Tabel 4.79 Apakah Menjadikan Etika Profesi Pada Umumnya Menjadi Tolak Ukur
Respon F
Sangat menjadikannya Tolak Ukur 1
4,5 Menjadikannya Tolak Ukur
20 90,9
Kurang Menjadikannya Tolak Ukur 1
4,5 Tidak Menjadikannya Tolak Ukur
Total 22
100,0
Sumber: P.79FC.81
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 22 orang pegawai yang menjadi subjek penelitian, 20 pegawai atau 90,9 menyatakan bahwa etika profesi yang berlaku
pada umumnya pada setiap organisasi menjadi tolak ukur bagi pegawai untuk bekerja, 1 pegawai atau 4,5 menyatakan sangat menjadikannya tolak ukur, dan
1 pegawai atau 4,5 kurang menjadikannya tolak ukur. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika profesi yang
berlaku pada umumnya pada setiap organisasi menjadi tolak ukur bagi pegawai di kantor karena hal tersebut yang menjadi tatanan pegawai.
2. Bekerja Sesuai dengan Peraturan yang Dianut Organisasi Tabel 4.80
Bekerja Sesuai Etika Profesi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir
Respon F
Sangat Sesuai Sesuai
22 100,0
Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Total 22
100,0
Sumber: P.80FC.82
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 22 orang pegawai yang menjadi subjek penelitian, seluruh 22 pegawai atau 100 menyatakan pegawai bekerja sesuai
dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Hal tersebut karena pegawai menganggap hal itu sebagai
Universitas Sumatera Utara
aturan UU yang berlaku yang harus dipatuhi oleh pegawai, sebagai arahan dan dasar hukum yang kuat dalam bekerja. Hal tersebutlah yang membedakan PNS
dengan privat.
Tabel 4.81 Apakah Menjadikan Etika Profesi di Kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Toba Samosir Sebagai Tolak Ukur Respon
F
Sangat menjadikannya Tolak Ukur 1
4,5 Menjadikannya Tolak Ukur
20 90,9
Kurang Menjadikannya Tolak Ukur 1
4,5 Tidak Menjadikannya Tolak Ukur
Total 22
100,0
Sumber: P.81FC.83
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 22 orang pegawai yang menjadi subjek penelitian, 20 pegawai atau 90,9 menyatakan bahwa mereka selalu menjadikan
etika profesi yang dianut oleh Kantor sebagai tolak ukur di dalam bekerja, 1 pegawai atau 4,5 menyatakan sangat menjadikannya tlak ukur, dan 1 pegawai
atau 4,5 menyatakan kurang menjadikannya tolak ukur. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai selalu etika
profesi yang dianut oleh Kantor sebagai tolak ukur di dalam bekerja. Hal tersebut mereka lakukan karena hal itu merupakan modal untuk melakukan pelayanan
terbaik kepada masyarakat, menganggap hal tersebut aturan dalam bekerja. Sedangkan pegawai yang menyatakan kurang menjadikannya tolak ukur karena
pegawai tersebut terkadang bekerja tidak sesuai aturan yang berlaku di kantor.
4.4 Analisis Tabel Silang
Analisis tabel silang berfungsi untuk menganalisa dan mengetahui apakah variabel-variabel yang terdapat dalam komunikasi organisasi memiliki hubungan
terhadap varibel-variabel kinerja pegawai sehingga dapat diketahui apakah variabel-variabel tersebut bernilai positif atau negatif Singarimbun 2008 : 273.
Dalam tahap analisis silang ini, peneliti akan menghubungkan masing-masing empat varibel dari komunikasi organisasi dan kinerja pegawai. Adapun variabel-
variabel yang akan disilangkan dalam penelitian ini adalah atasan memberi
Universitas Sumatera Utara
perintah terhadap kinerja bawahan dalam menjalankan perintah atasan, bawahan menyampaikan pendapat terhadap keinginan pegawai untuk menciptakan ide-ide
baru dalam bekerja, komunikasi antara pegawai sederajat terhadap kemampuan pegawai bekerja dalam satu tim, dan atasan menjelaskan informasi mengenai
peraturan-peraturan terhadap kinerja pegawai bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir.
4.4.1 Hubungan antara atasan memberi perintah terhadap kinerja pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dalam
menjalankan perintah atasan Tabel 4.82
Hubungan antara perintah atasan terhadap menjalankan perintah
Atasan memberi
perintah Menjalankan perintah dengan baik
Total Sangat Baik
Baik Kurang Baik
Tidak Baik F
F F
F Sangat Jelas
1 4,5
2 9,1
3 Jelas
1 4,5
17 77,3
18 Kurang Jelas
1 4,5
1 Tidak Jelas
Total 2
9,1 20
90,9 22
Tabel diatas menjelaskan hubungan antara pemberian perintah yang dilakukan oleh atasan terhadap kinerja pegawai menjalankan perintah atasan di
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Dari 22 pegawai yang menjadi subjek penelitian, terdapat 18 pegawai yang menyatakan bahwa
perintah yang diberikan atasan adalah jelas. Diantara 18 pegawai, 17 pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik dan 1 pegawai menjalankan perintah
atasan dengan sangat baik. Jumlah pegawai yang menjalankan perintah atasan dengan baik ada 20
pegawai. Diantara 20 pegawai, 17 pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik karena pemberian perintah dari atasan dianggap jelas dan 2 pegawai
menjalankan perintah atasan dengan baik karena perintah yang diberikan atasan
Universitas Sumatera Utara
sangat jelas. Sedangkan 1 pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik meskipun pegawai tersebut mengaanggap perintah atasan kurang jelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara pemberian perintah oleh atasan terhadap kinerja pegawai untuk menjalankan
perintah atasan adalah baik. Karena mayoritas pegawai menyatakan bahwa pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik maka akan dijelaskan dalam
perhitungan sebagai berikut: Sangat jelas :
2 22
x 100 = 9,1 Jelas :
17 22
x 100 = 77,3 Kurang jelas :
1 22
x 100 = 4,5 Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase pegawai yang menyatakan
perintah yang diberikan atasan jelas dan pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik adalah 77,3 sementara persentase pegawai yang menyatakan
perintah yang diberikan atasan sangat jelas tetapi pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik adalah 9,1. Sedangkan persentase pegawai yang
menjalankan perintah atasan dengan baik meskipun pemberian perintah dari atasa kurang jelas adalah 4,5. Jadi terdapat hubungan antara pemberian perintah yang
dilakukan oleh atasan dengan kinerja pegawai menjalankan perintah atasan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Hubungan antara bawahan menyampaikan pendapat terhadap kinerja pegawai menciptakan ide-ide baru saat bekerja di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir Tabel 4.83
Hubungan antara menyampaikan pendapat dan menciptakan ide-ide baru
Bawahan menyampaikan
pendapat Menciptakan ide-ide baru
Total Sangat
Sering Sering
Kurang Sering
Tidak Pernah
F F
F F
Sangat Terbuka 2
9,1 2
Terbuka 15
68,2 4
18,2 19
Kurang Terbuka 1
4,5 1
Tidak Terbuka Total
17 77,3
4 18,2
1 4,5
22
Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara bawahan menyampaikan pendapat dengan keinginan pegawai menciptakan ide-ide baru dalam
menyelesaikan pekerjaan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Dari 22 pegawai, terdapat 19 pegawai menyatakan bahwa pegawai
bawahan menyampaikan pendapat kepada atasandengan terbuka. Diantara 19 pegawai, 15 pegawai sering menciptakan ide-ide baru di dalam bekerja dan 4
pegawai kurang sering menciptakan ide-ide baru dalam bekerja di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
Jumlah pegawai yang sering menciptakan ide-ide baru dalam bekerja adalah 17 pegawai. Diantaranya 15 pegawai yang menyatakan bahwa bawahan dapat
menyampaikan pendapat kepada atasan secara terbuka dan 2 pegawai menyatakan
dapat menyampaikan pendapat dengan sangat terbuka.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyampaian pendapat yang dilakukan bawahan terhadap atasan yang terbuka mendorong keinginan
pegawai sering menciptakan ide-ide baru dalam menyelesaikan pekerjaan di
Universitas Sumatera Utara
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Perhitungannya dapat kita lihat di bawah ini:
Sangat terbuka :
2 22
x 100 = 9,1 Terbuka :
15 22
x 100 = 68,2 Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat persentase pegawai yang menyatakan
bahwa penyampaian pendapat terbuka sehingga pegawai terdorong untuk sering menciptakan ide-ide baru dalam bekerja adalah 68,2 sementara pegawai yang
menyatakan penyampaian pendapat yang sangat terbuka sehingga pegawai terdorong untuk sering menciptakan ide-ide baru dalam beerja adalah 9,1 . Jadi
terdapat hubungan antara penyampaian pendapat yang terbuka dari bawahan kepada atasan terhadap keinginan pegawai untuk sering menciptakan ide-ide baru
dalam bekerja.
4.4.3 Hubungan antara komunikasi antara sesama pegawai sederajat dalam berbagi perasaan dan pengalaman terhadap kemampuan
pegawai bekerjasama dalam tim Tabel 4.84
Hubungan antara berbagi pengalaman terhadap bekerjasama dalam tim
Pegawai sederajat berbagi
pengalaman dan perasaan
Bekerja sama dalam tim Total
Sangat Mampu
Mampu Kurang
Mampu Tidak
Mampu F
F F
F Sangat Terbuka
1 4,5
1 Terbuka
17 77,3
2 9,1
19 Kurang Terbuka
2 9,1
2 Tidak Terbuka
Total 20
90,9 2
9,1 22
Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara komunikasi diantara pegawai sederajat dalam berbagi perasaan dan pengalaman terhadap kemampuan
Universitas Sumatera Utara
pegawai bekerjasama dalam tim di Kantor Dinas Kependuduk an dan Catatan Sipil Toba Samosir. Dari 22 pegawai, 19 pegawai menyatakan bahwa pegawai terbuka
dalam berbagi perasaan dan pengalaman saat bekerja di dalam dinas maupun di luar kantor dinas. Diantaranya 17 pegawai akhirnya mampu bekerjasama dalam
sebuah tim sementara 2 pegawai kurang mampu bekerjasama dalam tim. Jumlah pegawai yang menyatakan mampu bekerjasama dalam tim adalah 20
pegawai. Diantara 20 pegawai, 17 pegawai mampu bekerjasama dalam tim karena terbuka dalam berbagi perasaan dan pengalaman, 1 pegawai mampu bekerjasama
dalam tim karena sangat terbuka dalam berbagi perasaan dan pengalaman, sementara 2 pegawai mampu bekerjasama dalam tim meskipun kurang terbuka
dalam berbagi perasaan dan pengalaman. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi komunikasi
diantara pegawai sederajat dalam berbagi perasaan dan pengalaman dapat membantu pegawai menjadi mampu bekerjasama dalam tim di Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Perhitungannya dapat kita lihat di bawah ini:
Sangat terbuka :
1 22
x 100 = 4,5 Terbuka :
17 22
x 100 = 77,3 Kurang terbuka :
2 22
x 100 = 9,1 Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase pegawai yang menyatakan
bahwa komunikasi yang terbuka diantara pegawai sederajat dalam berbagi pengalaman dan perasaan dan memampukan pegawai bekerjasama dalam tim
adalah 90,9 . Jadi terdapat hubungan antara komunikasi yang terbuka diantara pegawai sederajat dengan kemampuan pegawai bekerjasama dalam tim di Kantor
Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir.
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Hubungan antara atasan menjelaskan informasi mengenai peraturan- peraturan terhadap kinerja pegawai bekerja sesuai etika profesi yang
berlaku di kantor Tabel 4.85
Atasan menjelaskan
informasi mengenai
peraturan Bekerja sesuai etika profesi di kantor
Total Sangat
Sesuai Sesuai
Kurang Sesuai
Tidak Sesuai
F F
F F
Sangat Jelas 1
4,5 1
Jelas 20
90,9 20
Kurang Jelas 1
4,5 1
Tidak Jelas Total
22 100,0 22
Tabel diatas menjelaskan tentang hubungan antara atasan menjelaskan informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku di kantor terhadapakinerja
pegawai untuk bekerja sesuai etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Dari 22 pegawai, 20 pegawai
menyatakan bahwa atasan menyampaikan informasi mengenai peraturan- peraturan kepada bawahan dengan jelas. Dari 20 pegawai, seluruhnya akhirnya
bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
Jumlah pegawai yang bekerja sesuai etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir adalah seluruh 22 pegawai.
Diantaranya 20 pegawai dapat bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir karena
menganggap bahwa atasan menyampaikan informasi mengenai peraturan- peraturan kepada bawahan dengan jelas, 1 pegawai dapat bekerja sesuai dengan
etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir karena atasan menyampaikan informasi mengenai peraturan-
peraturan kepada bawahan dengan sangat jelas, dan 1 pegawai dapat bekerja
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir meskipun pegawai tersebut menganggap atasan
menyampaikan informasi mengenai peraturan-peraturan kepada bawahan kurang jelas.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan dari atasan kepada bawahan dapat membuat
pegawai bawahan bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Perhitungannya dapat kita
lihat di bawah ini: Sangat Jelas :
1 22
x 100 = 4,5 Jelas :
20 22
x 100 = 90,9 Kurang Jelas :
1 22
x 100 = 4,5 Berdasarkan data diatas, dapat dilihat persentase pegawai yang menyatakan
bahwa penyampaian informasi mengenai peaturan-peraturan yang jelas dari atasan kepada bawahan dapat membantu pegawai bekerja sesuai etika profesi yang
dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir adalah 100. Jadi terdapat hubungan antara atasan menyampaikan informasi mengenai
peraturan-peraturan dengan keinginan pegawai bekerja sesuai etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
4.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data yang hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji tingkat hubungan kedua
variabel yang dikorelasikan, peneliti menggunakan rumus Koefisien Korelasi Tata Jenjang Rank Order oleh Spearman. Penelitian ini menggunakan pengolahan
data statistik SPSS versi 13,0 sehingga uji t
hitung
tidak digunakan lagi karena SPSS telah menguji hipotesis secara otomatis.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.86 Uji Korelasi antara Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir Correlations
Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
Berdasarkan uji hipotesis pada tabel diatas yang diperoleh melalui program SPSS versi 13,0 ddiperoleh hasil koefisien korelasi r
s
sebesar 0,440. Dari tabel dapat dilihat bahwa pada r
s
0,440 terlihat angka signifikansi sig-2 tailed = 0,041 yang berarti bahwa angka signifikansi lebih kecil 0,05 yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi berkorelasi secara signifikan dengan kinerja pegawai di Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
Untuk mengukur derajat hubungan ini, digunakan nilai r
s
menurut Guilford yaitu sebagai berikut:
≤ 0,20 = hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,20 – 0,39 = hubungan rendah tapi pasti
0,40 – 0,70 = hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90 = hubungan yang kuat; kuat
≥ 0,90 = hubungan yang sangat tinggi; kuat sekali; dapat diandalkan
Berdasarkan uraian Guilford diatas dapat diketahui bahwa kedua variabel
dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang cukup berarti karena r
s
berada diantara 0,40-0,70. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
cukup berarti antara komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Berdasarkan hasil analisa
diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil uji hipotesis adalah 0,440 sesuai dengan kaidah Spearman r
s
koefisien r
s
0, maka hipotesis diterima. Signifikansi korelasi diketahui dari probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 0,0410,05 dengan tanda
Spearmans rho Komunikasi Organisasi
Correlation Coefficient 1,000
,440 Sig. 2-tailed
. ,041
N 22
22 Kinerja Pegawai
Correlation Coefficient ,440
1,000 Sig. 2-tailed
,041 .
N 22
22
Universitas Sumatera Utara
flag of significant yang menunjukkan kedua variabel berkorelasi secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian
ini diterima dan hubungannya signifikan.
4.6 Pembahasan
Setelah melalui tahapan analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan program SPSS 13,0, penelitian menunjukkan bahwa Ha :
terdapat pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir diterima. Hubungan
tersebut memiliki nilai cukup berarti sehingga terbukti bahwa komunikasi organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Panduan yang digunakan peneliti dalam mengukur pelaksanaan komunikasi
organisasi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir adalah pendapat Arni Muhammad dalam buku komunikasi organisasi 2009. Adapun
pengukuran tersebut dilihat dari tiga bentuk komunikasi di dalam suatu organisasi yaitu komunikasi ke bawah downward communication, komunikasi ke atas
upward communication, dan komunikasi sejajar horizontal communication. Komunikasi ke bawah yang terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Toba Samosir merupakan komunikasi dari atasan yakni kepala bidang kepada bawahan yaitu kepala seksi dan staff yang berhubungan langsung
dengan kepala bidang. Komunikasi yang dilaksanakan dapat berupa instruksi atau perintah untuk melaksanakan suatu tugas, mendeskripsikan pelaksanaan tugas,
menjelaskan tujuan suatu aktivitas, memberikan pemahaman tentang organisasi, menyampaikan informasi mengenai praktik-praktik kerja maupun peraturan-
peraturan kantor, dan menyampaikan penilaian terhadap kinerja bawahan. Hasil penelitian dari pegawai dan staff yang berkedudukan sebagai bawahan,
diketahui bahwa atasan menyampaikan perintah untuk melaksanakan suatu tugas, mendeskripsikan pelaksanaan tugas, menjelaskan tujuan suatu aktivitas kepada
bawahan, dilakukan dengan jelas. Pesan disampaikan secara tertulis melalui lembaran Tupoksi Tugas pokok fungsi yang diberikan kepada masing-masing
bawahan. Untuk menjelaskan seluruh rangkaian kerja dalam tupoksi, atasan
Universitas Sumatera Utara
menjelaskan secara lisan baik dalam kondisi formal pada saat rapat maupun informal pada saat di luar rapat.
Apabila atasan memberi perintah di luar tupoksi, atasan menyampaikan perintah secara lisan maupun tulisan dengan jelas, secara detail, terperinci, dan
dengan bahasa yang sederhana kepada pegawai. Dalam menyampaikan informasi- informasi terbaru maupun pemahaman-pemahanan baru yang dapat menambah
wawasan bawahan baik terhadap pekerjaan maupun terhadap Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir, atasan selalu memberikan
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya media internet. Peraturan-peraturan dan pemahaman-pemahaman baru yang diperoleh atasan dari
diklat yang diikuti dari luar kota misalnya, disampaikan secara jelas untuk membuat bawahan mengetahui peraturan-peraturan baru dan pola pikir yang baru
yang bersifat membangun. Dalam memberikan penilaian kinerja, atasan menyampaikannya secara tertulis melalui DP3 setiap tahunnya, hal positif dan
negatif dituangkan di dalamnya. Untuk menjelaskan maksud yang kurang dimengerti bawahan, atasan menyampaikannya secara lisan kepada bawahan
dengan bahasa yang sederhana dengan tetap menjaga agar tidak ada kesalahpahaman dan perasaan tersinggung pada bawahan.
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa proses menyampaikan perintah, mendeskripsikan tugas, menjelaskan pelaksanaan tugas, menjelaskan tujuan
aktivitas dan kaitannya terhadap aktivitas lain, menyampaikan suatu pemahaman, menyampaikan informasi mengenai praktik-praktik maupun peraturan-peraturan,
dan menyampaikan penilaian dari atasan kepada bawahan, atasan menyampaikannya dengan jelas. Penyampaian pesan yang baik dari atasan ini
membuat bawahan mengerti sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Hasil penelitian yang diperoleh dari bawahan diperkuat dengan hasil
penelitian yang diperoleh dari atasan melalui wawancara, dimana atasan mengatakan bahwa perintah untuk melakukan tugas, menjelaskan tujuan aktivitas,
disampaikan dengan jelas, terbukti ketika bawahan itu dapat melaksanakan tugas seperti yang diinginkan oleh atasan. Contohnya, kepala bidang pelayanan
kependudukan memberi petunjuk kepada bawahan mengenai penerbitan Kartu Kelurga dan Kartu Tanda Penduduk. Atasan menjelaskan kepada bawahan
Universitas Sumatera Utara
bagaimana melaksanakan tugas tersebut, bawahan melaksanakan sesuai dengan perunjuk atasan, hal tersebut terjadi karena petunjuk dari atasan dimengerti oleh
bawahan. Kepala bidang pencatatan sipil memberi petunjuk kepada bawahan mengenai pencatatan perkawinan, kelahiran penceraian, pengakuan dan
pengesahan anak dan lainnya dengan jelas. Hal tersebut tampak ketika bawahan melaksanakan tugas sesuai petunjuk atasan. Kepala bidang informasi teknologi
memberi perintah kepada bawahan untuk mengadakan penyuluhan, bawahan melaksanakan penyuluhan sesuai yang diperintahkan oleh atasan. Dari penjelasan
diatas dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan data yang diperoleh dari bawahan dan atasan.
Hal ini memperkuat teori Everett M. Rogers yang menyatakan bahwa komunikasi suatu proses hubungan yang di dalamnya terdapat pertukaran
informasi yaitu penyaluran ide kepada orang lain yang akhirnya menciptakan pengertian yang membuat orang lain tersebut mengubah tingkah lakunya.
Misalnya pada bidang Sistem Informasi Administrasi, atasan memberi perintah kepada bawahan untuk membuat dokumen kependudukan. Atasan
menjelaskan kepada bawahan bagaimana mengatasi masyarakat yang hendak mengurus dokumen kependudukan namun kurang mengerti prosedurnya. Atasan
menjelaskan langkah apa yang harus dilakukan bawahan, bawahan melakukan sesuai dengan yang diperintahkan atasan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perintah atasan tersebut jelas dan atasan pun mem Komunikasi ke atas merupakan proses penyampaian pesan yang dilakukan
oleh bawahan yakni kepala seksi dan staff kepada kepada atasan yakni kepala bidang Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Komunikasi
yang dilakukan berupa menyampaian laporan kerja, memberikan saran-saran, menyampaikan penjelasan anggaran, menyampaikan pendapat, menyampaikan
keluhan, menyampaikan permohonan, dan memberikan masukan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa bawahan menyampaikan hasil laporan kerja dengan jelas kepada atasan. Laporan disampaikan secara formal pada saat
rapat internal bagian dan informal secara lisan pada saat bekerja di kantor. Laporan disampaikan secara rutin. Di bagian lain, bawahan tidak perlu
Universitas Sumatera Utara
menyampaikannya secara formal karena atasan dapat melihat secara langsung apa yang dikerjakan oleh bawahannya. Di dalam menyampaikan saran-saran, bawahan
diberi kesempatan untuk memaparkan dampak positif dan negatif pekerjaan, baik secara informal maupun formal pada saat rapat. Untuk menjelaskan usulan
anggaran, bawahan menjelaskan kepada atasan berapa blanko yang mereka butuhkan. Bawahan dapat menyampaikan pendapat mereka secara terbuka kepada
atasan. Dalam menyampaikan keluhan-keluhan, bawahan dapat menyampaikannya pada saat rapat formal namun lebih sering pada saat informal,
keluhan disampaikan secara leluasa, terbuka, dan jelas. Demikian juga dengan permohonan dan masukan, bawahan memiliki kesempatan untuk
menyampaikannya dengan terbuka, leluasa, dan jelas. Berdasarkan hasil penelitian, proses penyampaian pesan dari bawahan
terhadap atasan dikatakan jelas. Komunikasi yang baik dan jelas tersebut membuat atasan mengetahui laporan kerja bawahannya, mengetahui kebutuhan
bawahan, mengetahui keluhan bawahannya, dan memperoleh masukan yang dapat dijadikan pertimbangan terhadap suatu hal yang berkaitan dengan kantor, dimana
semua hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan kantor dengan baik dan maksimal. Disamping atasan merasa terbantu, bawahan juga terbantu dimana
bawahan juga akhirnya mendapat solusi dari atasan. Hasil penelitian yang diperoleh dari bawahan diuji kebenarannya melalui
wawancara dengan atasan. Hasil wawancara dengan atasan, salah satunya dengan kepala bidang pelaynanan kependudukan, atasan menyatakan bahwa atasan
mengerti laporan kerja yang diberikan bawahan melalui rekapitulasi penerbitan Kartu Kelurga dan Kartu Tanda Penduduk yang diberikan setiap bulannya. Kepala
bidang catatan sipil mengatakan bahwa atasan mengerti keluhan dan masukan yang diberikan oleh bawahan meski tidak seluruhnya, hanya sebagian masukan
dijadikan keputusan oleh atasan oleh karena berbagai pertimbangan. Dari penjelasan yang diperoleh, data dari bawahan dan atasan tidak ada perbedaan,
adapun perbedaan dimana beberapa bawahan menyatakan bahwa keluhan mereka kurang ditanggapi, itu terjadi karena tidak semua keluhan maupun masukan yang
diberikan bawahan kurang tepat sasaran sehingga kurang dipertimbangkan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini memperkuat pendapat Pace 1989 yang menyatakan bahwa komunikasi dari bawahan ke atasan dapat membuat atasannya tahu kapan
harus memberikan informasi kepada bawahannya, atasan dapat menjadikan saran dari bawahannya sebagai pertimbangan untuk membuat keputusan, dan atasan
dapat membantu bawahan dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan mereka.
Komunikasi sejajar merupakan proses penyampaian pesan maupun informasi diantara pegawai sederajat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba
Samosir. Komunikasi sejajar yang terjadi berupa komunikasi berbagi pengalaman dan perasaan saat bekerja di dalam dinas maupun di luar dinas, komunikasi untuk
menciptakan rasa persaudaraan, komunikasi untuk menserasikan pelaksanaan tugas dan menghindari penggandaan tugas, komunikasi menggalang kerukunan,
komunikasi untuk membahasa penanggulangan suatu masalah, komunikasi untuk mengoreksi pekerjaan sesama, komunikasi untuk membina hubungan yang
harmonis. Komunikasi yang terjadi diantara pegawai sederajat dalam berbagi
pengalaman dan perasaan berlangsung secara terbuka, baik pada saat di kantor maupun pada saat di luar kantor yakni pertemuan keluarga. Komunikasi yang
terjalin dapat menciptakan kedekatan. Kedekatan itu mendorong pegawai mempertahankan komunikasi sehingga pegawai sederajat tetap leluasa guna
mempertahankan kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan secara maksimal. Hasil penelitian komunikasi organisasi diatas berhasil memperkuat teori Judy
C. Pearson bahwa komunikasi organisasi diadakan salam suatu organisasi memberi dua manfaat, baik terhadap pegawai yaitu memupuk hubungan baik,
memperoleh kepercayaan terhadap pegawai, maupun terhadap organisasi dimana komunikasi dapat membantu pegawai menyelesaikan tugas-tugas kantor,
mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan meningkatkan hubungan yang harmonis di kantor.
Selain mempertahankan jalinan komunikasi yang berlangsung, komunikasi organisasi juga mampu meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Kependudukan
dan Catatan Sipil Toba Samosir. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga faktor yang dikemukakan oleh Suranto 2005. Ketiga faktor pengukur kinerja
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah tugas fungsional, tugas perilaku, dan tugas etika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi organisasi yang berlangsung di Kantor
Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir mampu meningkatkan kinerja pegawai.
Melalui komunikasi organisasi, pegawai akhirnya mengetahui tugas pokok fungsi mereka. Pegawai bekerja sesuai tupoksi mereka masing-masing, pegawai
bekerja sesuai dengan wewenang mereka, oleh karena tupoksi jelas dengan segala resiko yang harus ditanggung, pegawai bertanggung jawab dan bersedia
menanggung akibat yang mempersalahkan pegawai dalam pekerjaan. Selain itu, pegawai juga terdorong untuk menggunakan kemampuan mereka secara maksimal
dan sering menciptakan ide-ide yang dapat membantu pegawai mencapai tujuan dengan baik. Kebersamaan pegawai di kantor terjalin dengan baik, hal tersebut
membuat pegawai mampu bekerjasama dalam tim untuk mempermudah pencapaian tujuan organisasi.
Hasil penelitian diatas yang menunjukkan bahwa komunikasi organisasi yang terjalin di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dapat
memenciptakan saling pengertian diantara sesama pegawai, saling percaya, dan menciptakan kerjasama demi mencapai tujuan organisai, menguatkan sebuah
penelitian yang pernah dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Artinto Danang Saputra Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mengenai komunikasi
terhadap kinerja akademik yang menyatakan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja akademik, dimana pengaruh tersebut menunjukkan
bahwa dengan adanya komunikasi yang baik dapat meningkatkan saling pengertian, kerjasama untuk kepentingan bersama dalam suatu organisasi.
Tabel silang menunjukkan pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
Hubungan antara pemberian perintah untuk melaksanakan tugas dari kepala bidang kepada kepala seksi dan staff dapat kita lihat pada tabel 4.82 Berdasarkan
tabel, dari 22 pegawai yang menjadi subjek penelitian, 17 pegawai dapat menjalankan perintah dengan baik karena pemberian perintah dari kepala bidang
jelas dan 2 pegawai menjalankan dengan baik karena pemberian perintah dari kepala bidang sangat jelas. Hal ini menggambarkan bahwa pegawai mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
fungsi dari pemberian perintah yang jelas terhadap tindkan mereka untuk menjalankan perintah.
Selain proses pemberian informasi yang jelas dari atasan, pemberian informasi yang jelas dari bawahan juga mempengaruhi kinerja pegawai. Hal ini
dapat kita lihat pada tabel 4.83 yang menunjukkkan hubungan antara penyampaian pendapat bawahan terhadap keinginan pegawai menciptakan ide-ide
baru untuk menyelesaikan pekerjaan. Berdasarkan tabel, dari 22 pegawai, terdapat 15 pegawai sering menciptakan ide-ide baru dalam bekerja karena dapat
menyampaikan pendapat kepada atasan dengan jelas dan 2 pegawai sering menciptakan ide-ide baru dalam bekerja karena dapat menyampaikan pendapat
kepada atasan dengan sangat jelas. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan pegawai untuk menyampaikan pendapat kepada atasan di Kantor Kependudukan
dan Catatan Sipil Toba Samosir dapat mendorong pegawai menciptakan ide-ide dalam bekerja demi mencapai tujuan.
Keterbukaan diantara pegawai sederajat membantu pegawai agar mampu bekerjasama dalam tim. Tabel 4.84 menunjukkan hubungan antara keterbukaan
sesama pegawai sederajat terhadap kemampuan pegawai bekerjasama dalam tim di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Terbukti bahwa
dari 22 pegawai, terdapat 17 pegawai akhirnya mampu bekerjasama dalam tim karena dapat berbagi pengalaman dan perasaan dengan terbuka terhadap sesama
pegawai sederajat dan 1 pegawai mampu bekerjasama dalam tim karena dapat berbagi pengalaman dan perasaan dengan sangat terbuka.
Penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan mengenai peraturan- peraturan yang ada di kantor mendorong pegawai bekerja sesuai dengan etika
profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir. Tabel 4.85 menunjukkan hubungan antara penyampaian informasi
mengenai peraturan-peraturan yang ada di kantor terhadap keinginan pegawai bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh kantor. Terbukti bahwa dari
22 pegawai, seluruhnya bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh kantor, meskipun ada pegawai yang merasa penyampaian atasan kurang jelas,
namun pegawai tersebut tetap berkeinginan bekerja sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh kantor.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian secara keseluruhan seperti yang dijelaskan diatas, hal ini membukt ikan kebenaran pendapat Suranto 2005 dalam
bukunya komunikasi perkantoran menyatakan bahwa komunikasi yang efektif dalam suatu perkantoran dapat meningkatkan kinerja pegawai. Demikian juga
Pembahasan uji hipotesa ini merupakan akhir dari keseluruhan analisis data. Selanjutnya akan dibuat beberapa kesimpulan berdasarkan hasil hipotesa yang
diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilaksanakan oleh peneliti, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Komunikasi organisasi yang terdapat di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dapat disimpulkan berlangsung baik dan jelas.
Atasan kepala bidang menyampaikan pesan kepada bawahan berupa perintah, mendeskripsikan tugas, menjelaskan pelaksanaan tugas,
menjelaskan tujuan aktivitas dan kaitannya terhadap aktivitas lain, menyampaikan suatu pemahaman, menyampaikan informasi mengenai
praktik-praktik maupun peraturan-peraturan, dan menyampaikan penilaian dari atasan kepada bawahan, baik dalam bidang sekretaris, pelayanan
kependudukan, pencatatan sipil, dan informasi dan teknologi, atasan menyampaikannya dengan jelas. Pesan disampaikan melalui tulisan dan lisan.
Informasi dijelaskan secara terperinci, dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti.
Bawahan kepala seksi dan staff menyampaikan pesan kepada atasan berupa laporan kerja, memberikan saran-saran, menyampaikan penjelasan anggaran,
menyampaikan pendapat, menyampaikan keluhan, menyampaikan permohonan, dan memberikan masukan untuk menyelesaikan suatu masalah
yang terjadi, baik dalam bidang sekretaris, pelayanan kependudukan, pencatatan sipil, dan informasi dan teknologi, dilakukan dengan jelas. Pesan
disampaikan secara tulisan maupun lisan. Pesan disampaikan pada saat rapat forum ataupun di luar rapat secara terbuka dan leluasa. Pesan yang
disampaikan oleh bawahan dapat dimengerti oleh atasan, beberapa pendapat yang diberikan oleh bawahan dipertimbangkan dan diterapkan di kantor.
Komunikasi diantara sederajat pegawai bawahanbaik dalam bidang sekretaris, pelayanan kependudukan, pencatatan sipil, dan informasi dan teknologi,
berlangsung dengan baik dan jelas. Sesama pegawai dapat berbagi pengalaman dan perasaan mereka dengan terbuka. Komunikasi untuk
menggalang kerukunan tetap dapat dipertahankan di dalam kantor sehingga
Universitas Sumatera Utara
pegawai tetap dapat menikmati kedekatan yang mendukung pada keleluasaan bekerjasama dalam tim.
2. Kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir dapat disimpulkan baik. kinerja yang baik ini dapat dilihat dari
pegawai bekerja sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya seperti yang terdapat pada tupoksi. Pegawai bersedia bertanggung jawab apabila
terdapat suatu hal yang mempersalahkan pegawai. Pegawai termotivasi menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu sekalipun harus mengorbankan
pikiran, tenaga, dan waktu. Pegawai terdorong untuk memotivasi sesama pegawai dalam melaksanakan pekerjaan agar mencapai tujuan kantor.
Pegawai memiliki keinginan untuk mempertahankan komunikasi di kantor demi kelancaran tugas. Pegawai akhirnya termotivasi untuk terus bekerja
sesuai dengan etika profesi yang dianut oleh Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
3. Terdapat hubungan yang cukup berarti antara komunikasi organisasi di Kantor Dinas Kependuduka n dan Catatan Sipil Toba Samosir terhadap
kinerja pegawai. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hubungan yang cukup berarti menyatakan bahwa komunikasi organisasi berpengaruh cukup berati
terhadap kinerja pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan selama penelitian, peneliti melihat beberapa hal yang perlu diperhatikan:
5.2.1 Saran Subjek Penelitian
1. Komunikasi bawahan terhadap atasan sudah baik, namun beberapa pegawai bawahan mengharapkan agar atasan lebih memberi perhatian lagi terhadap
keluhan bawahan agar bawahan tidak menyimpannya dalam hati, semua untuk kebaikan berlangsungnya kerjasama di kantor demi tujuan yang ingin dicapai.
2. Komunikasi organisasi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir sudah baik, namun beberapa pegawai mengharapkan agar sesama
Universitas Sumatera Utara