5.2. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, indikator yang digunakan adalah sumbangan pemikiran, sumbangan materi, dan kerjasama antar anggota SPP. Untuk
mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam tahap ini, dapat dilihat pada
Tabel 7 .
Tabel 7 . Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya Menurut Kategori
dalam Tahap Pelaksanaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011
Tahap Pelaksanaan Interval
Kelas Jumlah
Responden N
Persentase Kategori
Sumbangan Pemikiran 3≤X7
29 78
Rendah 7≤X11
7 19
Sedang 11≤X16
1 3
Tinggi
Total 37
100
Sumbangan Materi 3≤X7
34 92
Rendah 7≤X11
2 5
Sedang 11≤X16
1 3
Tinggi
Total 37
100
Kerjasama 3≤X7
36 97
Rendah 7≤X11
1 3
Sedang 11≤X16
Tinggi
Total 37
100
Tahap Pelaksanaan 9≤X21
36 97
Rendah 21≤X33
1 3
Sedang 33≤X46
Tin ggi
Total 37
100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Penelitian 2011
Berdasarkan Tabel 7 partisipasi perempuan anggota SPP dalam
memberikan sumbangan pemikiran termasuk dalam kategori rendah sampai sedang sebesar 97 persen. Rendahnya partisipasi perempuan dalam memberikan
sumbangan pemikiran terlihat dari kurang antusiasnya perempuan anggota SPP dalam membuat proposal peminjaman dana ke UPK PNPM Kecamatan Dramaga.
Menurut salah seorang TPK Desa Dramaga banyak anggota SPP yang meminta dibuatkan proposal pengajuan dana ke UPK. Anggota tersebut bahkan
menawarkan imbalan dengan memberikan uang lelah untuk mengerjakan proposal tersebut. Namun pihak TPK tidak mau memenuhi permintaan anggota SPP
tersebut. Karena menurut TPK hal tersebut tidak membuat anggota SPP menjadi paham dan mengerti tata cara pembuatan proposal. Selain itu tujuan dari membuat
proposal sendiri adalah agar anggota SPP menjadi berdaya, ini sejalan dengan tujuan PNPM memberdayakan masyarakat. Awal pembuatan proposal tidak
sepenuhnya dikerjakan oleh anggota. Ada pendampingan dari TPK untuk membuat proposal tersebut. Namun demikian ada saja anggota SPP yang tidak
mau membuat proposal. Ada juga sebagian kecil anggota yang bersemangat untuk membuat proposal sendiri, sebagaimana dituturkan oleh salah satu staf TPK, DD
22 tahun sebagai berikut: “…Dalam pembuatan proposal, ada beberapa kelompok yang
mengerjakan sendiri proposalnya, salah satunya kelompok Raflesia. Kelompok ini dari awal bersemangat membuat sendiri
proposalnya, tentu saja didampingi oleh TPK. Sekarang mereka sudah bisa bikin propo
sal sendiri…”. Partisipasi perempuan anggota SPP juga diukur dari segi pemberian
sumbangan materi. Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 7 terlihat bahwa
partisipasi perempuan anggota SPP dalam sumbangan materi termasuk dalam kategori rendah sampai sedang, sebesar 97 persen. Dari segi kerjasama anggota
kelompok partisipasinya 100 persen masih tergolong rendah sampai sedang. Rendahnya partisipasi dalam kerjasama ini disebabkan kurangnya kepedulian dan
kepekaan antarsesama anggota kelompok, baik dalam hal pemecahan masalah maupun memberikan bantuan jika ada teman sekelompok yang mengalami
kesulitan membayar cicilan. Secara keseluruhan tingkat partisipasi perempuan anggota SPP dalam
tahap pelaksanaan 100 persen masih tergolong rendah sampai sedang. Lihat
Tabel 7. 5.3.
Partisipasi Perempuan dalam Tahap Monitoring dan Evaluasi
Indikator yang digunakan dalam tahap monitoring dan evaluasi adalah keikutsertaan perempuan anggota SPP dalam memberikan kritik dan saran dalam
mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk melihat tingkat partisipasi perempuan anggota SPP dalam tahap monitoring dan evaluasi disajikan pada
Tabel 8 .
Tabel 8 . Tingkat Partisipasi Anggota SPP dan Persentasenya Menurut Kategori
dalam Tahap Monitoring dan Evaluasi, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011
Tahap Monitoring dan Evaluasi
Interval Kelas
Jumlah Responden
N Persentase
Kategori
Kritik 3≤X7
37 100
Rendah 7≤X11
Sedang 11≤X16
Tinggi
Total 37
100
Saran 3≤X7
11 30
Rendah 7≤X11
24 65
Sedang 11≤X16
2 5
Tinggi
Total 37
100
Tahap Monitoring dan evaluasi
6≤X14 35
Rendah 14≤X22
2 95
Sedang 22≤X33
5 Tinggi
Total 37
100
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Penelitian 2011
Merujuk Tabel 8 tingkat keterlibatan perempuan anggota SPP dalam
memberikan kritik termasuk kategori rendah 100 persen. Ini disebabkan anggota SPP tidak pernah mengungkapkan secara langsung kritikan mereka kepada pihak
KPMD ataupun TPK. Dalam memberikan saran partisipasi anggota masuk kategori rendah
sampai sedang yakni 95 persen. Ini disebabkan tidak semua anggota SPP yang memperhatikan kelanjutan dan perbaikan bagi kegiatan ini. Bagi mereka asalkan
kebutuhan modal terpenuhi dan pembayaran cicilan lancar maka tidak akan ada masalah. Secara keseluruhan tingkat partisipasi perempuan anggota SPP dalam
tahap monitoring dan evaluasi tergolong redah sampai sedang 95 persen lihat
Tabel 8.
Rendahnya partisipasi perempuan anggota SPP disebabkan oleh beberapa hal. Pertama kurangnya kepedulian anggota terhadap pelaksanaan dan perbaikan
bagi kegiatan ini. Padahal tahap evaluasi merupakan bagian penting, sebab partisipasi perempuan dalam kegiatan SPP dianggap sebagi umpan balik yang
dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Kedua, anggota SPP tidak dilibatkan dalam tahap evaluasi. Ini dikarenakan
tahapan evaluasi sering tumpang tindih dengan tahapan baru. Ketika hal ini
dikonfirmasikan kepada pihak UPK Kecamatan Dramaga, salah seorang Fasilitator Kecamatan DL memberikan keterangan sebagai berikut:
“…evaluasi sering terlupakan, karena sering tumpang tindih dengan tahapan baru, dan SDM sendiri juga minim untuk
melakukan evaluasi karena mengurus program kegiatan baru
berikutnya…” “…Biasanya evaluasi itu, dilakukan di akhir tahun, yakni Bulan
Desember, tapi dalam kenyataannya tidak seperti itu, biasanya telat dari waktu yang dijadwalkan…”
Tumpang tindihnya tahap evaluasi dengan tahapan baru dikarenakan kegiatan tidak berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Masih terdapat
anggota SPP yang telat membayarkan cicilannya sehingga waktu perguliran SPP pun menjadi terganggu. Pada akhirnya waktu untuk tahap monitoring dan evaluasi
menjadi berbenturan dengan tahapan baru. Hal ini diungkapkan lagi oleh DL, sebagai berikut:
“…evaluasi itu biasanya bareng dengan MD sosialisasi. MD sosialisasi awalnya membahas program yang sudah berjalan,
kemudian baru mensosialisasikan program baru…”
Lebih lanjut, DL mengatakan bahwa untuk kedepannya tahap monitoring dan evaluasi akan lebih diperhatikan lagi.
5.4. Partisipasi Perempuan dalam Tahap Pemanfaatan Hasil