Pengaruh Kesempatan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi perempuan, memberikan gambaran tentang pengaruh faktor kesempatan, kemauan, dan kemampuan terhadap tingkat partisipasi perempuan dalam kegiatan SPP PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Dramaga.

6.1. Pengaruh Kesempatan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan

Kesempatan adalah adanya suasana atau kondisi lingkungan yang disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. Kesempatan partisipasi anggota SPP digambarkan oleh adanya aksesibilitas sarana dan prasarana jalan serta jarak rumah responden dari kantor UPK Kecamatan Dramaga. Dalam penelitian ini kelompok SPP di Desa Dramaga dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu kelompok yang rumahnya jauh dari kantor UPK PNPM Kecamatan Dramaga dan kelompok yang jarak rumahnya dekat dengan kantor UPK PNPM Kecamatan Dramaga. Hasil observasi lapang serta wawancara langsung dengan anggota SPP memperlihatkan bahwa responden yang jarak rumahnya dekat dengan kantor UPK PNPM maupun yang jaraknya jauh jarang pergi ke kantor UPK PNPM. Ini dikarenakan mereka tidak punya waktu untuk pergi ke kantor UPK karena aktivitas mereka di rumah tangga serta harus bekerja menjaga warung atau pergi ke pasar untuk berjualan. Bagi responden yang rumahnya jauh dari kantor UPK juga malas untuk pergi karena besarnya uang transportasi yang harus dikeluarkan jika pergi ke kantor UPK. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden, yakni AY 43 tahun sebagai berikut: “…saya gak pernah datang ke kantor UPK neng, selain jauh saya juga harus jagain warung, belum juga masak untuk anak-anak dan bapaknya. Jadi saya udah mewakilkan sama ibu ketua untuk mengurus masalah pembayaran cicilan…”. Selama ini yang sering pergi ke kantor UPK untuk membayarkan cicilan SPP adalah ketua kelompok. Anggota jarang yang ikut pergi. Mereka hanya mengeluarkan uang transportasi bagi ketua kelompok atas hasil iuran bersama yang dimasukkan ke dalam uang cicilan SPP. Besarnya uang transportasi yang dikeluarkan yakni sebesar Rp.10.000 pulang pergi dan ada yang Rp.6000. Jika seorang anggota membayar cicilan sebesar Rp.59.000 maka mereka menambahkan Rp.1000 atau Rp.2000 untuk uang transportasi. Jadi mereka membayar cicilan sebesar Rp. 60.000 atau Rp.61.000. Sarana dan prasarana perhubungan tergolong sangat bagus. Jalan utama sudah di aspal dan dilalui oleh angkutan kota maupun ojeg. Dari rumah anggota SPP harus berjalan kaki dulu untuk mencapai jalan utama baru kemudian naik angkot ataupun ojeg. Melihat besarnya uang transportasi untuk mengikuti kegiatan SPP ternyata memberi pengaruh terhadap tingkat partisipasi anggota SPP, anggota jarang terlibat dalam berbagai tahapan kegiatan SPP. Mereka hanya bergantung pada ketua kelompok saja. Jika ketua tidak bisa pergi membayarkan cicilan, maka sekretaris atau bendahara kelompok yang pergi mengantarkan. Bagi ketua kelompok sendiri sebenarnya sudah pernah mengajak anggotanya untuk pergi ke kantor UPK, tetapi selalu ditolak dengan berbagai alasan dan kesibukan pekerjaan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang ketua kelompok yakni LA 49 tahun sebagai berikut: “…setiap ibu mengajak anggota untuk ikut ke kantor UPK, anggota suka tidak mau ikut, ada yang sibuk menjaga warung, sibuk ngurus anak. Ibu juga gak maksa, kalau mereka gak bis a…”. Anggota SPP juga jarang pergi menghadiri rapat perencanaan bahkan untuk datang mengadiri pembagian dana SPP pun mereka terpaksa pergi karena wajib untuk datang. Jika mereka tidak datang maka uang SPP mereka tidak bisa di ambil. Hal ini sudah peraturan wajib dari UPK PNPM Kecamatan Dramaga. Setiap anggota harus mengambil sendiri uang mereka dan tidak boleh diwakilkan bahkan pada anggota keluarga sekalipun. Jika tidak bisa datang karena sakit maka pihak UPK sendiri yang akan mengantarnya. Ini diungkapkan oleh salah seorang responden, NH 40 tahun sebagai berikut: “…sebenarnya ibu juga terpaksa datang neng, untuk ngambil uang SPP, kalau ibu gak datang, uangnya gak bisa diambil. Padahal kerjaan di rumah banyak banget. Untuk ngambil uangnya aja, bisa nunggu sampai dua jam. Sebelum dikasih uangnya, kita ada informasi dulu dari pihak UPK-nya. Makanya ibu suka gak mau datang…”. Merujuk pernyataan di atas terlihat bahwa karena kendala biaya transportasi, maka anggota SPP jarang atau enggan hadir dalam berbagai pertemuan. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa “Tingkat partisipasi anggota SPP yang lokasi rumahnya jauh dari Kantor PNPM Desa Dramaga lebih rendah dari anggota SPP yang lokasi rumahnya dekat dari Balai Desa”, ditolak.

6.2. Pengaruh Kemauan Terhadap Tingkat Partisipasi Perempuan

Dokumen yang terkait

Efektivitas Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Tigalingga Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi

8 81 118

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN MELALUI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) DI KECAMATAN LAGUBOTI TOBA SAMOSIR

0 65 7

Pengaruh Program Simpan Pinjam Perempuan Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga ( Studi Kasus Pada PNPM-MP Kelompok SPP ) Di Desa Sinonoan Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal

2 61 114

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Disfungsi Pelaksanaan Simpan Pinjam Bagi Perempuan (SPP) Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-Mpd) di Desa Batu Anam, Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan

1 44 87

Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di Desa Longkotan Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi

2 64 128

Efektivitas Pelaksanaan Program Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang

5 58 146

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

4 69 162

Kegiatan Simpan Pinjam Khusus Perempuan (SPP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Di Kecamatan Padang Gelugur Kabupaten Pasaman.

0 0 6