyampaikan pelajaran.

Dengan adanya beberapa permasalahan tersebut dalam proses penyusunan, pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan, maka penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka judul penelitian ini adalah Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran PAI Di

SMPN 03 Tangerang Selatan”.

Dengan demikian peneliti akan meneliti tentang Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Kurikulum 2013 pada mata pelajaran PAI di SMPN 03 Tangerang Selatan. Mengingat begitu besar pengaruh perubahan kurikulum bagi seorang guru terutama guru pendidikan agama islam dalam proses belajar mengajar untuk mencapai hasil yang maksimal.

B. Identifikasi Masalah

Dengan dasar pemikiran di atas maka penulis akan memberikan penjelasan tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut :

1. Masih lemahnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013


(15)

6

3. Adanya kendala dalam penyusunan dan pelaksanaan kurikulum 2013.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini terfokus, maka pembatasan masalah kajian skripsi ini adalah pada pembahasan tentang “ Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana implementasi pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan.

E. Tujuan Penelitian

Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan meliputi: 1. Perencanaan dan pengembangan program kurikulum 2013

2. Proses pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013

3. Evaluasi hasil belajar atau penilaian pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013

F. Manfaat Penelitian

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat dan kegunaannya antara lain :

1. Menambah informasi mengenai implementasi pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan


(16)

7

2. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan.

3. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan mendapatkan informasi baru mengenai pengetahuan tentang implementasi pembelajaran PAI berbasis Kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan. demikian dapat memberikan masukan baru bagi dunia pendidikan dan dijadikan bekal untuk proses kedepan.

4. Bagi para pembaca agar mengetahui hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang implementasi pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya.


(17)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum

Pengertian kurikulum secara etimologis adalah tempat berlari dengan kata yang berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Dalam sejarahnya, kurikulum merupakan suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai garis awal atau start sampai dengan finish, kemudian pengertian kurikulum tersebut juga mendapat tempat di dunia pendidikan, dengan pengertian sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan. Di Indonesia sendiri, pengertian kurikulum terdapat dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.7

Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan ukuran suatu pengertian praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secara teoritis agak sulit merangkum semua pendapat. Sedangkan konsep kurikulum meliputi:

a. Sebagai substansi, yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperangkat tujuan yang ingin dicapai.

7 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, “Implementasi kurikulum 2013:Konsep dan Penerapan”,


(18)

9

b. Sebagai sistem, merupakan bagian dari sistem persekolahan, pendidikan, dan bahkan masyarakat.

c. Sebagai bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.

Berdasarkan hasil kajian diperoleh beberapa dimensi pengertian kurikulum, di mana setiap dimensi memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya. Terdapat empat dimensi pengertian kurikulum adalah:

1) Kurikulum sebagai suatu ide.

2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide. 3) Kurikulum sebagai suatu aktivitas atau sering disebut juga

kurikulum sebagai suatu realita atau kenyataan yang secara teoritis merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai rencana tertulis.

4) Kurikulum sebagai hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan.8

Kurikulum berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang pendidikan yang pada gilirannya merupakan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, kurikulum merupakan salah satu faktor dalam proses pendidikan yang berperan seperti perangkat lunak dari proses tersebut.9

8

Mida Latifatul Muzamirah, Kupas Tuntas Kurikulum 2013, (Surabaya: Kata Pena, 2013), h.15-16

9

Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misakha Galiza, 2003), h.29-30


(19)

10

2. Landasan Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam penyusunan kurikulum 2013 dilandasi beberapa aspek sebagai berikut:

a. Aspek Fisolofis

Fisolofis adalah landasan penyusunana kurikulum yang didasarkan pada kerangka berpikir dan hakikat pendidikan yang sesungguhnya. Dalam konteks ini landasan fisolofis kurikulum 2013 yaitu:

1) Pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.

2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi b. Aspek Yuridis

Aspek yuridis adalah suatu landasan yang digunakan sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum. Dalam penyusunana kurikulum 2013 ini, landasan yuridis yang digunakan antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2) RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan yang berisi tentang perubahan metodelogi pembelajaran dan penataan kurikulum;

3) Inpres No.1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional; Penyempurnaan Kurikulum dan Metodelogi Pembelajaran Aktif berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Bangsa untuk Membentuk Daya Saing Karakter Bangsa;

4) Peraturan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;


(20)

11

5) Pemendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013;

c. Aspek Konseptual

Aspek konseptual adalah suatu landasan yang didasarkan pada ide atau gagasan yang diabstraksikan dri peristiwa konkret. Dalam penyusunan kurikulum 2013 ini landasan konseptualnya antara lain:

1) Prinsip relevansi;

2) Model kurikulum berbasis kompetensi; 3) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen;

4) Proses pembelajaran, yang meliputi aktivitas belajar, output

belajar, dan outcome belajar;

5) Penilaian, kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi dan penjenjangan penilaian.10

3. Tujuan dan Fungsi Kurikulum 2013

Mengenai tujuan dan fungsi Kurikulum 2013 secara spesifik mengacu pada Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang Sisdiknas ini disebutkan bahwa fungsi kurikulum ialah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Sementara tujuannya, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Mengenai tujuan kurikulum 2013, secara khusus dapat penulis uraikan sebagai berikut:

10

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(21)

12

a. Meningkatkan mutu pendidikan dengan menyeimbangkan hard skills dan

soft skills melalui kemampuan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan dalam rangka menghadapi tantangan global yang terus berkembang. b. Membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia yang produktif,

kreatif, dan inovatif sebagai modal pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.

c. Meringankan tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan menyiapkan administrasi mengajar, sebab pemerintah telah menyiapkan semua komponen kurikulum beserta buku teks yang digunakan dalam pembelajaran.

d. Meningkatkan peran serta pemerintah pusat dan daerah serta warga masyarakat secara seimbang dalam menentukan dan mengendalikan kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. e. Meningkatkan persaingan yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Sebab sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan Kurikulum 2013 sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.11

4. Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013

Sebagaimana telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 81A tahun 2013 teentang Implementasi Kurikulum 2013, berikut:

a. Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia

Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pembentukkan kepribadian peserta didik secara utuh.

b. Kebutuhan kompetensi masa depan

11

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.25


(22)

13

Kemampuan peserta didik yang diperlukan, yaitu antara lain kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif dengan mempertimbangkan nilai dan moral Pancasila agar menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab, toleran dalam keberagamaan, mampu hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja, kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, dan perduli terhadap lingkungan.

c. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik

Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal.

d. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik lingkungan.

e. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.

f. Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecelakaan hidup.

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan.


(23)

14

Kurikulum dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman, takwa, serta akhlak mulia dan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama.

i. Dinamika perkembangan global

Kurikulum menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Negara Indonesia (NKRI).

k. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.

l. Kesetaraan gender

Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap dan perilaku yang berkeadilan dengan memerhatikan kesetaraan gender.

m. Karakteristik satuan pendidikan

Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan pendidikan.12

12


(24)

15

B. Implementasi Pembelajaran PAI Berbasis Kurikulum 2013 1. Pengertian Implementasi

Implementasi merupakan proses atau aktifitas untuk memastikan terlaksananya suatu rencana yang sudah disusun dan tercapainya rencana tersebut. Kata implementasi secara sederhana berarti pelaksanaan atau penerapan begitu juga menurut kamus besar Bahasa Indonesia implementasi adalah

“pelaksanaan, penerapan”.13

Hal serupa juga dijelaskan oleh Susilo implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner Dictionarydikemukakan bahwa implementasi adalah “ put something into effect”

(penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).14

Dapat disimpulkan bahwa kata implementasi adalah suatu tindakan, aksi, pelaksanaan dari suatu rencana atau program-program yang telah disusun secara terstruktur dan sistematis. Pada umumnya implementasi ini akan bermuara kepada aktifitas yang dilakukan sesuai dengan metode, langkah-langkah dan rambu-rambu atau juga peraturan-peraturan guna untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Implementasi Pembelajaran PAI berbasis Kurikulum 2013 dalam Proses Belajar Mengajar

Kurikulum 2013 berbeda dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Sebab, Implementasi pembelajaran kurikulum 2013 ini lebih menggunakan pendekatan

scientific (ilmiah) dan tematik integratif. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

13

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gitamedia Press, 2007), edisi 3, h.123

14

Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Manajemen pelaksanaan dan


(25)

16

menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.15

3. Karakteristik Pembelajaran Kurikulum 2013

Dalam pembelajaran Kurikulum 2013 terdapat karakteristik yang menjadi ciri khas pembeda dengan kurikulum-kurikulum yang telah ada selama ini di Indonesia. Karakteristik Kurikulum 2013 sebagai berikut:

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Kurikulum 2013 ialah pendekatan scientific dan tematik-integratif. Pendekatan scientific ialah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah. Apa yang dipelajari dan diperoleh peserta dilakukan dengan indra dan akal pikiran sendiri sehingga mereka mengalami secara langsung dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Melalui pendekatan tersebut, peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi dengan baik. Pendekatan scientific ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting),

menalar (associating), dan mengomunikasikan (communicating). Kegiatan pembelajaran seperti ini dapat membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik secara maksimal. Kelima proses belajar secara scientific tersebut diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Dalam

15

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(26)

17

kegiatan pembelajaran pendekatan scientific ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:16

KEGIATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Mengamati (observing) Melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak (tanpa dan dengan alat).

Menanya (questioning) Mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat hipotesis.

Diawali dengan bimbingan guru sampai dengan mandiri (menjadi suatu kebiasaan).

Mencoba (experimenting) Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan yang diajukan.

Menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen).

Mengumpulkan data.

Menalar (associating) Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, menentukan hubungan data/kategori. Menyimpulkan dari hasil analisis data.

Dimulai dari unstructured-uni structure-multi structure-complicated structure.

Mengomunikasikan

(communicating)

Menyampaikan hasil konseptualisasi.

Dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar, atau media lainnya.

Sementara pendekatan tematik-terintegrasi dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran tersebut dibuat per tema dengan mengacu karakteristik peserta didik

16

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(27)

18

dan dilaksanakan secara integrasi antara tema satu dengan yang lain maupun antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain. Dalam konteks ini, setiap guru dituntut lebih kreatif lagi untuk dapat mengintegrasikan mata pelajaran yang diampu oleh orang lain. Dengan demikian, akan terjadi keterpaduan yang seimbang sehingga mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki sikap, keterampilan, dan multipengetahuan yang memadai. Dalam kondisi bagaimanapun peserta didik harapannya mampu menghadapi berbagai tantangan global di masa mendatang.

1. Kompetensi lulusan

Selanjutnya, yang menjadi karakteristik Kurikulum 2013 adalah kompetensi lulusan. Dalam konteks ini kompetensi lulusan berhubungan dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi ini sebenarnya sudah ada pada kurikulum sebelumnya, hanya saja penyebutannya berbeda, misalnya sikap disebut dengan afektif, pengetahuan disebut dengan kognitif, dan keterampilan disebut dengan psikomotorik. Selain itu, titik tekannya berubah terbalik. Artinya, kalau pada kurikulum KTSP yang diutamakan adalah kemampuan pengetahuan (kognitif), pada Kurikulum 2013 yang diprioritaskan ialah kemampuan sikap (afektif).

Penentuan kompetensi ini mengacu pada teori tentang takstonomi tujuan pendidikan yang sudah dikenal secara luas I kalangan para ahli pendidikan. Berdasarkan teori takstonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penerapan teori takstonomi dalam tujuan pendidikan di beri berbagai Negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhan masing-masing.17 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi takstonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

17


(28)

19

Ketiga ranah komperensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses

psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,

mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Penjelasan ini secara

umum dapat digambarkan sebagai berikut:

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisis Menalar

Mengamalkan Mengevaluasi Menyaji

Mencipta

Baik kompetensi sikap, pengetahuan, maupun keterampilan harus berjalan secara seimbang sehingga peserta didik mampu memiliki ketiga kompetensi tersebut. Harapannya setelah seesai menempuh bangku pendidikan peserta didik mempunyai kemampuan hard skill dan soft skill yang mempuni. Kemampuan ini yang akan menjadi dasar dalam menentukan keberhasilan di mana dan kapan pun peserta didik berada.18

2. Penilaian

Terakhir yang menjadi karakteristik pembeda dengan kurikulum sebelumnya ialah pendekatan penilaian yang digunakan. Pada Kurikulum 2013 proses penilaian pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic

18

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.178


(29)

20

assessment). Sementara pada kurikulum KTSP penilaian lebih cenderung parsial dan sepotong-potong. Artinya, yang lebih dominan dalam penilaian ialah berhubungan kognitif atau hanya melihat hasil tes tertulis yang dikerjakan oleh peserta didik sehingga untuk persiapan dan proses pembelajaran peserta didik kurang mendapatkan perhatian maksimal.

Penilaian otentik ialah penilaian secara utuh, meliputi kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Dengan kata lain, penilaian otentik ini dapat lebih mudah membantu para guru dalam mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sebab, untuk ketiga kompetensi tersebut ada instrument penilaian masing-masing.19

4. Pelaksanaan Pembelajaran PAI berbasis Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud 81A Tahun 2013 dijelaskan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdyakan smua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.

19

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(30)

21

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang lebih menekankan untuk tercapainya kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang semua terangkum dalam kompetensi hardskill dan softskill. mengacu pada ketiga kompetensi tersebut, dalam pelaksanaan pembelajaran pun harus disetting sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi tujuan utama pembelajaran dapat tercapai. Berkenaan dengan hal ini ada beberapa prinsip harus diperhatikan bersama oleh para guru dalam melaksanakan pembelajaran, diantaranya: (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai,etika,estetika,logika dan kinestetika, (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Berpusat pada peserta didik maksudnya pembelajaran harus dirancang bahwa yang menjadi subjek belajar adalah peserta didik, sedangkan guru hanyalah berperan sebaagai fasilitator dan salah satu sumber belajar bagi peserta didik. Jadi, dalam pelaksanaan pembelajaran peserta didiklah yang harus lebih aktif untuk mendapatkan informasi-informasi atau pengetahuan baru pada saat proses pembelajaran berlangsung.20

Mengembangkan kreatifitas peserta didik dapat dimaknai bahwa pelaksanaan pembelajaran harus dapat menumbuhkan motivasi peserta didik untuk terus belajar dan berkreatifitas. Keadaan seperti ini menuntut guru untuk lebih kreatif dan profesional dalam melaksanakan pembelajaran bersama-sama peserta didik. Hal ini yang lebih utama guru harus mampu memberikan suntikan semangat kepada peserta didik untuk terus maju dan tidak pernah bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang artinya dalam pelaksanaan

20


(31)

22

pembelajaran peserta didik harus dibawa pada kondisi yang menyenangkan dan menantang bagi dirinya. Menyenangkan disini dimaknai pembelajaran harus menarik bagi anak sehingga anak akan merasa tertarik dan tertantang untuk mengikuti serangkaian pembelajaran yang direncanakan oleh guru. Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa belajar tidak pernah akan berhasil dalam arti yang sesungguhnya bila dilakukan dalam suasana yang menakutkan. Belajar hanya akan efektif bila suasananya-suasana hati peserta didik-berada dalam kondisi yang menyenangkan. Oleh karenanya, sesulit apa pun guru harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta didik supaya materi pembelajaran dapat diterima dan dipahami anal dengan lebih mudah. Sesulit apa pun materi pembelajaran, jika disampaikan dengan menyenangkan, peserta didik akan mampu memahaminya.

Menyediakan pengalaman bealajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna. Artinya, dalam pelaksanaan pembelajaran diperlukan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang tetap sesuai dengan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Strategi dan metode yang ideal ialah strategi yang maupun metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, dan efisien serta memiliki kebenaran bagi peserta didik. Kembali berbicara masalah pelaksanaan pembelajaran tentu tidak bisa terlepas dari Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat. Sebab, RPP merupakan gambaran atau perencanaan singkat tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan kata lain, RPP adalah acuan utama dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh


(32)

23

karenanya, seorang guru wajib mempersiapkan RPP terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran.21

a. Kegiatan awal

Kegiatan awal merupakan kegiatan pendahuluan sebelum memasuki inti pembelajaran. Biasanya alokasi waktu untuk kegiatan pendahuluan ialah 15 menit. Pada kegiatan ini yang dapat dilakukan oleh guru ialah sebagai berikut. 1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

pembelajaran.

2) Mengawali dengan membaca doa pembuka pembelajaran dan salam. 3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari

dan terkait materi yang akan dipelajari.

4) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai.

5) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau tugas.

6) Memberikan motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional, dan internasional.22 Dalam kegiatan pendahuluan ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.23

21

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.182

22

Ibid, h.182-183

23

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan


(33)

24 b. Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling penting dan utama dalam proses pembelajaran. Karena pada kegiatan inilah materi pembelajaran akan disampaikan dan diberikan kepada peserta didik. Untuk memperoleh keberhasilan dalam kegiatan inti, peserta harus dipastikan siap dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.24

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran dan pembentukan potensi siswa, bagaimana potensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan belajar direalisasikan dan penyampaian infirmasi-informasi tentang materi pokok, serta melakukan tukar pengalaman dalam membahas materi. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya. Kualitas pembentukan kompetensi dapat diihat dari segi proses dan segi hasil.25

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta

24

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.183

25

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis, (Bandung: PT.Remajadosdakarya, 2006), h.225


(34)

25

didik. Dalam kegiatan inti ini terdapat proses untuk menanamkan sikap pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Proses yang dapat dilakukan ialah dengan menggunakan pendekatan scientific dan tematik-integratif. Langkah-langkah dalam mengimplementasikan pendekatan ini sebagai berikut.

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menymak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memrhatikan (melihat,membaca dan mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

2) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak.26

3) Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Tindak lanjut dan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memerhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya, yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari

26

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(35)

26

keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

4) Mengomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan pembelajaran seperti telah disebutkan diatas, oleh guru dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, pelaksanaan pembelajaran tidak mengharuskan tatap muka antara guru dan peserta didik, akan tetapi pembelajaran dapat dilakukan di mana saja yang dikehendaki, selama masih berpedoman pada perencanaan dan kompetensi yang hendak disampaikan.

Dalam kurikulum 2013, pembelajaran langsung dimaknai sebagai proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, menympulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan prngrtahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan instuctional effect. Sementara pembelajaran tidak langsung, yaitu proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung, tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan


(36)

27

moral dan perilaku dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kulikuler dan ekstrakulikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan prilaku yang terkait dengan sikap. Itulah gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran Kurikulum 2013. Dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran harapannya tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai. Dengan kata lain kompwtwnsi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dapat tertanam dengan baik di benak peserta didik setelah mereka menempuh kegiatan pembelajaran.27

c. Kegiatan akhir

Kegiatan akhir atau penutup adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengakhiri proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Guru dan peserta didikk melakukan refleksi dan evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan pembelajaran. Waktu yang dapat digunakan untuk kegiatan penutup ialah 10 menit terakhir. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan peserta didik pada saat kegiatan akhir ini ialah sebagai berikut.

1) Menarik kesimpulan terhadap seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama-sama menemukan manfaat langsung maupun tdiak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

2) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

3) Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok.

27

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,


(37)

28

4) Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.28

5. Model atau Metode Pembelajaran yang dapat Diterapkan pada Kurikulum 2013

Ada bebrapa model atau metode pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif dan tentunya dapat dijadikan acuan pada proses pembelajaran di kelas untuk kurikulum 2013, antara lain sebagai berikut:

a. Metode Pembelajaran Kolaborasi

Strategi pembelajaran kolaborasi atau collaboration learning merupakan strategi yang menempatkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberinya tugas di mana mereka saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Dan dukungan sejawat, keragaman pandangan, pengetahuan dan keahlian sangat membantu siswa dalam mewujudkan belajar kolaboratif. Strategi yang dapat diterapkan antara lain mencari informasi, proyek, kartu sortir, turnamen, tim quiz dan lain sebagainya.

b. Metode Pembelajaran Individual

Metode pembelajaran individu atau individual learning memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Dan strategi yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses dan lain sebagainya.29

28

M.Fadillah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,

SMA/MA, (Yogyakarta: Ar-ruz Media, 2014), cet. Ke-1, h.186-187

29

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapannya, (Surabaya: Kata Pena, 2014), cet. Ke-4, h.43


(38)

29

c. Metode Pembelajaran Teman Sebaya

Ada pendapat yang mengatakan seperti ini,”satu mata pelajaran benra -benar dikuasai apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada

pesera didik lain”. Dengan mengajar teman sebaya peer learning

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Dan tentunya pada waktu yang bersamaan, ia menjadi narasumber bagi temannya. Strategi yang dapat diterapkan antara lain: pertukaran dari kelompok ke kelompok, belajar melaui jigsaw, studi kasus dan proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja, dan lain sebagainya.

d. Model Pembelajaran Sikap

Aktivitas belajar afektif atau affective learning membantu peserta didik untuk menguji perasaan, nilai, dan sikap-sikapnya. Strategi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini di desain untuk menumbuhkan kesadaran akan perasaan, nilai dan sikap peserta didik. Strategi yang dapat diterapkan antara lain: mengamati sebuah alat bekerja, penilaian diri dan teman, demonstrasi, mengenal diri sendiri, possisi penasihat.30

e. Model Pembelajaran Bermain

Permainan (game) sangat berguna untuk membentuk kesan dramatis yang jarang peserta didik lupakan. Humor atau kejenakaan merupakan pintu pembuka simpul-simpul kreativitas, dengan latihan lucu, tertawa, tersenyum peserta didik akan mudah menyerap pengetahuan yang diberikan. Permainan akan membangkitkan energi dan keterlibatan belajar peserta didik. Srategi yang dapat diterapkan antara lain: tebak gambar, tebak kata, tebak benda dengan sticker yang ditempel dipunggung lawan, teka-teki, sosio drama, dan bermain peran.

30


(39)

30

f. Model Pembelajaran Kelompok

Model pembelajaran kelompok (coorative learning) sering digunakan pada setiap kegiatan belajar-mengajar karena selain hemat waktu juga efektif, apalagi jika metode yang diterapkan sangat memadai untuk perkembangan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain: proyek kelompok, diskusi terbuka, bermain peran.31

g. Model Pembelajaran Mandiri

Model pembelajaran mandiri (independent learning) peserta didik belajar atas dasar kemampuan sendiri dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki dengan memfokuskan dan mempertimbangkan keinginan. h. Model Pembelajaran Multimodel

Pembelajarn multimodel dilakukan dengan maksud akan mendapatkan hasil yang optimal dibandngkan dengan hanya satu model. Strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah proyek, modifikasi, demonstrasi, dan lain sebagainya.32

6. Pengertian Penilaian dan Penilaian Autentik

Pada kurikulum 2013, siswa tidak lagi menjadi obyek dari pendidikan, tapi justru menjadi subyek dengan ikut mengembangkan tema dan materi yang ada. Dan dengan adanya perubahan ini, tentunya berbagai standar dalam komponen pendidikan akan mengalami perubahan. Mulai dari standar isi, standar proses maupun standar kompetensi lulusan, dan bahkan standar penilaianpun juga mengalami perubahan.

Ada dua macam penilaian, diantaranya:

31

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapannya, (Surabaya: Kata Pena, 2014), cet. Ke-4, h.44

32


(40)

31

a. Penilaian (assesment) adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

b. Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Penilaian autentik juga bisa diartikan sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, serta meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisis oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antar sesama melalui debat, dan sebagainya.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.33

Pada penilaian autentik ada kecenderungan yang focus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik merupakan pendekatan dan instrument penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas-tugas seperti:

1) Membaca dan meringkasnya 2) Eksperimen

3) Mengamati

33

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapannya, (Surabaya: Kata Pena, 2014), cet. Ke-4, h.48


(41)

32

4) Survei 5) Projek 6) Makalah

7) Membuat multi media 8) Membuat karangan, dan 9) Diskusi kelas

7. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jejaring pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Objektif

Penilaian berbasis pada standar (prosedur dan kriteria yang jelas) dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

b. Terpadu

Penilaian dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

c. Ekonomis

Penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

d. Transparan

Prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

e. Akuntabel

Penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.34

34


(42)

33

f. Sistematis

Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

g. Edukatif

Mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan criteria (PAK) atau penilaian acuan patokan (PAP). PAK atau PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.35

8. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian

a. Ruang Lingkup Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

b. Teknik dan Instrumen Penilaian

Teknik dan instrument yang digunakan penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

1) Penilaian kompetensi sikap

Melalui observasi, penilaian diri (self assessment), penilaian “teman sejawat” (peer assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.

35


(43)

34

2) Observasi

Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Criteria instrumen observasi:

a) Mengukur aspek sikap (bukan pengetahuan atau keterampilan) yang dituntut pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

b) Sesuai dengan kompetensi yang akan diukur c) Memuat indikator sikap yang dapat diobservasi d) Mudah untuk digunakan

e) Dapat merekam sikap peserta didik

f) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

Keuntungan penggunaan teknik penilaian diri dalam penilaian di kelas sebagai berikut:

a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri

b) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya

c) Dapat mendorong, membiasakan, melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan obyektif dalam melakukan penilaian.36

Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian

36

Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013: Konsep dan Penerapannya, (Surabaya: Kata Pena, 2014), cet. Ke-4, h.53


(44)

35

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik. Kriteria instrumen penilaian antarteman:

a) Sesuai dengan kompetensi dan indikator yang dapat diukur b) Indikator dilakukan melalui pengamatan peserta didik

c) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda atau berbeda

d) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik

e) Menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik

f) Indikator menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan dapat diukur

g) Instrumen dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid) h) Memuat indikator kunci atau esensial yang menunjukkan penguasaan

satu kompetensi peserta didik

i) Mampu memetakan sikap peserta didik dari kemampuan pada level terendah sampai kemampuan tertinggi37

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Secara umum penelitian tentang implementasi kurikulum sudah dilakukan sebelumnya, diantaranya adalah:

1. Muhammad Faizal yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2013

pada Mata Pejaran Matematika di MTs. Negri 1 Kota Bekasi”. Jakarta:

Program Studi Pendidikan Mtematik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarief Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian mengenai pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Matematika di MTs. Negri 1 Kota Bekasi sudah dapat

37


(45)

36

terlaksana dengan cukup baik. Hal ini kompetensi atau pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 sudah baik. Sebagian besar guru masih belum memiliki kecakapan dalam pengelolaan kelas dan penataan ruang kelas, penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif sudah mulai dapat diwujudkan dan fasilitas pembelajaran sudah mencukupi. 2. Rukmiati yang berjudul “Pengaruh Implementasi Kurikulum 2013

terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di

MAN Insan Cendikia Serpong”. Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarief Hidayatullah Jakarta 2010. Penelitian mengenai Pengaruh Implementasi Kuriulum 2013 di MAN Insan Cendikia sudah dilaksanakan dengan baik pada tahap pra-intruksional, tahap intruksional dan evaluasi. Dilihat dari prestasi belajar siswa sebesar 86% cukup baik dengan jumlah rata-rata 8.

Persamaan hasil penelitian 1 dan 2 dengan hasil penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti tentang implementasi kurikulum 2013, dari mulai penyusunan program, proses pembelajaran dan evaluasi pada kurikulum, dan sama-sama melakukan observasi ke lapangan untuk memperoleh data.

Perbedaannya hasil penelitian 1 dan 2 dengan hasil penelitian penulis adalah, pada penelitian 1 menggunakan metode penelitian deskriptif statistik yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data sebagaimana adanya, pada penelitian 2 menggunakan matode korelasional melalui penelitian lapangan, sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek


(46)

37

tersebut. Pada penelitian 1 dan 2 menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan angket untuk memperoleh data, sedangkan peneliti tidak menggunakan angket untuk mengumpulkan data.


(47)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 03 Tangerang Selatan, karena SMPN 03 Tangerang Selatan salah satu sekolah yang sudah memakai kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai sejak Tanggal 02 Oktober 2013 sampai dengan 22 Oktober 2013.

B. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengkaji mengenai implementasi pembelajaran PAI berbasis kurikulum 2013 di SMPN 03 Tang-Sel adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.38

Dijelaskan juga dalam bukunya Nana Sayodih Sukmadinata metode kualitatif

yakni “suatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena atau peristiwa. Dengan pendekatan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang ditunjukkan untuk menggambarkan fenomea-fenomena yang ada yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau.39 Alasan memilih pendekatan

38

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h.8

39

Nana Sayodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.94


(48)

39

penilitian ini karena bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai permasalahan dalam penelitian ini.

Bodgan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif beruba kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku seseorang yang dapat diamati.40

C. Sumber Data

Sumber data adalah dari mana data dapat diperoleh sedangkan menurut Lofland menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, dan selebihnya addalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.41

Sugiono juga menjelaskan bahwa pengambilan sumber data dalam melakukan penelitian kualitatif dipilih secara purposive sampling adalah sumber data pada tahap awal memasuki lapangan dipilih orang yang memiliki power atau otoritas

pada situasi sosial atau obyek yang diteliti, sehingga mampu “membuka pintu”

kemana saja peneliti akan melakukan pengumpulan data dan, bersifat snowballing sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit lama-lama menjadi besar.42 Dilihat dari sumber data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan dilapangan yaitu melalui wawancara mendalam (indept interview) dan observasi partisipasi dengan kepala sekolah, guru serta siswa.

2. Data sekunder yaitu kajian kepustakaan. Metode ini dilakukan untukmendapatkan data dan teori yang berhubungan dengan implementasi

40

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-31, h.4

41

Ibid, h. 157

42

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. Ke-18, h.300


(49)

40

kurikulum 2013 melalui jurnal, makalah, buku, dan dokumen-dokumen kurikulum sekolah.43

Dengan mengacu pada fokus penelitian tersebut maka sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dan guru PAI. Fokus dalam penelitian ini adalah pemahaman wakil kepala sekolah dan lebih ditekankan lagi untuk guru PAI dalam implementasi kurikulum 2013 mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evalusi, serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber premier dan skunder. Sumber premier adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber skunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Bila dilihat dari segi cara atau teknin pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.44

1. Observasi

Marshall menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Pelaksanaan observasi dapat dilakukan beberapa cara, pemilihan dan penentuan cara tersebut tergantung pada situasi obyek yang akan diamati. Berkaitan dengan

43

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h.297, 308

44


(50)

41

observasi dalam penelitian ini menggunakan metode partisipasi pasif (passive participacion), jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.45 Partisipasi pasif yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menekankan fokus dari inti permasalahan yaitu mengamati keadaan proses kinerja guru di dalam kelas ataupun di luar kelas, sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan kurikulum 2013.

2. Wawancara (Interview) adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.46 Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan Guru PAI dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan. 3. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.47 Seperti

arsip-arsip atau dokumen sekolah yang berkaitan dengan kurikulum 2013 dan data guru PAI di SMPN 03 Tangerang Selatan.

4. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Jadi, tringulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. Dengan kata lain, bahwa dengan triangulasi, peneliti dapat me-recheck temuannya dengan jalan membndingkannya dengan berbagai sumber, metode atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melkukannya dengan jalan:

a) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan

45

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h.226-227

46

Ibid, h. 231

47


(51)

42

b) Mengeceknya dengan berbagai sumber data

c) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayan data dapat dilakukan.48

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehinga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang tekumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.

Dalam hal analisi data kualitatif, Bodgan menyatakan bahwa “Data analysis is the process is systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that to accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others.” Analisi data adalah proses mencari dan menyusun

secara sitematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan langan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceriterakan kepada orang lain.49

48

Lexy Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, (Bandung : PT Remja Rosdakarya, 2013), cet. Ke- 31, h. 332

49

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h.244-245


(52)

43

Bedasarkan hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, pemilihan mana yang penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami.

Miels dan Hubermen menyatakan bahwa ada dua jenis metode analisis data kualitatif yaitu:

1. Metode Analisis Mengalir (Flow Analysis Models). Dimana dalam model analisis mengalir tiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi dilakukan saling mengalir dengan proses pengumpulan data dan mengalir bersamaan.

2. Metode Analisis Interaktif (Interactive Analysis Models). Dimana komponen reduksi data dan sajian data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan) saling berinteraksi.50

50

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), cet. Ke-18, h.336-338


(53)

44 BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

1. Sejarah Singkat Sekolah

SMP Negeri 3 Tangerang Selatan Berdiri sejak tahun 1977 dengan nama SMPN 2 Tangerang dan dikukuhkan menjadi SMPN 2 Filial tahun 1979. Bulan Februari 1983 menjadi sekolah mandiri dengan nama SMP Negeri 1 Ciputat. Perubahan nomenkelatur pada tahun 1999 untuk kecamatan ciputat menjadikan SMP Negeri 2 Ciputat hingga SMPN 3 Tangerang Selatan saat ini.51

Sejak berdirinya SMPN 3 Tangerang Selatan telah dipimpin oleh 7 orang kepala sekolah:

Tabel 4.1

Daftar Kepala Sekolah SMP 3 Tangerang Selatan

No NAMA Masa Jabatan

1 R. Soeharto 1977

2 Drs. H. Wanhar 1977-1989

3 Drs. H. Munadjat Indria 1989-1996

4 Dra. Hj. Ade Halimatus’diah 1996-2000

5 Drs. H. Kuswanda M.Pd 2000-2006

6 Drs. H. Nurhadi MM 2006-2009

7 H. Maryono, SE. M.MPd 2009-sekarang

2. Kategori Kelas

SMPNegeri 3 Tangerang Selatan memiliki beberapa kategori kelas, yaitu:

51

Data diperoleh dari bagian tata usaha SMP N 3 Tangerang Selatan, berbentuk soft copy pada tanggal 21 Oktober 2014.


(54)

45

a. Akselerasi b. Bilingual c. Reguler 52

3. Identitas, Geografis, dan Sarana Prasarana

Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

Alamat Sekolah : Jl. Ir. H. Juanda Ciputat No. Telepon / Fax : (021) 7401312

Kecamatan : Ciputat

Kotamadya : Tangerang Selatan

Provinsi : BANTEN

Kode Pos : 15412

Nama Kepala Madrasah : H. Maryono, SE. M.MPd

Status Madrasah : Negeri

Akreditasi Madrasah : A

Standar Madrasah : Rintisan MSN

Nomor Statistik Madrasah (NSM) : 201 280 310 002 Tahun Didirikan/Dibangun : 1977

Status Tanah : Sertifikat

Luas Tanah : 4.811 M2

4. Visi, Misi dan Motto a. Visi

Adapunvisi yang diusung oleh SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah:

1) Terunggul dalam prestasi

2) Teladan dalam bersikap dan bertindak

52

Data diperoleh dari bagian tata usaha SMP N 3 Tangerang Selatan, berbentuk soft copy pada tanggal 21 Oktober 2014.


(55)

46

3) Konsisten dalam menjalankan ajaran agama 4) Menciptakan lingkungan sehat dan hijau

b. Misi

Adapun misi dari SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah: 1) Mewujudkan peningkatan kualitas / mutu lulusan

2) Mewujudkan peningkatan jumlah lulusan yang masuk SMA / SMK Negeri

3) Membina sikap percaya diri, semangat gotong royong dan cinta tanah air

4) Meningkatkan prestasi kerja yang diimbangi dengan penghargaan yang layak serta dilandasi dengan semangat ketauladanan dan keikhlasan

5) Meningkatkan status sekolah menjadi sekolah unggulan. 6) Menuju sekolah berwawasan lingkungan53

c. Tujuan SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

Adapun tujuan dari SMP Negeri 3 Tangerang Selatan adalah:

a. Meningkatkan perilaku akhlak mulia bagi peserta didik

b. Meningkatkan pengetahhuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik

c. Mengembangkan kepribadian manusia yang utuh bagi peserta didik

d. Mempesiapkan peserta didik sebagai bagian dari anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

e. Mempersiapkan peserta didik dalam melanjutkan pendidikan lebih lanjut.

f. Meningkatkan pemahaman sekolah berwawasan lingkungan sehat bagi seluruh komponen sekolah.54

53

Data diperoleh dari bagian tata usaha SMP N 3 Tangerang Selatan, berbentuk soft copy pada tanggal 21 Oktober 2014.


(56)

47 5. Guru dan Tenaga Kependidikan

Tabel 4.2

Jenjang Pendidikan dan Status Guru

No

Tingkat Pendidikan

Status Guru Jenis Kelamin

Jumlah Ket . GT GTT Laki-laki Perempuan

1 S3 / S2 7 2 2 7 9

2 S1 42 6 18 30 48

3 D-4 - - - - -

4 D3/Sarmud 3 1 3 1 4

5 D2 - - - - -

6 D1 - - - - -

7 SMA - - - - -

T o t a l 52 9 23 38 61

Rata-rata Beban Mengajar Guru :

(31 kelas x 36 jam) : 61 guru = 1116 : 61 guru =19 jam

54

Data diperoleh dari bagian tata usaha SMP N 3 Tangerang Selatan, berbentuk soft copy pada tanggal 21 Oktober 2014.


(57)

48

Tabel 4.3

Data Jumlah Guru dan Statusnya

No Mata Pelajaran

Jumlah Guru

Status Guru

PNS GTT Bantu Ho

1 Pendidikan Agama 3 2 - - 1

2 Pend. Kewarganegaraan 3 3 - - -

3 Matematika 7 6 - - 1

4 Bahasa Indonesia 7 6 - - 1

5 Bahasa Inggris 6 5 - - 1

6 Ilmu Pengetahuan Alam 6 5 - - 1

7 Ilmu Pengetahuan Sosial 9 9 - - -

8 Penjaskes 3 3 - - -

9 Pendidikan Seni Budaya 3 3 - - -

10 Tikom 3 - - - 3

11 Muatan Lokal 3 3 - - -

12 BP / BK 3 2 - - 1

T o t a l 61 52 - - 9

Tabel 4.4

Jenjang Pendidikan Tenaga Administrasi (TU) dan Statusnya

No

Tingkat Pendidikan

Status Kepegawaian Jenis Kelamin

Jumlah

PNS Honor Laki2 Peremp

1 S1 / S2 2 2 2 2 4

2 D3/Sarmud - - - - -

3 D2 - - - - -

4 D1 - - - - -

5 SMA - 2 2 2


(58)

49

Tabel 4.5

Tenaga Perpustakaan dan Laboratorium

No Jenis Tenaga

Status Jenis Kelamin Tingkat Pendid. PNS Honor Laki2 Perem

1 Tenaga Perpustakaan

- - - - -

2 Tenaga Lab. IPA

- - - - -

3 Tenaga Lab. Komp.

- 3 3 - S1

4 Tenaga Lab. Bahasa

1 - 1 - S1

T o t a l 1 3 4 - -

6. Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

SMP Negeri 3 Tangerang Selatan memiliki banyak siswa. Adapun rinciannya sebagai berikut:

Tabel 4.6

Jumlah Siswa SMP N 3 Tangerang Selatan

No Jenis Kelas L P Jumlah

1 Akselerasi VII 10 15 25

IX 17 7 24

2 Billingual

VII 18 24 42

VIII 19 23 42

IX 12 29 41

3 Regular

VII 188 228 416

VIII 192 213 405


(59)

50 7. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.7

Sarana dan Prasarana No Jenis Ruangan Jumlah Ukuran

P x L (m)

Kondisi Ruangan

B CB TB

A. RUANG BELAJAR

1 Ruang Kelas 30 8 x 7

2 Ruang Perpustakaan 1 10 x 7

3 Ruang Lab. Bahasa 1 8 x 7

4 Ruang Lab. IPA 1 10 x 7

5 Ruang Lab. Komp. 2 8 x 7

6 Ruang Kesenian 1 6 x 7

7 Ruang Keterampilan 1 6 x 7

8 Ruang Aula 1 12 x 7

9 Ruang Multimedia 1 8 x 7

B. RUANG KANTOR

1 Ruang Kepala Sekolah

1 6 x 7

2 Ruang

Wa.Kep.Sekolah

1 3 x 7

3 Ruang Guru 1 10 x 7

4 Ruang Tata Usaha 1 6 x 7

5 Ruang Komite Sekolah

1 3 x 7

C. RUANG PENUNJANG

1 Ruang Gudang 1 6 x 7


(1)

69

Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media, 2014

Yani, Ahmad. Maindset Kurikulum 2013. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-1, 2014

Sunarti dan Rahmawati, Selly. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: ANDI, Cet. Ke-1, 2014

Kusaeri, Acuan dan Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, Cet. Ke-1, 2014

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006

Sayodih, Sukmadinata Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-31, 2013


(2)

(3)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Menurut bapak apakah implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI di SMPN 03 Tangerang Selatan sudah terlaksana dengan baik?

2. Apakah bapak mengalami kesulitan dalam menggunakan

media/alat pada proses pengajaran?

3. Apakah ada peningkatan prestasi siswa setelah menggunakan kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran PAI?

4. Apakah sarana dan presarana di SMPN 03 Tangerang Selatan ini sudah memadai?

5. Hambatan apa saja yang bapak alami dalam pelaksanaan kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI di SMPN 03 Tangerang Selatan?

6. Bagaimana proses penyusunan program kurikulum 2013 di sekolah ini?

7. Pada proses pembelajaran PAI berdasarkan kurikulum 2013 di SMPN 03 Tangerang Selatan ini, apa yang bapak/ibu lakukan ?

8. Bagaimana penilaian pembelajaran PAI menggunakan

kurikulum 2013 dan apa perbedaannya dengan kurikulum sebelumnya?


(4)

(5)

(6)