dengan memberikan
pengalaman dan
pengetahuan guna
mengembangkan kegiatan yang diikutinya. 6.
Partisipasi sosial, merupakan partisipasi yang diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan
lainnya serta dapat juga berupa sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.
7. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan yaitu masyarakat
terlibat dalam setiap diskusiforum dalam rangka mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama.
8. Partisipasi representatif dilakukan dengan cara memberikan
kepercayaanmandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.
Merujuk berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan di atas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu partisipasi dalam
bentuk nyata memiliki wujud dan juga partisipasi dalam bentuk tidak nyata abstrak. Bentuk partisipasi nyata berupa uang, harta benda, tenaga, dan
keterampilan. Sedangkan partisipasi abstrak berupa buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.
2.3. Prasyarat Partisipasi
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud apabila beberapa prasyarat telah terpenuhi, diantaranya:
1. Kesempatan, yaitu adanya suasana atau kondisi lingkungan yang
disadari oleh orang tersebut bahwa dia berpeluang untuk berpartisipasi. 2.
Kemauan, yaitu adanya sesuatu yang mendorongmenumbuhkan minat dan sikap mereka untuk termotivasi berpartisipasi, misalnya berupa
manfaat yang dapat dirasakan atas partisipasinya tersebut. 3.
Kemampuan, yaitu adanya kesadaran atau keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuam untuk berpartisipasi, bisa berupa
pikiran, tenaga, waktu, atau sarana dan material lainnya Slamet dalam Suhendar, 2004.
Kemauan ditentukan oleh faktor motif, harapan, kebutuhan, dan imbalan. Sementara kemampuan untuk berpartisipasi dipengaruhi faktor pendidikan,
pengalaman dan kepemimpinan. Sedangkan untuk kesempatan dipengaruhi oleh aksesibilitas. Berangkat dari analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hasil
dari beberapa studi kasus, ditemukan bahwa terdapat keterkaitan dan keterhubungan antara prasyarat partisipasi dengan tahapan partisipasi. lihat
Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Keterkaitan Tahapan Partisipasi dengan Prasyarat Partisipasi.
Prasyarat
Perencanaan Pelaksanaan
Monitoring dan Evaluasi
Pemanfaatan Hasil
Kemauan Tidak adanya
kemauan, berpengaruh
pada tahap perencanaan
program Lugiarti, 2004
Tahap pelaksanaan
dipengaruhi oleh tingkat relevansi
kebutuhan, motif, dan
penguasaan informasi
Triharsa 1991 dan Yulianto
1993 Tidak adanya
manfaat yang dirasakan,
sehingga partisipasi
tahap pemanfaatan
hasil rendah Kurniawati,
2010
Kemampuan Rendahnya
kemampuan, serta tingkat
pendapatan berpengaruh
terhadap tahap perencanaan
Triharsa 1991 dan Lugiarti
2004 Kurangnya
kemampuan berpengaruh
terhadap pelaksanaan
program Murni 2004, dan
Khairati 2005
Kesempatan Tidak adanya
kesempatan dalam
pengambilan keputusan
mengakibatkan rendahnya
partisipasi pada tahap
perencanaan Lugiarti, 2004
Kepemimpinan dan tidak adanya
kesempatan yang diberikan
berpengaruh pada tahap
pelaksanaan Umboh 2004,
dan Wahyudin 2004
Tidak adanya kesempatan
dalam penentuan
program berakibat pada
rendahnya partisipasi
anggota pada tahap evaluasi
program Wahyuni,2006
Merujuk Gambar 1 di atas, terdapat delapan keterkaitan prasyarat
partisipasi dengan tahapan partisipasi, yang terdapat dalam analisis bacaan, yaitu: kemauan-perencanaan,
kemauan-pelaksanaan, kemauan-pemanfaatan
hasil, kemampuan-perencanaan, kemampuan-pelaksanaan, kesempatan-perencanaan,
kesempatan-pelaksanaan, dan kesempatan-monitoring evaluasi.
2.4. Partisipasi Perempuan